Membangun Ekonomi Umat Ala Syafii Antonio
Karena dia miskin, tidak bisa belajar kemudian bodoh. Karena bodoh tidak mendapatkan pekerjaan, dia miskin lagi. Karena miskin dia tidak bisa berobat. Karena dia serba kekurangan dia bisa disulut-sulut oleh orang untuk berantem, jadi pecah.
Siapa yang tidak mengenal Muhammad Syafii Antonio (MSA)? Namanya mulai dikenal banyak orang seiring geliat ekonomi syariah di Indonesia yang semakin berkembang. MSA menjadi salah satu penggerak ekonomi syariah di Indonesia, terutama perbangkan syariah. Muslim keturunan Cina ini dikenal menjadi salah seorang bidan yang melahirkan bank syariah pertama di Indonesia.
Ustaz MSA sesungguhnya tidak terlahir dari keluarga muslim, melainkan keluarga Konghucu. Lahir dengan nama Nio Cwan Chung, pada 12 Mei 1967 di Sukabumi, MSA kecil tumbuh dan bergaul dengan umat Islam, baik dengan tetangga maupun di sekolah. Dia pun tertarik mengkaji Islam, walaupun awalnya dia berpindah agama terlebih dahulu menjadi seorang protestan.
Untuk mengetahui lebih dalam tentang Islam, sebelum bersyahadat, MSA remaja mempelajarinya melalui tiga pendekatan, yakni sejarah, alamiah, dan nalar rasio dengan membandingkannya dengan agama-agama lain. MSA pun kemudian mantap bersyahadat di usianya yang ke-17 di hadapan KH. Abdullah Bin Nuh al-Ghazali.
Bidang Ekonomi Menjadi Pilihan
Lulus SMA, setelah bersyahadat, MSA mendaftar ke ITB dan IKIP dan diterima. Namun, dia kemudian pindah ke IAIN Syarif Hidayatullah. Itu pun tidak lama. Belum lulus dari IAIN, dia pindah belajar ke University of Jordan sampai memperoleh Gelar Bachelor of Art in Islamic Studies and Economic and Statistic, kemudian melanjutkan studinya di International Islamic University Malaysia sampai meraih gelar Master of Economic.
Delapan tahun kemudian, MSA yang sudah banyak terlibat dalam pengembangan Ekonomi Syariah di Indonesia, terutama Perbankan Syariah, melanjutkan studi doktoralnya di University of Melbourne dan memperoleh Pd.D-nya dalam Micro Finance.
MSA menegaskan, ekonomi menjadi salah satu kunci utama dalam membangun umat, sehingga dia memilih Ekonomi sebagai bidang kepakarannya. Dia mengatakan, berbagai masalah umat Islam saat ini bermuara kepada tiga yang akar masalahnya adalah perekonomian. Ketiga hal itu adalah kemiskinan, kebodohan, dan perpecahan.
“Karena dia miskin, tidak bisa belajar kemudian bodoh. Karena bodoh tidak mendapatkan pekerjaan, dia miskin lagi. Karena miskin dia tidak bisa berobat. Karena dia serba kekurangan dia bisa disulut-sulut oleh orang untuk berantem, jadi pecah. Jadi masalahnya bermuara ke situ. Itu satu konsederasi,” jelasnya ketika berkunjung ke Daarut Tauhiid beberapa waktu lalu.
Selain itu, lanjutnya, kuatnya ekonomi juga menjadi pilar penunjang utama dalam berdakwah. Tak jarang, dakwah terhalang karena tidak adanya infrastruktur, sarana, dan prasarana yang merupakan implikasi dari lemahnya ekonomi umat.
Keutaaman Jihad Harta
MSA menyebutkan, dalam al-Quran kata jihad harta (jihad bil mal) seringkali mengikuti jihad dengan jiwa. Para ulama, jelasnya, memiliki dua pendapat dalam menafsirkan ayat tersebut. Pertama, jihad dengan harta meliputi benda yang dimiliki dan waktu, kemudian baru jihad dengan diri atau jiwa.
Yang menarik, lanjutnya, pada tafsir kedua, alasan jihad dengan harta dituliskan lebih dulu daripada jihad dengan diri. Jihad dengan diri dalam segala bentuknya, termasuk dakwah secara umum tidak dapat dilakukan jika tidak ditunjang dengan sarana, prasarana, dan infrastruktur, yang bisa terwujud jika jihad dengan harta dilakukan. Karenanya, MSA menegaskan, ekonomi umat harus kuat.
“Mau menyantuni anak yatim, harus ada pondoknya. Mau mengajari orang supaya terbebas dari buta huruf al-Quran harus ada bukunya. Mau membina mualaf sekalipun harus dikasih. peralatan salatnya, beasiswanya, dan seterusnya. Apalgi kita mau memberi fasilitas kesehatan, kedokteran, itu kan harus ada infrastruktur, klinik, dan lain sebagainya,” tuturnya.
MSA melihat tren ekonomi syariah semakin hari semakin positif. Menurutnya, praktik ekonomi berdasarkan nilai-nilai Quran sudah ada sekitar 70%-80% Jika diliihat dari pengertian ekonomi syariah secara luas yakni semua kegiatan komersial yang bernilai Islam dan tidak haram.
Dari Tazkia sampai AIC
Dia menegaskan, tugas umat Islam untuk terus mengembangkan tren ekonomi syariah di Indonesia “Kita ingin mendorong, semakin lama semakin besar. Alhamdulillah sekarang ghirah-nya sudah ada. Tinggal yang kita kejar itu volume, quantity, dan quality. Kalau property, kita masih jauh,” jelasnya.
Sejak lulus dari IIU Malaysia, MSA sudah mulai konsen mengembangkan ekonomi syariah melalui pengembangan perbankan Syariah. Dia terlibat dalam melahirkan Bank Muamalat di Indonesia yang menjadi bank syariah pertama yang ada di Indonesia. Tidak lama kemudian, MSA juga ikut membentuk Asuransi Takaful Indonesia. Sejak lulus dari Malaysia, MSA juga aktif mengajar di beberapa kampus di Indonesia.
Tahun 1998, MSA mendirikan Tazkia sebagai jawaban atas berbagai kebutuhan dalam bidang Ekonomi Syariah, khususnya perbankan Syariah. Lembaga ini dipilih Bank Indonesia untuk memberikan pelatihan dan pendidikan kepada para praktisi dan pimpinan perbankan mengenai perbankan dan Keuangan Syariah. Tazkia juga memberikan pelatihan, pendidikan, dan seminar di berbagai lembaga, termasuk perguruan tinggi.
Tazkia bermetamorfosis menjadi Tazkia Group. Hingga penghujung 2016, MSA menyebutkan, Tazkia Group terdiri dari 15 unit, dari mulai perguruan tinggi hingga travel. Tazkia yang awalnya sebagai konsultan perbankan dan keuangan syariah, tercatat sudah membantu melahirkan lebih dari 14 unit usaha perbankan syariah dan 7 asuransi syariah serta melatih lebih dari 6000 praktisi industri keuangan.
MSA juga mendirikan Andalusia Islamic Center (AIC) di kawasan Sentul, Bogor. Islamic Center yang berpusat di Masjid Andalusia ini menyelenggarakan berbagai pelatihan, konseling, pengembangan program ekonomi kerakyatan, membina para mualaf, serta berbagai kegiatan spiritual, intelektual, dan komersial pendukung lainnya yang sejalan dengan semangat kebersamaan, pencerahan, dan pemberdayaan.
Sebagai upaya mendorong perkembangan ekonomi syariah, MSA juga aktif menulis. MSA telah menulis lebih dari tiga puluh buku. Semuanya mengenai perbankan, manajemen, dan kepemimpinan syariah. Salah satu bukunya, Bank Syariah; Teori ke Praktik, menjadi buku referensi di perguran tinggi.
Saat ini, sebagai sumbangan untuk pengembangan ekonomi syariah, khususnya perbankan syariah, MSA menjadi bagian dari Komite Perbankan Syariah Bank Indonesia. Lebih luas lagi, MSA menyatakan, dirinya aktif di konsolidasi dan pengembangan ekonomi syariah.
“Sekarang saya aktif di consolidation and development. Saya lagi mengonsolidasikan beberapa kegiatan yang berada di bawah naungan grup Tazkia, sekarang ada kampus S1, S2, sama diploma. Kemudian ada unit asuransi, ada unit broker, kemudian ada merintis properti, tapi masih belajar. Nah, kemudian ada beberapa unit yang bergarak di bidang sosial. Yang pertama ada masjid, ada Islamic Center Andalusia, ada mualaf center, baitul mal, dan micro finance,” tuturnya.
Peranan LAZ dalam Membangun Ekonomi Syariah
MSA menyatakan, peran lembanga keuangan syariah di Indonesia masih sangat minin dalam membangun kekuatan ekonomi umat. Sebagai contoh perbankan syariah. MSA menjelaskan, bank syariah baru bisa membantu para pengusaha yang dianggap layak. Padahal, masih banyak usaha yang baru berdiri dan membutuhkan dana segar untuk menjalankan usahanya.
“Itu bagus untuk membantu saudara yang sudah bisa berdiri untuk bisa lari. Permasalahannya, masih banyak saudara kita yang masih merangkak, masih jongkok, dan itu lebar banget,” jelasnya menganalogikan peranan perbankan syariah saat ini.
Lembaga Amil Zakat, lanjutnya, juga memiliki peranan penting dalam membangun ekonomi umat. Hal tersebut dapat maksimal jika jumlah donasi terus naik dengan jumlah donatur yang terus bertambah karena pada kenyataannya, yang membutuhkan uang lebih banyak dari jumlah uang yang ada di LAZ.
Menurutnya, perlu ada edukasi untuk masyarakat, bahwa bersedekah dan berzakat yang bukan sekadar mensucikan saja. “Tapi, the middle of the process dan the beginning of the process. Yang bahaya itu, sekarang orang berbisnis apa saja sudah untung dia sedakah, jadi itu seolah-olah mensucikan,” tegasnya.
Terciptanya ekonomi syariah yang kuat, tambahnya, juga harus didorong dengan entrepreneurship dan kemampuan manajemen masyarakat, disertai pembekalan capacity building. Itu semua dapat diwujudkan tidak terlepas dari sinergi semua komponen ekonomi syariah, termasuk lembaga keuangan syariah.
Pentinya Berbagi Peluang
Menurutnya, berbagi merupakan tanda syukur seorang hamba kepada Rabbnya. Berbagi, jelasnya, bisa dilakukan dengan apa saja, tidak terbatas dengan uang. Bahkan, berbagi yang paling penting dan sangat sulit dilakukan adalah berbagi peluang.
Berbagi peluang ini merupakan berbagi yang paling mahal karena dampaknya berjangka panjang. Dengan peluang tersebut, orang yang diberi bisa berdaya dalam meningkatkan taraf hidupnya. “Itu lebih berat ngasihnya daripada ngasih duit yang sudah ada. Dan itu terus menerus,” tandas ustaz yang fokus membangkitkan ekonomi umat ini.