Mengapa Orang yang Beriman lebih Banyak Ujian Hidupnya?
Redaktur: Wahid Ikhwan
DAARUTTAUHIID.ORG | JAKARTA — Mabit Tauhiid di Masjid Daarut Tauhiid Jakarta kali ini spesial karena sekaligus sarana pembinaan Santri Khidmat. Santri Khidmat merupakan sebutan para relawan yang membantu terlaksananya kegiatan-kegiatan di Daarut Tauhiid Jakarta.
Ustadz Dadang Sukandar selaku kepala DKM DT Jakarta membuka kegiatan Mabit malam itu dengan pemaparan tentang sejarah singkat Sahid di DT Jakarta. Dimulai dari bergeraknya para Sahid inilah yang membangun dan membesarkan Daarut Tauhiid di Jakarta khususnya.
Pada kesempatan Mabit kali ini, bertepatan dengan dibukanya kembali pendaftaran sebagai Santri Khidmat, Ustadz Dadang menjelaskan apa tujuan terbentuknya Sahid.
Keesokan harinya, pembinaan untuk Santri Khidmat dilanjutkan bersama Bunda Ningrum Maurice. Beliau memberikan tips dan motivasi dalam menjaga keistiqomahan dalam berikhidmat.
Adapun kajian utama pada Sabtu malam bersama Ustadz Shoffar Mawardi. Beliau menceritakan tentang fenomena kenikmatan dunia. Seringkali kita melihat kondisi orang yang tidak beriman tapi Allah memberinya nikmat dunia seakan hidupnya penuh dengan kemudahan. Sebaliknya, banyak orang-orang sholeh yang hidupnya terkesan berat dengan ujian dan cobaan.
Ujian yang menimpa orang yang beriman adalah penggugur dosa sehingga kita pun harus mensyukurinya dan perbanyak taubat. Jika orang yang tidak beriman berbuat kebaikan maka balasannya langsung di dunia, sedangkan keburukannya dikumpulkan dan dibalas di akhirat. Itulah yang disebut dengan istidraj.
Rasulullah SAW dalam hadis yang diriwayatkan Uqbah bin ‘Aamir RA, “Apabila engkau melihat Allah memberi seorang hamba kelimpahan dunia atas maksiat-maksiatnya, apa yang ia suka, maka ingatlah, sesungguhnya hal itu adalah istidraj.”
Sementara, keburukan atau dosa orang yang beriman, langsung dibalas Allah di dunia untuk meringankan siksa di akhirat. Sedangkan kebaikan-kebaikan orang yang beriman, kebaikannya sebagian dibalas di dunia dan sebagian besarnya ditabung untuk dibalas di akhirat dengan balasan yang jauh lebih baik.
“Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS. Al An’am: 160)
Semoga kita semua bisa lulus ujian dalam dunia ini dan mendapat kenikmatan hakiki di surga kelak. Wallahu a’lam bishowab. (DKM DTJKT)
_______________________________________________________