Ketua IDI Kuningan: Empat Anjuran Berkurban Kala Pandemi
Berkurban dalam situasi pandemi Covid-19 merupakan salah satu rintangan yang harus dihadapi jamaah. Berbagai pandangan teekait hal tersebut cukup membuat masyarakat kebingungan. Hal ini juga yang menginspirasi Daarut Tauhiid (DT) Peduli untuk menggelar tausiah online dengan tema Qurban Sehat Tanpa Covid 19.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Kuningan, dr Asep Hermana menjadi pemateri. dr Asep berpendapat dalam aspek kesehatan hal pertama yang perlu dilakukan adalah bagaimana akal setiap manusia meyakini bahwa covid memang berbahaya dan lebih mengutamakan kesehatan.
“Karena ada saja yang mengatakan hal lain tentang virus ini sehingga mengabaikan protokol kesehatan, benteng pertamanya akal kita, kalau tahu informasi tentang virus ini dan menganggap beebahaya artinya harus dijalankan peran protokol kesehatan,” katanya, Ahad (26/7).
dr Asep mengatakan, mewujudkan prosesi Idul Adha yang sehat tanpa covid ini, perlu ada riset, maka ia dan organisasinya melakukan sebuah riset atau kajian terkait potensi penularan di saat Idul Qurban berlangsung.
Dari hasil penelitian itu, katanya ada emoat hal yang mesti dikelola agar terwujud proses qurban yang sehat. Pertama, potensi kerumunan masa, artinya, perlu ada sistem yang mengatur tentang pengelolaan kerukunan tersebut.
“Riset mengatakan, tahun 2019 ada sekitar 45 juta muslim yang terlibat dalam prosesi kurban di Indonesia. Nah ini kan jelas bisa menjadi potensi klaster penyebaran. Maka diperlukan sebuah sisitem yang mengatur tentang pengelolaan tadi, baik dari ilmuan kesehatan, dokter, pemerintah, okoh agama dan aparat di lapangan harus bisa mengatur itu,” katanya.
Kedua, potensi penularaan saat prosesi saat orang-orang yang hadir tidak terproteksi. Artinya, tidak adanya pendataan tentang riwayat panitia atau orang-orang yang hadir.
“Perlu ada dorongan dan himbauan saat pembentukan kepanitiaan, salah satunya catatan kesehatan agar ini bisa menanggulangi bahkan mengurangi potensi penyebaran covid 19,” jelasnya.
Ketiga, hindari orang-orang diatas 50 tahun yang memiliki Komorbid atau memiliki penyakit selain penyakit utamanya. Potensi ini perlu dicegah karena virus ini akan menyerang sesuatu yang bersarang dalam tubuh seseorang.
“Maka bagi ibu atau bapak yang nanti sekiranya memamg memiliki riwayat ini harus sadar diri untuk tidak ikut dalam kepanitiaan,” ujarnya.
Keempat, petugas yang mengantarkan daging harus menjungjung tinggi protokol kesehatan.
“Ini kan interaksi secara langsung saat mengantarkan, maka harus di pahami betul protokol kesehatan yang sudah tersebar, harus betul-betul diarahkan atau diseleksi juga dilengkapi,” jekssnya. (Elga)