Maraknya Kasus Kekerasan di Sekolah, Sistem Pendidikan Perlu Dievaluasi

DAARUTTAUHIID.ORGBelakangan ini Indonesia diramaikan sejumlah kasus kekerasan yang dilakukan oleh remaja, baik kekerasan secara fisik, verbal, maupun seksual, yang berdampak pada trauma, stigma, bahkan terjadinya pembunuhan.

Kekerasan yang dilakukan antar remaja merupakan tindakan yang dapat mengakibatkan cedera dan tekanan mental atau trauma.

Pada tahun 2022 KPAI merilis, korban kekerasan psikis maupun fisik menempati urutan kedua setelah korban kekerasan seksual. Hal ini memperlihatkan bahwa anak-anak di Indonesia lebih 84 jiwa sedang berada di kondisi yang tidak baik. 

Terjadinya kasus pembunuhan di salah satu SMK (sekolah menengah kejuruan) di Kota Manado yang dilakukan oleh salah seorang siswa terhadap gurunya, dan penyebab pembunuhannya hanya karena siswa tersebut tidak terima ditegur gurunya ketika sedang merokok.

Begitu juga yang terjadi di Jakarta Timur, seorang guru tega memukuli siswanya yang masih duduk di bangku kelas 6 SD (sekolah dasar), hingga memar di bagian mata kanannya.

Di Bekasi juga, seorang guru memukuli sejumlah siswa hanya karena siswanya tidak memakai ikat pinggang. Naudzubillah.

Para remaja menjadi agresif dan melakukan tindak kekerasan, disebabkan dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.

Faktor internal lainnya terkait kontrol diri remaja yang lemah. Remaja belum bisa berpikir panjang dan membedakan antara perilaku yang bisa dan tidak bisa diterima masyarakat.

Sedangkan, faktor eksternal penyebab perilaku kekerasan di antaranya akibat lingkungan keluarga yang kurang baik, kondisi keluarga broken home, serta kurangnya perhatian dari orangtua atau orang dewasa lainnya.

Shingga remaja menjadi rentan melakukan kekerasan untuk mendapat perhatian yang dirasanya tidak pernah ia rasakan.

Oleh karenanya, penting untuk mendorong pemerintah untuk terus melakukan pemetaan pendidikan saat ini, tentu saja dengan berkolaborasi bersama orangtua dan pihak lainnya.

Mau jadi apa generasi muda Indonesia kedepan jika kekerasan dikalangan remaja masih banyak terjadi, maka yang harus dilakukan adalah mendesain pendidikan berbasis karakter.

Pada faktanya, sejak reformasi nilai-nilai moral pancasila kian hilang dari subtansinya, karena fokus masyarakat secara umum yang beralih ke masalah politik.

Sekali lagi pendidikan karakter sangat penting, pendidikan karakter harus berbasis agama dan budaya untuk mengatasi kasus kekerasan yang terjadi. (Arga)

Redaktur: Wahid Ikhwan


DAARUTTAUHIID.ORG