Mari Kenali Karakter BAKU Khas Daarut Tauhiid
Pernahkah mendengar istilah karakter Baku? Lalu apa kaitannya dengan Daarut Tauhiid (DT)?
Karakter Baku memiliki kepanjangan karakter Baik dan Kuat. Karakter Baik terdiri dari ikhlas, jujur, tawadhu. Sedangkan karakter kuat meliputi berani, disiplin, dan tangguh.
DT memiliki beberapa tata nilai, salah satunya yakni karakter Baku. Setiap kegiatan wajib menyertakan karakter BaKu. Mulai dari kegiatan belajar mengajar di kelas, kegiatan ekonomi serta kegiatan kepesantrenan. Karakter BaKu menjadi output dan karakter dasar bagi setiap santri program dan santri karya di lingkungan DT.
Empat Karakter Manusia
KH. Abdullah Gymnastiar atau biasa disapa Aa Gym beserta adik beliau Abdurrahman Yuri atau biasa disapa A’Deda, merupakan konseptor karakter BaKu yang membagi karakter manusia menjadi empat macam. Pertama, Jelem (jelek lemah) yaitu orang yang memiliki karakter jelek, namun tidak mempunyai pengaruh pada orang lain. Kedua, Balem (baik lemah) yakni orang baik, tetapi dia tidak dapat melawan orang yang lebih berpengaruh dibanding dirinya.
Ketiga, Jeku (jelek kuat), karakter paling berbahaya yang dimiliki manusia. Ia tidak berakhlak baik, tapi mempunyai kekuasaan dalam mengontrol orang lain. Keempat, Baku (baik kuat), semua muslim diharapkan memiliki karakter ini yakni mempunyai akhlak baik dan mampu mengontrol orang-orang berbuat kebaikan.
Mengenal Karakter BaKu Lebih Dekat
Karakter BaKu terdiri dari 6 jenis karakter. Pertama, karakter ikhlas lawannya syirik. Syirik adalah kezaliman sangat besar, termasuk menyembah penilaian orang lain. Karena sehebat apa pun amal saleh bila tidak ikhlas akan menjadi amal yang salah. Jika tidak mempunyai karakter ikhlas semuanya sia-sia. Setiap muslim harusnya berusaha sekuat tenaga memiliki karakter ikhlas karena syaitan akan kesulitan menggoda orang ikhlas.
Ikhlas berarti tidak pernah merasa kurang dengan pengakuan. Alat ukur ketauhidan adalah keikhlasan. Bukan tentang amalnya, tetapi bagaimana ibadah atau amal kita diterima oleh Allah SWT. Alat ukur berikutnya yakni kecewa. Orang ikhlas tidak mudah kecewa, marah, sakit hati meskipun orang lain tidak menghargai perbuatan baiknya.
Kedua, karakter jujur lawannya munafik. Kita tidak boleh menganggap remeh kejujuran. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam al-Quran Surah an-Nisa [4] ayat 69, “Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”
Orang shiddiq berada di peringkat kedua setelah para nabi. Kita tidak akan bisa memiliki derajat kenabian, tapi kita bisa berada pada tingkatan orang yang benar, jujur dan terpercaya. Allah Maha Melihat semua kebohongan kita. Lebih baik dihina karena jujur daripada dipuji karena kebohongan.
Ketiga, karakter tawadhu lawannya takabur. Dari Ibn Mas’ud ra, Rasulullah saw, “Tidaklah masuk surga barang siapa yang di dalam hatinya terdapat kesombongan yang sebesar biji dzarrah (atom) sekali pun.” (HR.Muslim).
Rasulullah memberi nasihat pada kita untuk berhati-hati dengan kesombongan. Orang sombong memiliki dua tanda yakni mendustakan kebenaran dan meremehkan orang lain. Orang sombong menolak kritik karena dia selalu merasa benar. Semakin kita merasa banyak orang lebih rendah dari kita, maka berarti kita semakin sombong. Jangan sampai mengagumi dunia karena jika memilikinya kita akan sombong, dan jika tidak memilikinya kita minder.
Keempat, berani. Berani bukan berarti berani berkelahi, tetapi memiliki kemampuan mengambil keputusan sesuai dengan perintah dan yang disukai Allah SWT. Orang pemberani dilihat dari sedekahnya, sedangkan orang paling perkasa yaitu orang yang paling bisa mengendalikan amarahnya.
Kelima, disiplin. Banyak kebaikan yang kita ketahui namun kita tidak mengamalkannya, berarti kita tidak disiplin. Orang bahagia adalah orang yang disiplin berzikir dan disiplin menjaga hati. Jika tidak disiplin pasti bermasalah. Siapa pun yang tidak disiplin berarti menghancurkan dirinya sendiri.
Keenam, tangguh. Semua kendala dan kesulitan ialah cara Allah meningkatkan kemampuan. Kita harus bisa menikmati setiap masalah yang dihadapi dan bersedia menikmati segala perubahannya. (Ana)