Kenali Haid Pertama dan Permasalahannya
Remaja merupakan masa yang sangat menentukan bagi kehidupan seseorang. Masa ketika dimulainya awal periode perubahan dari segi psikis maupun fisik. Perubahan psikologis yang paling dominan adalah remaja sering mengalami gejolak emosi dan tekanan psikis. Apalagi bagi remaja yang hidup di perkotaan. Kompleksitas kehidupan dan masyarakat yang lebih majemuk, membuat tekanan hidup lebih berat.
Adanya perbedaan latar belakang kehidupan, norma-norma kebudayaan dan adat istiadat, nilai-nilai moral, etika dan sosial di masyarakat perkotaan, membuat para remaja mudah sekali menyimpang dari aturan dan norma-norma sosial. Oleh karena itu, penting sekali bagi orangtua memberikan pembekalan ilmu sebagai pedoman mereka di kemudian hari.
Masa Pubertas
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak- kanak ke masa dewasa. Pada masa peralihan ini, ada satu tahap kejadian penting dalam kehidupan remaja khususnya remaja putri yaitu pubertas secara alamiah. Tandanya timbulnya haid pertama (menarche), yang kemudian diikuti proses perubahan fisik, emosi serta penyesuaian sosial untuk menjadi dewasa.
Ditinjau dari perkembangan biologisnya, yang dimaksud remaja adalah mereka yang berusia 12-21 tahun. Pada usia 12 tahun bagi remaja putri merupakan awal pubertas dengan perubahan fisik yang terjadi, antara lain pertumbuhan payudara, rambut pada kemaluan, pinggul melebar, menstruasi dan ovulasi (matangnya sel telur).
Terjadinya menarche pada awal pubertas ini menandakan bahwa kemampuan seorang perempuan untuk dapat mengandung, karena dimulainya produksi hormon-hormon yang terkait dengan fungsinya tersebut. Perubahan hormonal tersebut dapat berpengaruh langsung pada tubuhnya, perasaan dan perilaku seksualnya.
Secara psikologis pada 2- 3 hari menjelang datangnya menarche ini terjadi kecemasan yang meningkat dengan disertai pengeluaran darah dari organ vitalnya dimana sering sekali kita temukan bahwa gadis- gadis kecil ini timbul ketakutan, kecemasan, kebingungan, kegugupan (nervous) saat melihat darah pada pakaian dalamnya.
Ketidaknyamanan fisik menyertai masa- masa menstruasi pertama ini diantaranya rasa nyeri yang menyakitkan pada perut, sampai dengan kram perut, letih, lesu, sakit kepala dan gangguan fisik lain akibat terjadinya kontraksi otot- otot rahim.
Oleh karena itu, bila remaja putri yang kurang mempersiapkan diri sedini mungkin maka peristiwa menarche ini tidak mustahil menjadi suatu peristiwa yang sangat traumatik.
Melihat fenomena tersebut diatas bahwa sebagian besar remaja putri sangatlah diperlukan informasi mengenai menarche ini, karena kurangnya informasi maupun pengetahuan yang didapat baik dari ibunya maupun teman sebayanya.
Momen penting inilah bagi seorang ibu untuk berperan banyak kepada remaja putrinya dalam menyampaikan secara dini pengetahuan dan informasi tentang menarche tanpa merasa tabu dalam memberikan pemahaman tersebut.
Pemahaman yang sangat prinsip bahwa keluarnya darah pertama melalui organ vital tersebut bukanlah sesuatu yang sakit dan juga bukan penyakit melainkan suatu proses alamiah yang akan dilalui oleh seorang gadis menjelang remaja, sehingga bila masa itu datang maka gangguan- gangguan baik secara fisik maupun psikologis dapat diatasi.
Seiring terjadinya menarche pada awal pubertas ini diikuti pula dengan perubahan hormonal yang berpengaruh pada perubahan kejiwaan. Para remaja putri ini mulai timbul berbagai konflik antara lain kegoncangan, perasaan yang peka, kecemasan hati meningkat, gejolak emosi bertambah, mulai tertarik pada lawan jenis, juga mulai mengalami perubahan pada perilaku seksualnya.
Dengan bertambah kompleknya, permasalahan yang dihadapi remaja ini, remaja cenderung lebih ingin diberi kesempatan mengemukakan pendapat, tidak mau diperlakukan seperti anak- anak lagi, sering menyembunyikan isi hati, sulit diselami jiwanya, ingin diberi kebebasan. Perubahan sikap itu yang mudah sekali mengalami pengaruh buruk dari teman sebaya dan lingkungannya, sehingga baik perbuatan maupun tindakannya sulit dijadikan pedoman dalam menentukan corak jiwanya.
Jika orang tua kurang mengerti dan kurang bijaksana dalam memberikan pemahaman maka tidak mustahil para remaja khususnya remaja putri akan bersikap tertutup yang dapat menimbulkan kenakalan remaja, sebab emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka dari pada pikiran yang realistis.
Menurut survey bahwa adanya menarche ini akan diikuti pula dengan meningkatnya aktivitas seksual pada usia dini dan kebanyakan anak remaja dibawah usia 16 tahun telah melakukan hubungan seksual.
Oleh karena itu kewajiban orang tua untuk menyampaikan sesuatu mengenai seks dan seksualitas secara dini dan arif bijaksana. Sebab menurut tatanan sosial budaya yang ada pada masyarakat kita pada umumnya tidak menghendaki remaja mereka melakukan kegiatan seksual sebelum menikah.
Pemahaman yang prinsip adalah bahwa aktivitas seksual hanya boleh dilakukan untuk tujuan yang suci melalui ikatan perkawinan dan memperoleh keturunan. Dengan demikian hal tersebut menjadi suatu standar moral yang harus dijunjung tinggi.
Bagi seorang ibu dalam rangka mengatasi ketidaktahuan remaja putrinya diperlukan pendidikan seksual. Jangan sampai pendidikan seksual ini disalah artikan sebagai pendidikan yang mengajari bagaimana berhubungan seksual tetapi pendidikan ini adalah suatu kegiatan pendidikan yang memberikan rambu- rambu yang seharusnya dilalui, agar mereka dapat merubah perilaku seksualnya kearah yang lebih bertanggung jawab.
Menghadapi seorang gadis remaja putri yang beranjak dewasa bukanlah pekerjaan mudah. Tips dibawah ini dapat sedikit membantu dalam memecahkan permasalahan tersebut.
- Kepercayaan, jalinlah rasa saling percaya kepada remaja putri kita, tanpa saling percaya kita tidak akan ada komunikasi dengan mereka.
- Tidak pura- pura, berikan perhatian yang tulus tanpa ada pura- pura.
- Empati, tunjukkan bahwa kita dapat ikut merasakan perasaan- perasaan yang sedang dihadapi mereka.
- Kejujuran, kemukakan kata hati dengan jujur.
Konsekuensi kita orang tua bila ada salah satu kriteria diatas tidak dipenuhi maka tidak mustahil remaja tersebut akan menilai orang tua tidak sungguh- sungguh dan pada akhirnya mereka kurang respek lagi kepada kita. (daaruttauhiid)