Membudayakan Prinsip Kerja 5 As Khas Daarut Tauhiid
Di lingkungan Pesantren Daarut Tauhiid (DT) memiliki budaya kerja khasnya yakni 5 As. Budaya kerja ini diajarkan pertama kali oleh Pendiri Pesantren DT yakni Abdullah Gymnastiar atau biasa dikenal dengan Aa Gym. Prinsip kerja ini didasari sebuah fakta bahwa hidup hanya sekali, hanya sebentar serta tidak tahu waktu kematian menjemput.
Fakta lainnya kita terlahir tanpa bekal apa pun, begitu pun saat kematian nanti. Hanya amal saleh yang bisa menjadi bekal. Amal saleh mempunyai dua kunci yakni niatnya benar hanya karena Allah, dan caranya benar sesuai perintah Allah dan contoh Rasulullah.
Untuk mengamalkan keduanya, DT membudayakan prinsip kerja 5 As. Pertama kerja keras, santri DT tidak diperbolehkan kerja malas, kerja santai. Rasulullah saw pernah mencium tangan sahabat beliau bernama Sa’ad al-Khudri yang berprofesi sebagai pemecah batu-batu besar di bawah terik matahari, sebagai penghargaan beliau terhadap pekerja keras.
Kerja keras tidak cukup tanpa diiringi dengan prinsip kedua yaitu kerja cerdas. Orang cerdas jika tidak disertai dengan kerja keras adalah hal mustahil, karena kerja keras berarti harus adil sesuai kemampuan. Jangan sampai bekerja di bawah kemampuan, contoh mampu melakukan tapi malas sehingga tidak mau bekerja keras.
Begitu pun sebaliknya santri DT tidak diperbolehkan kerja secara berlebihan sehingga menjadi zalim. Kerja keras adalah kerja yang proporsional dan kerja cerdas berarti mengoptimalkan potensi akal sebagai karunia Allah SWT.
Kerja Berkualitas, Tuntas dan Ikhlas
Ketiga, kerja berkualitas sesuai dengan firman Allah SWT:
وَأَنفِقُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا تُلْقُوا۟ بِأَيْدِيكُمْ إِلَى ٱلتَّهْلُكَةِ ۛ وَأَحْسِنُوٓا۟ ۛ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ
Artinya: “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, kerena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. al-Baqarah [2]: 195). Rasulullah saw mencontohkan untuk menjaga kualitas di setiap pekerjaan beliau.
Keempat, kerja tuntas. Santri DT harus membudayakan kerja tuntas yakni menyelesaikan setiap pekerjaanya sampai tuntas atau selesai. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT, “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS. al-Insyirah [94]: 7-8).
Jika pekerjaan sebelumnya masih belum selesai, santri DT tidak dianjurkan untuk mengerjakan pekerjaan selanjutnya. Karena Islam mengajarkan kita harus mampu bekerja keras, bekerja cerdas, bekerja berkualitas hingga tuntas, sehingga tidak menimbulkan kesan lari dari tanggung jawab dan menjadi pribadi yang tidak amanah.
Kelima, kerja ikhlas sebagai kunci diterimanya sebuah amal. Melakukan amal bukan karena ingin mendapatkan pujian, penghargaan, membangun nama apalagi mendapatkan imbalan dari manusia. Islam merupakan agama yang menjadikan setiap pemeluknya menjadikan Allah SWT satu-satunya tujuan dalam melakukan apa pun. Dengan kerja ikhlas maka Allah akan memberikan sakinah, ketenangan, dan kebahagiaan dalam hatinya. Sehingga dapat dipastikan pribadi yang ikhlas bahagia dengan pekerjaanya, mulia dengan perilakunya, serta memiliki pahala melimpah dan selamat.
Budaya kerja 5 As tersebut menjadikan santri DT sebagai pribadi yang bekerja dengan mengoptimalkan potensi fisik, akal dan hatinya dalam bekerja untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. (Ana)