Memaknai Toleransi Dalam Islam
[DAARUTTAUHIID.ORG]- Narasi-narasi tolerasi selalu diperdebatkan antar kelompok, agama, dan masyarakat muslim Indonesia. Saling mengklaim paling toleransi dan yang kelompok anti toleransi. Perdebatan ini menjadi dikhawatirkan menimbulkan perpecahan antar kalangan umat. Oleh karenanya perlu memahami batas-batas toleransi, terlebih antar sesama agama.
Urgensi sikap toleransi sangat dibutuhkan sebagai alat pemersatu bangsa, ditengah kemajemukan dan perbedaa yang begitu bercorak dibanyak pulau nusantara. Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kemanjemukan yang cukup tinggi. Suku, budaya yang cukup beragam dan bahasa daerah yang cukup banyak, maka sangat dibutuhkan sikap toleransi yang diwujudkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Toleransi atau as-samahah dalam bahasa arab, merupakan sebuah konsep modern untuk menggambarkan sikap saling menghormati dan saling bekerjasama diantara kelompok masyarakat yang berbeda-beda baik secara etnis, bahasa, budaya, politik, maupun agama. Oleh karena itu toleransi merupakan konsep yang baik dan mulia yang sepenuhnya menjadi bagian organik dari ajaran agama-agama termasuk agama islam.
Dalam konteks toleransi antar-umat beragama, Islam sendiri memiliki konsep yang jelas, yang telah ditegaskan dalam Al-Quran, yaitu: “Tidak ada paksaan dalam agama, bagi kalian agama kalian, dan bagi kami agama kami”. Hal tersebut adalah contoh populer dari toleransi dalam Islam. Fakta-fakta historis atau empiris juga menunjukan bahwa masalah toleransi dalam islam bukanlah konsep yang baru. Toleransi adalah bagian dari dari ajaran Islam itu sendiri, yang detail-detailnya kemudian dirumuskan oleh para ulama dalam karya-karya tafsir.
Buya Hamka juga telah memberikan penegasan dan memberikan pandangannya dalam tafsirnya Al-Azhar, menafsirkan ayat tersebut yakni umat Muslim secara muamalah, masih diperbolehkan berinteraksi dengan mereka. Namun dalam masalah aqidah, tak boleh ada kerja sama. Dalam masalah ibadah, tak boleh ada kerja sama. Dan atas kejahatan dan kerusakan yang mereka perbuat, kaum Muslimin harus berlepas diri dari mereka.
Meskipun mereka mendustakan Rasulullah Shallahu ‘alaihi wassalam, Allah Ta’ala tidak memerintahkan memusuhi mereka dengan kekerasan. Allah Ta’ala hanya memerintahkan berlepas diri dari apa yang mereka kerjakan. Maka dengan kedamaian Islam seperti ini, banyak di antara orang-orang musyrikin Makkah yang kemudian satu per satu masuk Islam. Allahu a’lam bishowab (Shabirin)
_________________