Menjadi Ahli Syukur

Menjadi Ahli Syukur

Kita harus berusaha menjadi ahli syukur, kita harus berlatih menjadi ahli syukur, kita harus meminta pertolongan Allah agar menjadi orang yang bisa senantiasa bersyukur. Ketika kita telah merasakan nikmatnya bersyukur kita harus yakin bahwa syukur itu adalah karunia Allah. Jadi jangan merasa semua yang kita raih adalah karena ikhtiar kita, karena semua kebaikan apapun yang bisa kita lakukan merupakan min fadli robbi semua datangnya dari Allah Ta’ala.

Kita harus tahu bahwa mulai dari niat, itu merupakan karunia Allah, mulai kita belajar dan paham ilmu syukur itu pun karunia Allah, kemudian kita terus bermujahadah itu karena taufiq Allah, kita bisa meminta pun itu karena ada Allah yang membimbing, dan semuanya adalah karunia Allah Ta’ala. Nah itulah sebetulnya asli orang yang beriman.

Segala yang ada dari diri kita merupakan karunia  dari Allah. “wah kamu kuat” pasti Allah yang memberi kuat, “wah kamu pinter” pasti Allah yang memberi pinter, “wah kamu hafal Qur’an” pasti Allah yang ngasih, “wah kamu keren” pasti Allah yang mendesain, apapun pujian yang datang pada kita, pasti yang dipuji itu karunia Allah. Kita tidak boleh menikmati pujian tersebut seolah-olah pujian itu punya kita semata.

Hal lainya lagi adalah bahwa pujian itu datang ke kita karena Allah menutupi aib kita, jadi ketika orang lain ada yang memuji, kita yakin bahwa yang dipuji itu adalah karunia Allah dan kita harus tahu ketika pujian datang bahwa pujian itu adalah ujian bagi kita. Jadi orang yang memuji kita itu atas izin Allah Ta’ala.

Caranya agar kita tetap bersyukur adalah harus ingat selalu bahwa nikmat yang ada dalam diri kita datang dari Allah. Terus kita pikirkan badan ini milik Allah, kita bisa mikir karena karunia Allah, bisa berbicara karena karunia Allah, bisa beramal karena karunia Allah, bisa bersedekah karena rezeki datang dari Allah, niat bersedekah juga atas taufik Allah, kita bisa mengeluarkan uang atas pertolongan Allah. Misalkan ada orang punya uang, tapi tidak ada taufik untuk mengeluarkannya, maka orang itu tidak akan menyedekahkan uangnya walaupun dia punya uang. Makanya jangan risau terhadap apa yang kita inginkan, karena Allah tahu apa yang dibutuhkan hambanya.

وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).” (QS. Al-An’am: 59).

(KH. Abdullah Gymnastiar)