Menjadi Keluarga Penghafal Al-Quran
“Sesungguhnya telah Kami turunkan adz-Dzikir (al-Quran) dan Kamilah yang menjaganya.” (QS. al-Hijr [15]: 9)
Pada saat era moderninasi dan perkembangan teknologi, setiap kaum muslimin saat ini sangat mudah dan rentan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang laghwi (sia-sia). Tuntunan hidup tak disadari semakin berubah masa demi masa. Aktivitas umat muslimin sedikit demi sedikit tergeser bahkan tergantikan.
Semula di pagi hari ibu-ibu menyempatkan waktunya untuk salat dhuha, kemudian tergadaikan oleh infotainment di televisi. Para ayah senantiasa berlinang air mata dalam qiyamul lail panjangnya, kini berangsur berubah karena pertandingan liga bola internasional. Begitu pun anak-anak, sudah tak terdengar suara merdunya di surau-surau atau mesjid karena berganti kesibukan dengan aktifitas di media sosial yang ada di ponsel mereka. Apalagi tadarus berjamaah dengan keluarga, sudah tergolong langka ada keluarga yang masih mendawamkannya.
Sepanjang sejarah al-Quran adalah bacaan dan hiburan bagi kaum muslimin yang apabila dibacakan bahkan dihafalkan tidak menjadi laghwi, bahkan merupakan suatu ibadah. Siapa lagikah yang akan mewariskan kemurnian dan keagungan al-Quran dan menghindarkan dari kalimat kepalsuan kalau bukan kaum muslimin itu sendiri?!
Marilah kita sama-sama membangun keluarga yang mencintai dan menghafal al-Quran.Wahai para ayah engkaulah contoh utama dalam keluarga. Gantilah teriakan-teriakan ‘gol’mu dengan hafalan al-Quran. Duhai bunda, bibirmu jangan kau siakan untuk menebarkan berita tanpa ilmu yang tak jelas manfaatnya dari dunia hiburan. Telinga anak-anakmu rindu dengan lantunan al-Quran.
Hifdzul Qur’an merupakan upaya kaum muslimin dalam memelihara kitab sucinya. Orang yang menghapalkan al-Quran bukanlah orang yang menghafalkan kata-kata atau pun gubahan syair. Namun sesungguhnya para penghapal al-Quran adalah pelestari sejarah kehidupan orang-orang yang saleh dalam ketakwaan kepada Allah.
Ada beberapa motivasi menghidupkan keluarga penghafal al-Quran, yakni:
- Menanamkan rasa cinta anak dan tentu seluruh anggota keluarga kepada al-Quran dengan rutin tadarus berjamaah di keluarga. “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Quran dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari Muslim)
- Memberikan motivasi yang kuat terhadap seluruh anggota keluarga jika para ulama tidak sedikit yang hapal al-Quran pada usia dini.
- Meyakini penghafal Quran adalah keluarga pilihan Allah. “Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia, para sahabat bertanya, ‘Siapakah mereka ya Rasulullah?’ Rasul menjawab, ‘Para ahli al-Quran, merekalah keluarga Allah dan pilihan-pilihan-Nya.’” (HR. Ahmad)
- Meyakini keluarga penghapal Quran meninggikan derajat manusia di surga. Ditemani para malaikat yang mulia dan taat. Dari Aisyah ra ia berkata, “Rasulullah saw bersabda, ‘Orang yang membaca al-Quan sedangkan ia mahir bersama para malaikat yang mulia dan taat, dan orang yang membaca al-Quran terbata-bata dan merasakan kesulitan, ia mendapat dua pahala.’” (Mutafaqun ‘Alaih)
- Mendapatkan kehormatan berupa tajul karomah (mahkota kemuliaan) di surga. “Mereka akan dipanggil, ‘Di mana orang-orang yang tidak terlena oleh menggembala kambing dari membaca Kitab-Ku?’ Maka berdirilah mereka dan dipakaikan kepada salah seorang mereka mahkota kemuliaan. Diberikan kepadanya kesuksesan dengan tangan kanan, dan kekekalan dengan tangan kirinya. Jika kedua orang tuanya seorang muslim, maka keduanya akan diberi pakaian yang lebih bagus dari dunia dan seisinya. Kedua orang tuanya akan mengatakan, ‘Bagaimana kami bisa mendapatkan ini?’ Maka akan dijawab, ‘Ini karena anakmu berdua membaca al-Quran.’” (HR. Attabrani)
Adapun beberapa langkah menjadikan keluarga penghapal Quran, di antaranya sebagai berikut:
- Mempersiapkan mental dengan tekad yang kuat.
Yakin Allah akan memudahkan orang yang sungguh-sungguh menghafal Quran. Imam al-Ghazali dalam kitab Ihyanya mengatakan, “Seorang penghapal Quran ketika memulai membacanya sebaiknya menghadirkan dalam hatinya keagungan Allah SWT, dan menyadari apa yang dibacanya bukan ucapan manusia.”
- Mengatur waktu.
Peluang waktu ayah, ibu, dan anak berbeda tergantung aktivitasnya. Dalam hal ini, ibu lebih banyak memperdengarkan bacaan al-Quran pada anaknya dari bacaan yang ayatnya pendek. Yakni sebelum anak tidur, ketika berpakaian atau ketika anak bermain. Ini karena anak lebih sering interaksinya dengan ibu,dan juga pendengaran anak lebih cepat daya tangkapnya dibanding membaca.
Adapun para ayah adalah contoh utama ia bisa memotivasi istri dan anak-anaknya, walau masih dengan iming-iming imbalan duniawi, hadiah misalnya. Insya Allah seluruh anggota keluarga akan tergerak untuk menghapal Quran bersama-sama.
- Membuat target hafalan.
Tidak bisa disamakan target hafalan anak dengan orangtua. Ada yang hafalan orangtua lebih banyak dari anaknya, bahkan sebaliknya. Intinya jangan sampai target itu melampaui batas kemampuan anggota keluarga, dan yang terpenting target tidak dilanggar.
- Jangan patah arang.
Biasanya yang sering terjadi ada salah satu anggota keluarga yang merasa jenuh. Jadi bukan karena bosan menghapal al-Quran, tapi karena seringnya target tidak terpenuhi. Berta’awudzlah kepada Allah! Sungguh itu tipu daya syetan. Jngan dulu menghafal ayat terbaru sebelum ayat lama hafal betul.
- Disarankan tidak bergonta-ganti Quran yang dibaca.
Setiap cetakan al-Quran berbeda-beda. Ada yang juz per juz, halaman per halaman, atau ada yang disertai terjemahan pada masing-masing pojok halaman. Karena ternyata pojok halaman lebih mudah bagi ayah dan ibu mencantolkan hafalannya.
Keluarga penghapal al-Quran juga perlu didukung dengan teknik-teknik menghapal, di antaranya:
- Teknik memahami ayat-ayat yang akan dihafal.
Bagi ayah dan ibu yang mampu menerjemahkan al-Quran dan paham kaidah bahasa Arab, cara ini sangat membantu menghapal Quran.
- Mengulang-ulang bacaan Quran sebelum dihafal.
Pada teknik ini anggota keluarga membaca dulu beberapa ayat targetan yang hendak dihafal saat itu. Setelah membacanya berulang-ulang, barulah dihafal satu persatu ayat demi ayat.
- Mendengarkan bacaan al-Quran, baik itu lewat pembimbing atau media audio visual.
Biasanya cara ini efektif buat anak. Selain orangtuanya mendengarkan bacaan Quran, anak juga dituntun untuk lebih menyenangi hiburan al-Quran.
- Mencatat setelah menghafal.
Teknik penunjang yang satu ini, sangat baik bagi kedua orangtua yang senang menulis. Selain memudahkan hafalan juga dapat melatih menulis huruf Arab.
Demikianlah semoga kita semua digolongkan ke dalam keluarga penghapal al-Quran. Tidak ada lagi alasan bagi keluarga muslim mengganti hiburan laghwi dengan Quran. Wallahu a’lam bishawab. (daaruttauhiid)