Mengenal Sifat Allah sebagai al-Mujib
“Sesungguhnya Allah itu Maha Pemalu lagi Mahamulia. Dia malu apabila ada seorang hamba yang mengangkat kedua tangannya sambil memandang kepada-Nya, ia mengembalikannya dengan tangan hampa (Allah malu apabila tidak memberikan apa yang diminta hamba-Nya).” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah).
Apabila kita mengenal Allah dengan baik, kita pasti tidak akan protes kepada-Nya atas apa pun yang telah ditetapkan untuk kita. Karena Allah Ta’ala adalah pencipta kita, Allah yang memiliki diri kita, dan Allah Mahatahu segala permasalahan dan keperluan kita.
Tanpa kita jelaskan kepada Allah, sesungguhnya Ia sudah mengetahui setiap persoalan dan kebutuhan kita. Karena permasalahan kita pun tidak akan ada kecuali hanya jika Ia mengizinkan.
Kita lapar, Allah yang menciptakan lapar. Dan pada saat yang sama, Allah Ta’ala telah menciptakan rezeki berupa makanan. Kita tidak mengerti mengapa kita harus merasakan haus. Namun, Allah menciptakan hal itu dan sekaligus menciptakan air untuk memenuhinya.
Allah menciptakan tubuh kita ini dengan 70% lebih terdiri dari air. Dan Allah pun tahu kita tidak akan bisa bertahan lama jika hidup tanpa air. Memang ada kalanya Allah mengizinkan tidak ada air untuk beberapa saat hingga kita bisa bersabar dan memetik hikmah di balik ketiadaan air tersebut.
Adakalanya pula dalam keadaan lapar, Allah menghendaki agar kita tidak langsung bertemu dengan makanan sehingga kita harus merasakan lapar lebih lama. Namun, pasti ada hikmahnya. Boleh jadi supaya kita bisa lebih mensyukuri nikmat yang mana selama ini kita sering kali lupa jika makanan itu mudah ditemukan.
Dengan ditundanya makanan, pada saat kita bertemu dengan makanan meski sedikit saja, rasanya akan lebih nikmat. Kalau terbiasa dengan makanan yang berlimpah, kita akan sangat kurang rasa syukurnya. Maka untuk melatih kita pandai bersyukur, ditahanlah makanan oleh Allah Ta’ala.
Perhatikanlah pula organ tubuh kita. Mata kita berkedip secara spontan tanpa ada keterlambatan. Jantung kita berdenyut memompa darah, juga tanpa keterlambatan. Paru-paru kita berfungsi memompa udara juga tanpa keterlambatan. Semua tepat pada waktunya dan teratur. Kita sering kali lupa pada hal-hal seperti ini. Sedangkan kita pun tidak pernah meminta kepada Allah supaya mata kita berkedip, jantung dan paru-paru bekerja, tetapi semuanya beres karena Allah Mahatahu keperluan kita.
Oleh karena itu, jangan berburuk sangka kepada Allah jika ada permohonan atau kebutuhan yang kita rasa terlambat terpenuhi. Jangan kita berburuk sangka kepada Allah jika suatu saat kita berdoa dan berusaha sekuat tenaga, tetapi harapan kita masih belum terwujud.
Ingatlah saudaraku, Allah adalah al-Mujib: Zat yang Maha Mengabulkan Permohonan. Al-Mujib berasal dari kata ajaba yang berarti menjawab atau jawaban, yaitu membalas pertanyaan; permintaan atau semacamnya.
Ada pula yang menyatakan bahwa kata ini awalnya bermakna memotong; seolah-olah memotong permintaan dengan pengabulan sebelum tuntasnya permintaan tersebut.
Maka pemahaman akan asma al-Mujib akan membawa kita pada pemahaman bahwa tidaklah kita memohon kepada-Nya kecuali dia akan mengabulkan. Dengan pengabulan terbaik, dalam cara maupun prosesnya. Bahkan dia mengabulkan doa sebelum doa tersebut selesai diucapkan. Bahkan sebelum doa itu diucapkan.
Karena sifatnya ini, Allah Ta’ala menganjurkan setiap hamba untuk senantiasa berdoa kepada-Nya. Mahabaik Allah, berbeda dengan raja-raja dunia. Allah sebagai Raja Alam Semesta, justru semakin kita meminta kepada-Nya semakin senang Ia. Karena Allah Ta’ala mempunyai sifat al-Mujib. (KH. Abdullah Gymnastiar)