Memahami Peta Kehidupan
Saudaraku, hidup ini ibarat kita memasuki hutan belantara. Tanpa memiliki peta, tanpa penuntun, tentu kita akan mengalami kesulitan. Sebaliknya, hidup akan lebih mudah bila memiliki peta, bisa membaca peta, dan memiliki penuntun.
Dalam menghadapi berbagai episode kehidupan, manusia terbagi menjadi empat golongan yakni:
- Manusia yang tidak memiliki peta kehidupan. Tipe manusia ini cenderung menjalani hidup tanpa arah.
- Manusia yang memiliki peta kehidupan. Tipe manusia ini cenderung terarah.
- Manusia yang memiliki peta kehidupan, namun tidak bisa membacanya. Tipe manusia ini cenderung melakukan amal kebaikan tanpa disertai ilmu.
Punya peta kehidupan, bisa membaca peta, dan memiliki penuntun. Inilah tipe manusia beruntung karena cenderung melakukan hal-hal yang baik dengan ilmu, dan mendapat kemudahan saat mengalami ujian dalam hidupnya.
Saudaraku, peta kehidupan kita adalah ilmu agama. Sedangkan penuntun kita adalah hidayah dari Allah SWT. Bila ujian atau masalah melanda ada tiga hal yang harus kita lakukan, yakni:
- Petakan masalah, dalam memetakan masalah kita tidak boleh subjektif. Syarat utamanya adalah tidak boleh emosi. Karena semakin baik kita memetakan masalah, akan membuat kita makin bijaksana.
Dalam hal mengelola emosi, manusia terbagi menjadi empat tingkatan: pertama, cepat marah, susah reda; kedua, cepat marah cepat reda; ketiga, susah marah susah reda; keempat, susah marah, cepat reda. Tingkatan terbaik adalah tipe manusia susah marah, cepat reda. Sedangkan tipe paling berbahaya adalah cepat marah, susah reda.
- Dalam mengambil keputusan apa pun kita hendaknya melakukan istikharah. Istikharah tidak harus saat kita berada di antara dua pilihan. Istikharah merupakan cara kita meminta pendapat Allah SWT agar diberikan yang terbaik menurut-Nya. Istikharah adalah salah satu bentuk adab kita sebagai hamba kepada Allah SWT Rabb kita.
Allah SWT berfirman:
لَہٗ مُلۡکُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ؕ وَ اِلَی اللّٰہِ تُرۡجَعُ الۡاُمُوۡرُ
Artinya: “Milik-Nyalah kerajaan langit dan bumi. Dan hanya kepada Allah segala urusan dikembalikan.” (QS. al-Hadid [57]: 5).
Selain istikharah, kita juga harus bermusyawarah saat akan mengambil keputusan. Karena bermusyawarah akan menghindarkan kita mengambil keputusan secara subjektif. Insya Allah.
(Kajian MQ Pagi; Senin, 21 September 2020)