Mengupas Pentingnya Akidah dalam Islam
Islam adalah dien para Rasul yang mencakup seluruh sisi kehidupan. Adapun karakter dan tujuan Islam dapat diungkapkan dalam dua kata, yaitu tawhid dan wihdah atau iman dan ishlah.
Pengertian ini dapat kita tangkap dari sabda Rasulullah saw ketika beliau ditanya seorang Arab Badawi. “Tunjukkan aku pada sesuatu di dalam Islam yang aku tidak akan menanyakan di dalamnya kepada siapa pun setelah engkau.” Rasulullah saw bersabda, “Katakan: Aku beriman kepada Allah, kemudian istiqamalah.”
Islam yang hanif datang dengan membawa sistem sosial yang sempurna, yang mengatur milik pribadi, kehidupan keluarga, hubungan kemasyarakatan, dasar-dasar kenegaraan, faktor-faktor kesatuan dan politik dunia. Sistem tersebut melahirkan dasar-dasar kerohanian yang sangat bijak. Sistem Islam di dalamnya menyatu nilai-nilai luhur dan kenyataan yang berhubungan erat dengan alam manusia, sehingga dari dasar-dasar teoritis ini beralih menjadi amal harian rutin yang mudah tanpa ada rasa keterpaksaan dan keengganan.
Allah SWT berfirman, “Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu supaya kamu bersyukur.” (QS. al-Ma’idah [5]: 6).
Islam menegakkan dawlah ideal yang kukuh dan kuat. Dawlah islamiyah ibarat satu bangunan kukuh, tinggi, dan tegak di atas pondasi yang kuat dengan empat tembok, atap dan pagar.
Pondasinya ialah ma’rifatullah dan tawhid. Sedangkan empat tembok terdiri atas:
1. Ibadah.
Paling utama adalah salat sebagai mi’raj seorang muslim kepada Rabbnya, dan merupakan tiang Islam pertama. Melalui salat manusia dapat berhubungan dengan Rabbnya. Ia adalah perjalanan spiritual yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Adapun ibadah adalah tujuan diciptakan manusia dan sebab eksistensinya. Firman Allah, “Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. al-Dzariyat [51]: 56).
2. Ilmu.
Islam mendorong manusia supaya menuntut dan mendalami ilmu pengetahuan. Atas dasar ilmu manusia mendapatkan keutamaan dan keistimewaan. Allah SWT berfirman, “Allah meninggikan orang-orang beriman dari kamu sekalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. al-mujadalah [58]: 11).
Dengan ilmu orang dapat meraih dunia dan akhirat sekaligus sebagaimana dikatakan Imam Syafi’i, “Barang siapa menghendaki dunia,maka ia harus dengan ilmu dan barang siapa menghendaki akhirat, maka ia harus dengan ilmu. Dan barang siapa menghendaki keduanya, maka ia harus dengan ilmu.”
3. Ukhuwwah.
Ia adalah ikatan paling kuat yang mengikat seluruh kaum mukminin dan menjaga mereka dari keterpecahbelahan serta menyatukan hati mereka. Dengan ukhuwwah, kaum mukminin menjadi seperti bangunan yang tersusun rapi antara satu sama lainnya saling menguatkan. Firman Allah, “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.” (QS. al-Hujurat [49]: 10).
4. Tasyri’.
Tasyri’ adalah dasar-dasar yang harus diiltizami umat dan diikuti manhajnya. Tasyri’lah yang memelihara eksistensi umat dan menentukan arah serta meluruskan jalannya. Firman Allah SWT, “Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas satu syariat dari urusan (dien) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.” (QS. al-Jatsiyah [45]: 18).
Adapun atap yang menjadikan empat tembok kukuh ini adalah hukum (pemerintahan). Ia adalah kekuatan pelaksana dan pengarah. Di dalam sebuah atsar dikatakan, “Sesungguhnya Allah memberi dengan kekuasaan apa-apa yang tidak diberikan dengan Quran.”
Dalam sebuah hadis dinyatakan, “Ikatan Islam akan terurai satu demi satu, pertamanya dengan menetang hukum (pemerintahan) dan akhirnya (meninggalkan) salat.”
Hasan Bishri berkata, “Jika dakwah ini (kewajiban) bagiku, niscaya ia (juga kewajiban) bagi penguasa. Sebab, Allah memperbaiki banyak akhlak dengan perbaikannya.”
Sedangkan pagar yang melindungi bangunan Islam adalah jihad. Ia merupakan penjaga terpercaya yang dapat melindunginya. Firman Allah, “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu salah satu yang kamu benci.” (QS. al-Baqarah [2]: 216).
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu ialah orang yang beriman dengan Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. al-Hujurat [49]: 15).
Sehubungan dengan hal-hal tersebut, imperialis dan antek-anteknya berusaha keras meruntuhkan dakwah Islam. Contohnya:
– Mereka meruntuhkan ibadah dengan cara mendirikan dan menggalakkan perjudian, permainan dan kebejatan.
– Mereka mencoba meruntuhkan ilmu dengan cara merusak sistem pendidikan dan pengajaran serta terlalu mementingkan kulit dan mengabaikan intinya.
– Mereka menghancurkan ukhuwwah dengan cara menumbuhkan partai-partai politik.
– Mereka memerangi hukum Islam dengan cara menerapkan undang-undang buatan manusia.
Kaum imperialis memerangi seluruh aspek Islam hingga hanya menjadi acara ritual di masjid-masjid dan dijadikan alat melegimitasi program-program penguasa. Banyak para penguasa kaum muslimin dewasa ini merendahkan Islam. Mereka menipu orang-orang awam dan melempar Islam dari kekuatan politik dan perundang-undangan.
Bahkan ada di antara orang-orang yang disebut sebagai cendekiawan muslim yang begitu bersemangat meruntuhkan beberapa aspek Islam. Seperti dikatakan bahwa Islam tidak mempunyai konsep tentang masalah-masalah sosial dan lain semacamnya.
Begitulah, Islam diperangi dari dalam dan dari luar. Namun Islam sebagai kekuatan al-Haq akan menang sebagaimana pernah menang terhadap rongrongan Abu Jahal dan Ibnu Ubay. Islam akan menang menghadapi serbuan musuh dan tipu daya munafiqin dari dalam. Islam akan kembali sebagai sesuatu yang asing seperti ia pertama kali datang. Maka berbahagialah orang-orang yang termasuk ghuruba, sebagaimana diisyaratkan Rasulullah dalam hadisnya.
Siapa ghuruba yang dimaksud? Ialah para pejuang akidah di sepanjang masa dan di setiap generasi. Mereka adalah hakikat yang senantiasa diperangi para pembela kesesatan, dan nur yang selalu dirongrong para pembela kegelapan. Firman Allah SWT, “Mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka.” (QS. al-An’am [6]: 90). (daaruttauhiid)