Ketekunan Bawa Kesuksesan
Saudaraku, tentunya kita pernah melihat bagaimana tetesan air yang jatuh di atas batu bisa membuat batu yang keras itu kemudian berlubang atau menjadi cekung. Cekungan itu terbentuk bukan karena air satu ember yang disiram sekaligus di atasnya. Melainkan karena tetesan demi tetesan kecil yang jatuh ke atasnya secara konstan, terus-menerus.
Kita tafakuri terciptanya stalagtit dan stalagnit di dalam gua. Keindahannya tidak tersusun begitu saja, melainkan karena tetesan dan rembesan air yang berlangsung terus-menerus dalam waktu yang sekian lama, sehingga terbentuklah susunan batuan yang tak bisa dibuat tangan manusia.
Apa hikmah dari semua itu? Ya, ketekunan. Tiada kesuksesan yang tergapai tanpa ketekunan. Ada seorang tuna netra bisa menghafal 30 juz lengkap dari al-Quran, padahal indra penglihatannya tidak berfungsi sama sekali, sehingga tidak bisa membaca al-Quran seperti umumnya orang lain. Ia harus membawa Quran dengan huruf braille yang tidak mudah untuk dikuasai. Namun meski memiliki keterbatasan, ia bisa menghafalkan bahkan dengan tajwid dan makharijul huruf yang fasih dan tartil. Kemampuan tersebut tidaklah datang dengan sendirinya, melainkan karena latihan demi latihan yang ia jalani dengan penuh ketekunan.
Banyak hal-hal yang mustahil terjadi namun atas izin Allah Subhanahu wa Ta’ala bisa terjadi karena syariatnya adalah ketekunan. Dulu manusia hanya bisa berangan-angan saja dapat terbang layaknya burung. Kemudian ada yang melakukan penelitian dan mengadakan percobaan demi percobaan tiada kenal lelah. Sampai akhirnya ditemukanlah konsep paling sederhana dari pesawat terbang. Seiring perkembangan zaman terciptalah industri pesawat terbang yang kian hari kian canggih.
Dahulu manusia perlu berhari-hari untuk menyampaikan pesan dari tempatnya ke tempat lain di negeri yang lain. Sekarang manusia hanya perlu hitungan detik untuk mengirimkan pesan ke tempat lain meski berada di negara dan benua yang berbeda sekali pun. Hal ini karena syariatnya adanya sebagian manusia yang tekun mempelajari teknologi informasi dan komunikasi. Kemudian atas izin Allah SWT upaya mereka pun membuahkan hasil.
Saudaraku, Rasulullah saw adalah sosok yang sangat tekun. Bukanlah hal yang mudah mengajarkan tauhid kepada masyarakat Arab yang terjebak dalam kejahiliyahan ketika itu, di mana mereka masih menyembah berhala. Betapa dahsyatnya penentangan yang menerpa Rasulullah, akan tetapi semua halangan dan rintangan itu tak membuat beliau mundur selangkah pun dari jalan dakwah.
Ketekunan Nabi Muhammad dalam menyampaikan risalah Allah akhirnya berbuah hasil. Datanglah para sahabat yang menerima ajaran dan mengikutinya dengan tulus dan sungguh-sungguh. Semakin berjalannya waktu, semakin besar pula pengikut beliau dan semakin tersebar pula ke seantero negeri.
Saudaraku, ketekunan lahir jika ada niat yang lurus dan kuat di dalam hati kita. Tanpa adanya kekuatan niat, maka kita akan mudah goyah manakala menemui rintangan dan kesulitan. Niatkanlah setiap apa yang kita lakukan sebagai bentuk ibadah kepadanya. Jika Allah yang ada di dalam hati kita, maka akan datang kekuatan yang membuat langkah kita tak pernah surut untuk mencapai tujuan mulia. Lihatlah bagaimana para penjahat yang bisa merampok sebuah bank. Untuk melakukan kegiatan jahat saja betapa mereka tekun menelusuri cara-caranya. Betapa mereka tekun membuat langkah-langkah agar tidak diketahui dan tak tertangkap aparat hukum.
Maka jika di dunia ini ada segelintir orang yang untuk berbuat jahat saja sedemikian tekunnya, maka apalagi dalam berbuat kebaikan dan ketaatan kepada Allah, harus lebih tekun. Dahulu kaum kafir Quraisy sedemikian tekun mencari-cari jalan untuk mencelakai Rasulullah saw. Gagal satu langkah, maka mereka mencoba langkah yang lain. Betapa getolnya mereka melobi Paman Nabi yakni Abu Thalib agar mau membuka perlindungannya atas diri Nabi Muhammad. Saat upaya itu gagal, maka mereka melancarkan pemboikotan terhadap keluarga Nabi. Orang beriman kepada Allah tentunya harus menjadi orang yang lebih tekun dalam mengejar keridaan Allah. Tekun untuk melakukan apa yang Allah sukai dan tekun dalam menjauhi Apa yang Allah murkai.
Termasuk dalam hal pekerjaan, ketekunan kita dalam bekerja hendaknya dilatarbelakangi dengan niat ibadah kepada Allah. Karena bekerja untuk memenuhi nafkah atas diri dan keluarga merupakan bagian dari ajaran Rasulullah. Nabi Muhammad mengajarkan nilai-nilai tentang amanah, kejujuran, tanggung jawab, dan totalitas. Semua itu adalah bagian tak terpisahkan dari ketekunan. Kesuksesan hanya milik orang-orang yang tekun. Tekun mengejar cinta Allah yang tercermin dalam ketekunannya dalam bekerja dan berkarya. (KH. Abdullah Gymnastiar)