Mengasuh Anak Jenius
“Jenius itu satu persen inspirasi, sembilan puluh sembilan persen kerja keras.” (Thomas Alfa Edison)
Banyak di antara orangtua yang tidak mengetahui tentang perlakuan apa yang harus diberikan pada anak yang memiliki bakat khusus (jenius). Sementara itu, keberadaan anak jenius membutuhkan penanganan khusus, baik dalam hal perawatan, pendidikan, dan bimbingan agar bakat khusus yang mereka miliki tetap optimal.
Mengenai jenius itu sendiri merupakan perkembangan yang tidak sinkron (asynchronus) dalam kemampuan kognitif yang tinggi, di mana intensitas yang tinggi itu dikombinasikan dengan pengalaman dalam kesadaran yang secara kualitatif berbeda dari norma biasanya. Ada pun ketidaksinkronan tersebut adalah adanya perkembangan kognitif yang lebih cepat daripada perkembangan emosional, dan pada akhirnya membawa kepada suatu masalah yang menarik dan unik.
Sebagai contoh, karena mereka terlalu tinggi dalam penguasaan kognitifnya, sehingga mereka tidak berdaya dalam kompleksitas emosional. Selain itu, anak jenius atau anak berbakat biasanya mereka tidak sejalan dengan perkembangan anak pada usianya. Mereka memiliki minat yang lebih tinggi (untuk belajar maupun bermain) dibanding dengan anak lain.
Oleh sebab itu, merupakan keharusan bagi orangtua untuk memberikan perlakuan yang sesuai dengan karakter anak jenius. Karena boleh jadi, bimbingan atau didikan yang tidak tepat akan berpengaruh negatif terhadap anaknya itu sendiri. Sebagai contoh, anak akan cepat merasa bosan dengan apa yang dibelajarkan orangtua, anak selalu menolak terhadap ajakan orangtua, dan lain sebagainya.
Tanda Anak Jenius
Berikut ini beberapa tanda yang menunjukkan seorang anak dikatakan sebagai anak jenius:
- Ketajaman perhatian yang tidak biasa.
- Sedikit membutuhkan tidur.
- Jangka perhatian panjang.
- Tingkat aktivitas yang tinggi.
- Tersenyum atau mengenali pengasuhnya sejak awal.
- Reaksi yang dalam terhadap kegaduhan, rasa sakit, dan rasa kecewa.
- Tidak adanya kemajuan yang luar biasa.
- Daya ingat yang luar biasa.
- Tenang dan cepat belajar.
- Perkembangan bahasa yang cepat dan lugas.
- Tertarik dengan buku-buku.
- Rasa ingin tahu sangat tinggi.
- Memiliki humor yang sangat baik daya nalar dan kemampuan memecahkan masalah.
- Imajinasi yang hidup.
- Peka dan mudah terharu.
Dari sekian banyak tanda-tanda tersebut, orangtua harus berusaha melakukan identifikasi dini. Terlebih pada anak pertama, gejala yang ditunjukkannya akan lebih dikenali daripada saudara-saudaranya yang lain.
Dengan adanya identifikasi dini, selanjutnya orangtua akan mengetahui stimulus apa saja atau stimulus dalam bentuk apakah yang dapat mengoptimalkan bakatnya. Karena bagaimanapun, stimulus yang diberikan secara intens oleh orangtua kepada anak akan sangat mendukung bagi anak dalam mengembangkan kemampuan yang dimilikinya.
Hal ini sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan Benjamin Bloom (1985) terhadap 120 orang musisi, artis, atlet, ahli matematika, dan ilmuwan yang sangat berbakat. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa bakat apa pun yang dikembangkan oleh seseorang, sebetulnya merupakan hasil proses dorongan yang panjang dan intensif, dengan pendidikan dan pelatihan tak kenal lelah.
Sehingga, dapat kita pahami anak jenius bukanlah segala-galanya. Karena yang terpenting adalah kontribusi orangtua untuk membantu anak dalam mengembangkan bakat yang dimilikinya. Oleh karena itu, dibutuhkan sekali kepedulian orangtua terhadap anaknya yang tergolong jenius. (daaruttauhiid)