Manajemen Qolbu, Konsep Khas Pendidikan di DT
Wakil Direktorat Pendidikan Daarut Tauhiid (DT), Anwar Sanusi mengatakan aktivitas Pesantren DT dalam bidang pendidikan, dakwah dan sosial, terelaborasi dalam satu konsep tata nilai yang disebut Manajemen Qolbu (MQ). Hampir di semua lini lembaga pendidikan, tata nilai ini, kata Anwar dijadikan dasar untuk mengembangkan karakter santri, baik secara formal atau non formal.
Menurutnya, konsep tata nilai tersebut merupakan gagasan terbaik dari Pimpinan DT, KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym). Konsep tersebut, lanjutnya menjadi sebuah panduan seluruh lembaga yang ada di DT. Khusus untuk Direktorat Pendidikan, konsep tata nilai itu menjadi jalan untuk mencetak generasi ahli zikir, pikir, dan ikhtiar.
“Manajemen Qolbu sudah menjadi landasan atau dasar hampir semua lembaga di DT, tanpa terkecuali. Konsep ini, tidak hanya menjadi acuan memutarkan roda organisasi atau manajemen namun juga menjadi ukuran untuk bisa melibatkan diri di sana, syukur alhamdulillah kalau sampai bisa berubah,” katanya, Rabu (20/11).
“Buah berfikir Aa Gym ini yang membuat DT bisa berkembang sedemikian rupa, khusus di pendidikan, konsep ini memiliki pengaruh besar dalam menjalankan program, pelaksanaan kurikulum, baiknya, kami jadi punya langkah membangun nilai plus bagi para santri dengan konsep ini,” jelasnya.
Konsepsi dasar dari nilai tersebut terdiri dari 4 komponen. Pertama, ma’rifatullah, kedua manajemen diri, ketiga entrepreneurship, keempat leadership. Keempatnya, lanjut Anwar dipergunakan untuk banyak hal, di dunia pendidikan, komponen tersebut diperuntukan untuk bekal membangun karakter dengan konsep kolaborasi kurikulum formal dan agama.
“Empat komponen itu menjadi kunci bagi kami di Dirdik, untuk bisa memberikan arahan yang jelas bagi sivitas TK sampai STAI. Kompenen tersebut, sebenarnya bisa juga dimaknai banyak hal, terlebih untuk menjadikannya alat menempa karakter para santri,” jelas Anwar.
Anwar mengatakan, tata nilai konsep dasar pendidikan DT ini, menjadi sebuah keunggulan yang kemungkinan besar tidak dimiliki oleh sivitas yang lain. Ke depan, ia berharap komponen dasar nilai-nilai DT bisa dijadikan bekal di kemudian hari oleh santri di lingkungan sekitarnya.
“Saya harap konsep ini bisa menular ke yang lain, jalan satu-satunya adalah lewat alumni yang ada. Sivitas DT harus bisa memerankan, minimla satu komponen di luar lingkungan DT,” pungkasnya. (Elga)