Kualitas Pribadi Manusia

Kualitas pribadi seseorang dapat terukur dengan jelas dari ucapannya. Seseorang bisa menyandang predikat berkualitas tinggi, rendah, atau pun dangkal dari apa yang diucapkannya. Pertama, ialah orang berkualitas tinggi. Yaitu orang yang berbicara pada tempat dan saat yang tepat, dengan tutur kata sarat akan hikmah. Kata-kata yang dilontarkannya mengandung ide, gagasan, ilmu, zikir, dan solusi yang bermanfaat bagi diri dan orang-orang di sekitarnya.

Coba kita evaluasi diri, apakah kita sudah termasuk orang yang berkualitas tinggi? Apa yang kita ucapkan ketika berada di kantor, kampus, atau saat kembali ke rumah dan berkumpul dengan keluarga? Apakah kata-kata yang dapat membuat kita dan orang-orang di sekitar kita menjadi bertambah ilmu atau sebaliknya?

Kedua, orang berkualitas biasa-biasa saja. Yaitu orang yang apabila berbicara maka kata-kata dari lisannya adalah ucapan yang sibuk menceritakan peristiwa-peristiwa. Kejadian yang dialami atau pun sesuatu yang dia ketahui. Orang seperti ini akan sibuk mengomentari segala hal yang diangkat dengan begitu lengkap. Ia akan menceritakan peristiwa kecelakaan, kejadian aneh, atau pun kisah-kisah penggambaran lain dengan sangat jelas dan detail.

Dia akan menceritakan setiap rinci yang disaksikan. Tidak ada yang dia lewatkan sedikit pun diceritakan kepada orang yang tidak melihatnya secara langsung, bahkan ia juga akan menceritakannya kepada orang yang ada bersamanya di saat kejadian. Dia tidak akan kuat menahan lidahnya untuk tidak berkata-kata dalam hal menanggapi suatu kejadian.

Ketiga, ialah orang berkualitas rendah. Orang seperti ini cenderung selalu membawa segala permasalahan yang dialaminya ke mana pun dia melangkah. Di mana pun dia berada pekerjaannya adalah mengeluh, mencela, dan menghina.

Hari-hari orang seperti ini akan selalu disibukkan dengan celaan dan hinaan. Saat diberi makan oleh tetangga misalnya, pertama kali yang terlontar adalah komentar bukannya rasa syukur atau pujian terhadap kebaikan tetangga. Selalu yang keluar adalah penilaian-penilaian negatif. Dia akan langsung berkomentar bahwa makanan itu misalnya kurang ini atau kurang itu. Dia tidak akan merasa puas.

Saat turun hujan dia akan menyesali turunnya berkah itu. Karena misalnya menyebabkan macet, jalanan menjadi becek, sehingga ia tidak leluasa berkegiatan dan berjalan. Dia akan menggerutu dan mengutuk keadaan berupa umpatan dan keluhan. Orang yang seperti demikian sepanjang hidupnya akan merasakan penderitaan. Sejak bangun tidur hingga tidur kembali yang dia ucapkan hanyalah keluhan karena ketidakridaan terhadap orang lain dan ketidakridaan terhadap takdir Allah Ta’ala.

Keempat, yakni orang berkualitas dangkal. Yaitu orang yang sibuk menyebut-nyebut kebaikan diri dan jasa-jasa yang ia lakukan. Orang seperti ini biasanya bersikap tidak mau menerima kekalahan apalagi mengalah terhadap sesuatu perkara. Kalau ada orang yang menceritakan keberhasilannya, maka ia akan menimpali dengan menyebutkan kebanggaan dirinya yang lain. Jika ada orang lain yang lebih sukses, maka ia akan berbicara kepada orang banyak bahwa kesuksesan orang itu karena kontribusi dirinya. Kalau orang berkualitas dangkal ini melakukan kebaikan, maka ia akan mengangkat ke permukaan perihal kebaikannya itu. Ia ingin agar kebaikannya diketahui banyak orang. Ia ingin dinilai sebagai pahlawan.

Semoga kita diberikan kekuatan oleh Allah Ta’ala untuk menjaga lisan kita. Supaya kita tidak termasuk golongan orang yang berkualitas dangkal, rendah, dan biasa-biasa saja. Kita harus berusaha sekuat mungkin untuk memperhatikan setiap tutur kata agar termasuk orang yang berkualitas tinggi. (KH. Abdullah Gymnastiar)