Kenali Penyakit Hati
KH. Abdullah Gymnatiar (Aa Gym) selalu menyampaikan ceramah yang begitu ringan dan mengena bagi siapa saja. Inilah yang dirasakan santri dan jamaah di Daarut Tauhiid (DT). Sesuatu yang sangat sederhana dijadikan materi dakwah sehingga mudah dicerna. Terkait hal tersebut, ada materi dakwah yang sering disampaikan oleh Aa Gym. Yakni tentang pengendalian hati dan kejujuran dalam melihat diri sendiri.
Perlu kita renungi, apa yang dilakukan setiap hari. Jangan sampai kita merasa aman-aman saja dengan yang dilakukan setiap hari. Sepertinya kita harus lebih hati-hati dengan pujian orang. Jangan sibuk dengan pujian orang. Lupa pada diri sebenarnya juga memiliki kesalahan yang perlu diperbaiki diri. Kita bisa lihat, ada yang memperlihatkan kebaikan di hadapan orang banyak, tapi di belakang mereka ia bersikap sebaliknya.
Hendaknya orang setiap ujian dan cobaan dari Allah dan perlu benar-benar kita tanamkan dalam keyakinan yang sedalam-dalamnya, bahwa ujian dan cobaan berupa hukuman adalah tanda kasih sayang Allah. Serta kejujuran pada diri, akan adanya pengawasan yang bisa saja tidak luput dari pantauan Allah.
Masalahnya saat ini, ada orang itu tidak suka kalau dirinya dianggap berpenyakit dan tidak mengakui diri adanya kesalahan. Yang dia ketahui itu penyakit lahir yang terlihat saja. Padahal tidak ada bedanya penyakit lahir dan penyakit hati jika kita menyadarinya. Ketika penyakit lahir, dia akan berusaha mengobati meskipun membayar mahal agar sembuh. Harusnya penyakit hati jika kita ingin sembuh jauh lebih ingin serius dan akan mahal jika kita sudah sembuh dari penyakit hati kalau kita mau menyadarinya dan pahami.
Tapi sangat disayangkan, penyakit hati ketika orang itu terkena sangat tidak ingin mengakuinya. Jika diberi tahu saja sudah marah apalagi kalau diobati. Inilah bahayanya penyakit hati itu.
يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ ﴿٨٨
إِلَّا مَنْ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ ﴿٨٩
Artinya: “(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. asy-Syu’ara’ [26]: 88-89).
Ingatlah hari tiada manfaat, harta dan anak-anak kecuali menghadap kepada Allah Ta’ala dengan qolbun salim (hati yang bersih). Hati yang bersih harus menjadi keinginan diri untuk dicintai Allah. Jika kita ingin menjadi ahli surga serta hidup di dunia bahagia, pastilah husnul khotimah dan amalnya diterima sehingga berjumpa dengan Allah Ta’ala dengan menjadi pribadi qolbun salim. (Eko)