Keteguhan dan Kesabaran Urwah bin Zubeir
Keteguhan dan Kesabaran Urwah bin Zubeir.
Semangat dan kesabaran seorang Mukmin mengandung keteguhan yang menundukkan kesulitan, mengalahkan rintangan, memunculkan ketenangan serta ketentraman jiwa. Urwah Bin Zubair merupakan anak dari sahabat Rasulullah, Zubair bin Awwam, sedangkan ibunya Asma binti Abu Bakar as-Shidiq, dijuluki dzatun nithaqain (pemilik dua ikat pinggang).
Urwah bin Zubeir terkena penyakit kanker yang memakan sebagian anggota tubuhnya. Pada saat ia berada di tempat Walid bin Abdul Malik di Syam, kakinya hendak dipotong di dalam rumah Walid, sementara Walid sibuk dengan tamu yang berbicara dengannya, Urwah tidak bergerak. Hingga ditempelkan kakinya dengan besi panas, barulah dia mencium bau seperti daging panggang.
Manakala seorang tabib dipanggil untuk memotong kaki Urwah, tabib itu berkata, “Minumlah khamr agar kamu tidak merasa sakit”.
Urwah menjawab, “Aku tidak meminta bantuan kepada apa yang diharamkan oleh Allah atas apa yang aku harapkan kesembuhannya”.
Mereka berkata, “Bagaimana dengan bius?”
Urwah menjawab, “Aku tidak ingin salah satu anggota tubuhku dipangkas sementara aku tidak merasakan sakitnya. Karena aku berharap pahala dari Allah karenanya.”
Lalu beberapa orang mendatanginya. Urwah tidak mengenal mereka. Dia bertanya, “Siapa mereka itu?”
Mereka menjawab, “Orang-orang yang akan memegangimu. Karena sakit memerlukan kesabaran yang tinggi”.
Urwah menjawab “Aku berharap diriku bisa menanggungnya sendiri. Maka kalian tidak perlu memeganginya”.
Telapak kakinya dipotong dengan dipangkas menggunakan gergaji. Sementara dia bertahlil dan bertakbir. Ketika dia sadar, dia menyeka keringat dari wajahnya. Dia melihat kakinya ada di tangan mereka. Dia memintanya dan membolak-balikkannya dengan tangannya. Kemudian dia berkata, “Demi Dzat yang yang membawaku berjalan di atasmu. Sesungguhnya Dia mengetahui bahwa aku tidak pernah menggunakanmu berjalan kepada yang haram (maksiat)”.
Dalam kondisi ini anaknya Urwah, Muhammad bin Urwah meninggal dunia. Ketika dia masuk ke kandang kuda Walid bin Abdul Malik, dia ditabrak oleh seekor kuda dan jatuh kemudian wafat.
Ketika Urwah pulang ke Madinah setelah perjalanan itu, dia berkata, “Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai empat anggota tubuh (kaki dan tangan). Engkau mengambil satu dan menyisakannya tiga untukku. Untuk-Mu segala puji. Demi Allah, jika Engkau mengambil, maka Engkau telah menyisakan. Jika Engkau telah menguji, maka Engkau telah memberi nikmat”.
Dan ucapan bela sungkawa terbaik adalah ucapan Ibrahim bin Muhammad bin Thalhah. Dia berkata, “Demi Allah, engkau tidak membutuhkannya untuk berjalan atau berlari. Salah satu anggota anggota tubuhmu dan salah seorang anakmu telah mendahuluimu ke surga, Semuanya pasti mengikuti sebagiannya, InsyaAllah Ta’ala. Dan Allah telah menyisakan untuk kami darimu, di saat kami memerlukannya dan tidak berlepas darinya, yaitu ilmumu dan pendapatmu. Semoga Allah menjadikannya bermanfaat untukmu dan untuk kami. Allah lah wali bagi pahalamu dan Dia lah penjamin hisabmu”. (Wahid)