Mengapa Harus Peduli Palestina
Pasca penyerangan secara brutal yang dilakukan oleh aparat Israel terhadap umat Islam yang sedang melaksanakan shalat tarawih dan I’tikaf di beberapa kawasan masjid di Palestina, muncul kecaman terhadap tindakan aparat Israel dari berbagai masyarakat di seluruh dunia. Termasuk di Indonesia. Banyak masyarakat yang menunjukkan sikap solidaritasnya kepada warga Palestina.
Mayoritas sikap itu ditunjukkan melalui media sosial dengan cara membuat unggahan tentang keadaan mencekam yang terjadi di Palestina disertai dengan pesan dan doa untuk mereka. Ada pula yang mendonasikan uang dan membagikan informasi donasinya lewat media sosial. Sikap tersebut tentu saja merupakan sikap positif sebagai bentuk kepedulian terhadap warga Palestina meskipun tidak saling kenal. Tetapi mengapa kita dan orang-orang harus peduli terhadap Palestina? Bukankah di masing-masing negara kita banyak juga orang yang membutuhkan kepedulian kita?
Menolak Segala Bentuk Penjajahan
Seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi, “…sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.” Jadi sebenarnya tidak hanya soal penjajahan di Palestina, tetapi bentuk penjajahan di negara manapun dan terhadap bangsa manapun adalah kewajiban kita untuk berpihak atau bersuara membela kemerdekaan suatu bangsa.
Negeri Para Nabi
Dalam sejarah Islam, tercatat ada beberapa Nabi yang tumbuh dan banyak menghabiskan waktu di Palestina atau pada zaman itu disebut dengan tanah Syam. Mulai dari kelahiran hingga berdakwah sampai ke Palestina. Di antaranya adalah Nabi Ibrahim, Nabi Muhammad, Nabi Yusuf, Nabi Yaqub, Nabi Luth, Nabi Sulaiman, Nabi Ishaq, Nabi Musa, Nabi Isa, Nabi Dawud. Maka dengan sejarah besar tersebut wajar saja jika tanah Palestina harus dibela dan dilindungi dari tangan-tangan kotor penjajah Israel yang tidak hanya mengusir warga Palestina tetapi juga banyak merusak situs-situs bersejarah.
Kiblat Pertama Umat Islam
Perlu kita ketahui bahwasannya Ka’bah bukanlah satu-satunya kiblat yang menjadi arah umat Islam shalat. Sebelum Ka’bah, kiblat pertama umat Islam adalah Baitul Maqdis atau Masjid Al Aqsha. Hingga akhirnya pada tahun kedua Hijriah turunlah wahyu dari Allah kepada Nabi Muhammad untuk memindahkan arah shalat atau kiblat ke Ka’bah. Sebagaimana dalam firman Allah,
قَدْ نَرٰى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى السَّمَاۤءِۚ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضٰىهَا ۖ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗ ۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ لَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْنَ
“Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahawa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 144)
Hal-hal di atas hanyalah sebagian dari beberapa alasan lain. Maka seseorang tidak boleh beranggapan buruk terhadap orang lain yang menunjukkan sikap peduli terhadap negara bangsa lain, termasuk Palestina dalam hal ini. Karena biasanya orang yang menunjukkan sikap solidaritas atau peduli dengan Palestina atau bangsa lain, ia juga pasti akan peduli terlebih dahulu dengan bangsanya sendiri atau lingkungan sekitar. (Wahid)