Menemukan Ketenangan Batin (bagian 2)
Sebenarnya sumber kebahagiaan adalah mengembalikan segala permasalahan kehidupan kepada Dzat Pemilik kebahagiaan, Dia lah Allah SWT. Pada tulisan sebelumnya sudah dibahas sumber kebahagiaan dengan memperbanyak baca Quran dan menghadiri majelis ta’lim. Berikut lanjutannya.
Cara ketiga, memperbanyak salat malam. Pada saat Nabi saw berhadapan dengan kondisi masyarakat yang sedemikian kacau, dekadensi moral yang merajalela dan ketidakadilan di mana-mana, maka langkah pertama yang diambil adalah melakukan renungan dengan cara menjauh dari masyarakat, kemudian mencoba merumuskan formula yang tepat untuk menghadapi masyarakat yang jahiliah itu. Sampai kemudian Nabi mendapatkan bimbingan wahyu, dan itulah modal terpenting dan kekuatan ruhani yang maha dahsyat, yaitu ajaran Islam.
Demikian pula pada saat kita dirundung resah dan gelisah. Pada saat suhu ekonomi kurang menguntungkan dan sosial politik semakin panas, maka salah satu solusi yang disodorkan Islam adalah melakukan uzlah dengan cara bangun dipenghujung malam, kemudian merenung untuk melakukan langkah-langkah tepat menghadapi kondisi yang parah ini. Disamping punya fungsi ritual dengan melaksanakan shalat malam, maka bangun malam merupakan terpaaan batin dan sebagai sumber kekuatan.
Nabi saw, para sahabat dan ulama salafush shaleh menjadikan sebagai kebiasaan yang harus ada, karena inilah modal keberhasilan dan penemuan kesejukan ruhaninya. Sehingga merasakan penyesalan yang luar biasa tatkala terlena dengan yang lain sehingga meninggalkan shalat malam. Karena pada saat itu sinyal-sinyal ilahi sampai kepadanya, apakah itu wahyu kalau kepada para nabi atau ilham kepada selain nabi.
Sementara kebahagian yang akan dirasakannya bukan saja kemuliaan di dunia tetapi juga fasilitas masuk surga tanpa hisab. Dari hadis riwayat Bukhari dikisahkan, bahwa nanti pada hari kiamat pada saat seluruh umat manusia berkumpul di mahsyar dengan kebingungan, resah dan gelisah kemudian mereka kesana-kemari mencari pertolongan, terdengarlah suara berkumandang dengan mengatakan, “Mana orang-orang yang suka merenggangkan pinggangnya dari tempat tidurnya (shalat tahajud)?” Maka berdirilah di antara mereka tetapi sangatlah sedikit sekali. Nabi saw kemudian bersabda, ”Maka mereka yang sedikit itu kemudian masuk surga tanpa hisab.” Firman Allah, “Pinggang-pinggang mereka berpisah dari tempat tidur mereka, mereka menyeru kepada Tuhannya dengan takut dan penuh harap, dan mereka membelanjakan sebagian harta dari rezeki yang kami berikan kepada mereka. Maka, siapapun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka sesuatu yang dapat menyejukan pandangan mata sebagai balasan atas apa yang mereka perbuat.” (QS. As-Sajdah: 17. Dalam ayat lain Allah SWT menegaskan, “Mereka (orang-orang yang bertakwa) sedikit sekali tidur pada malam hari dan pada akhir malam mereka senantiasa beristighfar.” (QS. Adz-Dzariyat: 18)
Al-Khowwash ra. Berkat, “Obat penyakit hati itu ada lima, membaca Al-Quran dengan tadabbur, mengosongkan perut (shaum), bangun malam (tahajjud), tadhorru pada waktu sahur (akhir malam), dan bergaul dengan orang-orang saleh.”
Seorang sufi Dzun Nun Al-Misri mengatakan bahwa bahwa kesucian dan kebahagiaan batin dapat ditemukan dengan empat hal, yaitu pertama muwafaqah artinya menyesuaikan diri, baik keyakinan, ucapan dan perbuatan itu sesuai dengan perintah Allah dan contoh Nabi-Nya. Melanggar perintah Allah berarti tidak sesuai dengan fitrah ketauhidannya. Kedua munashohah, artinya saling menumbuhkan rasa cinta kasih antar sesama muslim, tentu saja kesetiaan atau cinta kasih yang tumbuh itu karena Allah, sehingga tidak terlepas dari koridor perintah Allah. Ketiga mukholafah, artinya membantah atau menentang ajakan hawa nafsu. Nafsu tidak mungkin dihilangkan dalam diri seorang muslim, tetapi nafsu harus di kemas menjadi nafsu yang diridhai Allah dan itulah nafsul muthmainnah. Dan, keempat muharobah, artinya siap dengan kekuatan yang ada untuk memerangi dan melumpuhkan syetan, tidak terlena atau malah menjadi saudaranya karena dia lah musuh yang nyata.
Setelah dengan sekuat tenaga dia berusaha menemukan jalan Tuhannya, maka dia akan menemukan manisnya keimanan, dan Nabi bersabda ada tiga ciri seseorang akan menemukan manisnya iman, yaitu “Cinta dan benci karena Allah, lebih mendahulukan Allah dan Rasul dibanding yang lain dan benci terjerembab atau masuk dalam kekafiran.” (HR. Muslim)
Dengan demikian untuk menemukan kebahagiaan batin terletak pada dekatnya dia dengan sumber kebahagiaan, yaitu Allah SWT, karena Dia lah Ar-Rahman dan Ar-Rahim, yaitu Maha Pengasih dan Penyayang yang kasih dan sayang-Nya tiada batas dan meliputi segala sesuatu. Dan Dia-lah Pemilik segala sesuatu, kalau Dia berkehendak tinggallah Dia mengatakan kun, maka terjadilah. Semoga kita dilimpahi kasih dan sayang-Nya. Aamiin. (KH. Drs. Muchtar Adam)