Kenali Penyakit Hati
Saudaraku, banyak orang mengeluh sakit yang dideritanya. Baik itu ringan atau pun berat. Rasa sakit yang datang pada dirinya terkadang membuat sebagian orang menyerah dengan penyakitnya. Mereka mengeluh dan meminta belas kasihan dari orang lain, seakan penyakitnya sudah paling berat ia rasakan.
Hendaknya orang yang sakit memahami bahwa sakit adalah ujian dan cobaan dari Allah. Hal ini perlu benar-benar kita tanamkan dalam keyakinan, bahwa ujian dan cobaan berupa hukuman adalah tanda kasih sayang Allah.
Jika kita jujur pada diri sendiri, bisa saja rasa sakit merupakan kesempatan bagi kita untuk merenungi apa yang dilakukan selama ini. Karena mungkin saja, sakit yang datang itu karena perilaku kita yang tidak sesuai dengan kehendak Allah, atau cara kita agar naik derajat di mata-Nya. Ingatlah perkataan Umar bin Khattab yang bisa jadi bahan renungan ini.
حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا
Artinya: “Hisablah (evaluasi) diri kalian sebelum kalian dihisab (di hadapan Allah Subhanahu Wata’ala).”
Saudaraku, ada hal sangat penting yang harus dilakukan untuk menyadari suatu saat kita akan dihisab. Hisab itu menjadikan kita selamat, sehingga kita harus membiasakan menghisab diri. Menghitung diri kita sendiri sebelum menghadapi perhitungan kelak.
Jika kita memeriksa atau menghisab diri, maka semuanya itu untuk mengetahui bibit-bibit penyakit yang mungkin sudah ada. Disadari atau tidak sadari. Meski belum tampak di permukaan, tapi potensinya itu sudah ada. Ini tidak bisa dilihat secara kasat mata. Semestinya ketika kita serius untuk mengetahui penyakit lahir yang ada pada diri, kita pun harus lebih serius mengetahui penyakit hati.
Seharusnya, kita punya perangkat untuk general check-up penyakit hati ini. Ikhtiar untuk mendeteksi penyakit hati. Kita harus melakukan general check-up hati, karena jika penyakit hati ada pada diri kita namun tidak kita diperiksa dan diobati, pastilah di dunianya merasakan sengsara.
Saudaraku, masalahnya saat ini ada yang tidak suka kalau dirinya dianggap berpenyakit. Ia hanya mengetahui penyakit lahir/fisik yang terlihat saja. Padahal tidak ada bedanya penyakit fisik dan penyakit hati jika kita menyadarinya. Ketika penyakit fisik, ia akan berusaha mengobati meskipun membayar mahal agar sembuh. Harusnya penyakit hati jika kita ingin sembuh, jauh lebih serius mengobatinya.
Hanya sangat disayangkan ketika terkena penyakit hati, banyak yang menolak mengakuinya. Diberitahu saja sudah marah, apalagi kalau diobati. Inilah bahayanya penyakit hati.
يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ ﴿٨٨
إِلَّا مَنْ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ ﴿٨٩
Artinya: “(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. asy Syu’ara’ : 88-89).
Saudaraku, ingatlah hari ketika tiada manfaat harta dan anak-anak kecuali menghadap kepada Allah Ta’ala dengan qolbun salim (hati yang bersih). Hati yang bersih harus menjadi keinginan diri agar dicintai Allah. Jika kita ingin menjadi ahli surga serta hidup di dunia bahagia, maka berusahalah husnul khotimah dan amalnya diterima sehingga berjumpa dengan Allah Ta’ala menjadi pribadi qolbun salim.
Maka, penting bagi kita untuk mendeteksi penyakit hati. Sepenting mendeteksi penyakit lahir/fisik kita. Senantiasa mengingat Allah dengan mendeteksi penyakit hati kita, karena itu insya Allah menjadikan amal saleh.
(Kajian MQ Pagi, Kamis 15 Oktober 2020)