Latih Kepemimpinan, SSG DT Lakukan Simulasi Perang Badar
Setelah sebelumnya mendapatkan materi dari KH.Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) tentang ‘Ciri Akhlak Seorang Muslim’, dan materi dari Ustaz Mulyadi tentang ‘Konsep Kepemimpinan Dalam Islam’. Para peserta pendidikan dan pelatihan (Diklat) Santri Siap Guna (SSG) Angkatan ke 38 melakukan permainan perang badar dilapangan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), pada Ahad (13/10).
Nurhadi Subroto, atau yang akrab disapa Eyang, Kepala Bagian Diklat dan Pembinaan Pemberdayaan SSG DT mengungkapkan, pada pekan kesembilan, atau tahap bangun tim ini, para peserta akan dilatih fisik dan mentalnya melalui simulasi Perang Badar. Tujuannya agar santri dapat ke luar sifat-sifat kepemimpinannya.
“Diambil dari filosofi perang badar di zaman Rasulullah saw, yaitu ketika pasukan muslim yang berjumlah 300 mampu mengalahkan pasukan kafir Quraisy yang jumlahnya tiga kali lipat, tentu dengan ijin dan pertolongan dari Allah. Sehingga dapat diambil pelajaran bahwa dalam berperang perlu adanya totalitas, kepatuhan terhadap pemimpin, dan ketaatan kepada Allah SWT,” tuturnya.
Ia juga mengungkapkan, ada yang lebih besar dari perang badar. Apa itu? Jihad melawan hawa nafsu, sebagaimana yang pernah disampaikan Rasulullah saw kepada sahabatya, “Kita telah melaksanakan perang yang kecil, dan akan menuju kepada pertempuran yang lebih besar, yaitu Jihadun Nafs atau pertempuran melawan hawa nafsu kita sendiri”.
Katanya, permainan ini dibagi beberapa kegiatan, di antaranya, perang berbisik satu lawan satu. Masing-masing peserta diberi identitas oleh pelatih, yaitu pedang dan tameng. Para peserta akan mencari tahu lawannya dengan cara berbisik.
“Jika menemukan identitas yang berbeda dengan dirinya, maka harus merebut syal lawannya tersebut. Permainan ini mensimulasikan perjuangan Rasulullah saat awal-awal berdakwah, karena jumlah kaum muslim baru beberapa orang, maka Allah memerintahkan untuk berjihad secara sembunyi-sembunyi,” katanya.
Selanjutnya, peserta dibagi dua kelompok besar, dan target utamanya adalah bendera lawan, dengan amunisi berupa kantong plastik yang berisi air. Di sini mereka harus menentukan pemimpin dan strategi perang. Maka akan terlihat pentingnya peranan seorang pemimpin yang kuat, tegas, berani, cepat mengambil keputusan,” lanjut Nurhadi.
Terakhir, ia pun mengugkapkan hikmah kegiatan tersebut kepada Peserta SSG DT. “Tadi sudah dilakukan beberapa permainan, hikmahnya adalah supaya kalian bisa bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan, pentingnya taat kepada pemimpin, serta kepasrahan kepada Allah. Diharapkan dari kegiatan ini akan tumbuh sikap kedisiplinan, cepat mengambil keputusan, ketulusan serta keikhlasan. Itulah yang dikembangkan di Santri Siap Guna,” jelasnya. (Fatimah)