Ketenangan Hati dan Kesuksesan

Saudaraku, beruntunglah orang-orang yang senantiasa memaksimalkan setiap potensi untuk berbuat kebaikan. Perbuatan-perbuatan yang disukai Allah Ta’ala saja. Beruntunglah orang-orang yang selalu menjaga setiap tutur kata hanya untuk mengucapkan kebenaran. Perkataan yang diridai Allah Ta’ala saja. Karena inilah jalan ikhtiar untuk menggapai kesuksesan. Kesuksesan yang juga insya Allah ada dalam keridaan-Nya.

Banyak orang yang mendambakan hidup sukses. Ada yang menjadikan uang dan harta kekayaan sebagai tolak ukur kesuksesan. Ada yang menjadikan ketenaran sebagai parameter kesuksesan. Ada pula yang menjadikan pendidikan tinggi sebagai ukuran kesuksesan. Ada yang mengira kalau sudah kaya raya maka ia akan bisa membeli apa pun. Memiliki apa pun untuk memenuhi keinginannya.

Ada yang berpikir kalau sudah dikenal banyak orang, maka ia akan mendapatkan berbagai kemudahan. Ada yang menduga kalau sudah banyak gelar pada nama, maka ia akan mendapatkan penghasilan tinggi dan penghargaan dari manusia.

Demikianlah seringkali berbagai hiasan dunia baik itu berupa harta, jabatan, kekuasaan, kendaraan, rumah megah, perhiasan, gelar dan lain sebagainya memikat pandangan manusia. Manusia pun mengira dengan memiliki semua itu, maka akan bahagialah ia dan sukseslah hidupnya. Padahal pada kenyataannya betapa banyak manusia yang justru terhimpit dadanya, terasa sempit hidupnya, senantiasa diliputi rasa tidak aman siang bahkan malam. Dihinggapi kegelisahan dan kekhawatiran setelah berbagai perhiasan dunia itu ia dapatkan.

Orang yang punya mobil mewah akan membuat garasi setinggi mungkin dengan lilitan kawat, kalau perlu ditambahi aliran listrik. Setiap hendak parkir dicarinya tempat paling tersembunyi karena khawatir tersenggol atau tergores kendaraan lain. Setelah terparkir justru bertambah gelisah, khawatir mobilnya ada yang mencuri.

Saudaraku marilah kita renungi. Apalah arti kekayaan, pangkat jabatan, gelar dan ketenaran, jika semua itu sama sekali tidak mendatangkan ketenangan di dalam hati. Apalah arti semua itu jika hanya membuat langkah kita semakin terbatas. Membuat gerak kita semakin terbelenggu serta membuat hati menjadi bertambah resah dan gelisah.

Itukah yang kita sebut dengan kesuksesan? Logikanya mana mungkin kita disebut sukses sedangkan perasaan kita tidak nyaman dan tidak tenang. Padahal di tempat yang lain banyak orang rela merogoh dompet dalam-dalam, mengeluarkan uang sekian banyak hanya demi mendapatkan ketenangan. Kesuksesan sejati adalah manakala yang kita cita-citakan dan kita upayakan untuk menggapainya merupakan hal yang dicintai oleh-Nya. Semuanya untuk Allah semata.

Allah SWT berfirman:

قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ ۙ ﴿الأنعام : ۱۶۲
لَا شَرِيْكَ لَهٗ ۚوَبِذٰلِكَ اُمِرْتُ وَاَنَا۠ اَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ ﴿الأنعام : ۱۶۳

Artinya: “Katakanlah (Muhammad), ‘Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam, tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim).’” (QS. al-An’am [6]: 162-163).

Jika cita-cita kita berada di jalan Allah dan kita upayakan dengan ikhtiar yang sesuai pula, dengan rambu-rambu yang telah digariskan oleh-Nya, maka niscaya ketenangan akan menyelimuti hati kita. Baik itu ketika hasilnya sesuai harapan, atau sebaliknya saat tidak sesuai harapan. (KH. Abdullah Gymnastiar)