Kembalikan Masalah kepada Allah
Berbicara tentang Daarut Tauhiid (DT), kita akan tertuju kepada sosok KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym). Lalu kompleks pesantren yang bertetangga dengan kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang berada di Gegerkalong, Bandung, dan menjadi sentral pendidikan agama di lingkungan akademik.
Tidak salah dengan hal tersebut. Semuanya benar. Program pendidikan di DT yang beragam menjadi daya tarik para jamaah atau masyarakat untuk berkunjung dan menimba ilmu agama.
Jamaah yang berdatangan dari berbagai daerah menjadikan DT sebagai salah satu objek wisata religi. Tidak jarang beragam perasaan dan kesan diperiloh selama berkunjung. Dari sekian banyak jamaah yang datang, ada juga yang membawa masalah dan menjadikan DT sebagai tempat untuk menyelesaikan masalahnya itu.
Biasanya setiap masalah datang, seseorang sibuk mengeluh dan menyesali mengapa masalah itu menimpa dirinya. Padahal itu hanya menguras energi dan membuang-buang waktu. Ingin merasakan kebahagiaan tanpa adanya masalah.
Di Mana Letak Kebahagiaan?
Setiap manusia pasti merindukan suasana kehidupan yang nyaman dan bahagia. Tidak memiliki masalah adalah keinginan setiap orang. Segala daya upaya dikerahkan untuk mencapai kebahagiaan itu. Tidak sedikit di antaranya mengorbankan apa yang dimiliki, baik berkorban tenaga, waktu dan pikiran demi terwujudnya kehidupan bahagia.
Termasuk jamaah yang datang ke DT, membawa masalah yang menjadi beban dan ingin mencari jalan keluar. Keluhan yang dimiliki hendak dicurahkan kepada yang berkompeten. Tak jarang pula para jamaah merasa itu cara terbaik agar masalahnya selesai.
Padahal ketika masalah tersebut telah selesai, akan datang lagi masalah yang baru. Merasa aman dari masalah juga pemikiran yang salah. Karena setiap masalah dan solusi itu hanya datang dari Allah SWT.
Kebahagiaan sesungguhnya datang dari hati, sehingga suasana hati dan pikiran dapat mempengaruhinya. Jika kita cermati untuk tercapainya kebahagiaan harus memiliki hati, pikiran, dan tindakan yang benar agar membuahkan hasil yang benar pula. Selalu positif akan mengantarkan kebahagiaan. Berbaik sangka atas kejadian yang datang, dapat membuat seseorang menerima setiap ketentuan Allah.
Allah Sebaik-baik Tempat Bersandar
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Artinya: “Menakjubkan sekali urusan seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya baik baginya, dan hal ini tidak terjadi kecuali pada seorang beriman. Jika ia tertimpa sesuatu yang menyenangkan, maka ia bersyukur, maka hal ini terbaik baginya, dan jika ia tertimba sesuatu yang menyulitkan, maka ia bersabar, maka hal ini terbaik baginya.” (HR. Muslim, No. 2999).
Nikmat yang sedikit atau banyak tidak tampak jauh berbeda jika suasana hati dan pikiran kita senantiasa positif dan berprasangka baik. Hal ini melahirkan sikap syukur dan menerima apa yang terjadi. Mengacu pada hadis ini, cukup menjadi pegangan bagi kita dalam menyikapi masalah dan menginginkan kebahagiaan.
Berbagai konsultasi dan nasihat dari ustaz atau ustazah hanyalah perantara. Bukan fokus utama, karena semua persoalan dan solusi bisa didapat saat kita dekat dengan Allah. Jika ketenangan hati diperoleh di DT, itu karena Allah yang membimbing hati ini. Jadi ingatlah ketika ada masalah, bersandarlah kepada Allah. (Eko)