Kembali kepada Allah dengan Qolbun Salim
Saudaraku, jika dalam hidup ini kita sedang diuji sakit, ingatlah bahwa sakit itu adalah bagian dari nikmat. Musibah itu ketika hati yang sakit. Kalau ada badan yang sakit, boleh jadi ada nikmat yang tidak bisa diraih ketika sehat. Inti dari apa yang harus kita miliki dalam hidup ini adalah qolbun salim (hati yang sehat).
Kita sudah pernah mengkaji bahwa Rasullullah saw bersabda, “Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung).” (HR. Bukhari No. 52 dan Muslim No. 1599).
Faktanya kalau hati sedang sedih, maka terbawa semuanya. Hati sedih semua berefek, mata mengeluarkan air. Begitu pula hati gembira, tampak dari raut muka dan tutur kata. Hati yang sedang marah juga demikian, menampakan kemarahan. Sayangnya sedikit orang yang sibuk mempelajari ilmu hati dan mengelola hati. Tidak sedikit orang yang menata rumah tetapi tidak menata hatinya.
Ada sebagian ibu-ibu sebelum tidur suka memcuci dan membersihkan wajah, tapi tidak sempat membersihkan hati sebelum tidur. Ada yang ingin punya rumah dan tanah yang lapang, tapi tidak berusaha punya hati yang lapang. Ada orang yang ingin sekali kaya harta, tapi belum tentu ingin kaya hati.
Saudaraku, ketahuilah bahwa uang dan kekayaan tidak bisa membeli hati. Kita harus tahu bahwa Allah SWT hanya melihat kepada hati dan amal seseorang saja. Selama ini kita hanya sering membagus-bagusi topeng, penampilan, aksesoris, casing, bungkus, padahal yang dilihat oleh Allah adalah hati kita.
Ada beberapa jenis hati, pertama yaitu hati yang mati (qolbun mayit). Jenis hati ini sudah tidak bisa diapa-apakan lagi. Nasihat apa pun tidak akan mempan. Tuhannya adalah nafsu. Apa kata nafsu baik dia lakukan, apa pun yang nafsu suka dia layani. Yang kedua adalah hati yang sakit (qolbun marit), yaitu hati yang berpenyakit. Sedangkan yang ketiga adalah hati yang sehat atau selamat (qolbun salim). Orang yang berjumpa dengan Allah adalah orang yang memiliki qolbun salim.
Saudaraku, ingatlah akan tiba hari tiada manfaat harta dan anak-anak, kecuali orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat. Seperti firman Allah dalam al-Quran, “(Yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. asy-Syu’ara’ [26]: 88-89).
Saudaraku, ada beberapa penyakit hati yang harus kita waspadai, yaitu penyakit syirik, munafik, takabur, dengki, ujub, cinta dunia dan takut mati. Dari beberapa penyakit hati tersebut yang paling berbahaya dalam hidup ini adalah penyakit syirik, karena sesungguhnya syirik itu adalah kezaliman yang sangat besar. Mau syirik kecil maupun syirik besar semuanya sama, dan riya’ adalah termasuk bagian dari syirik kecil. Kalau sudah ada syirik sekecil, apa pun dalam hati kita maka bisa terhapus semua amalan tersebut.
Karena itu saudaraku, berhati-hatilah dengan penyakit syirik tersebut. Salah satunya adalah penyakit riya’. Mungkin kita tidak akan menyembah pohon, menyembah patung, tapi sangat memungkinkan untuk menuhankan penilaian makhluk, sangat ingin dipuji, dikagumi, dicintai, dibalas budi, dihormati, diperlakukan spesial, dikenang oleh orang, tetapi tidak melibatkan Allah dalam segala hal. Inilah yang akhirnya dapat merusak amalan-amalan kita.
Dari syirik yang halus ini, dapat menimbulkan penyakit hati yang lain. Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) kerena mempersekutukan-Nya (syirik), dan dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa mempersekutukan Allah, maka sungguh dia telah berbuat dosa besar.” (QS. an-Nisa’ [4]: 48).
Saudaraku, kata lain dari syirik ini adalah kemelekatan hati kepada selain Allah. Kalau hati sudah melekat kepada harta, pangkat, jabatan, kedudukan, pujian, kekaguman orang, nafsu syahwat. Kalau hatinya sudah melkat maka akan terus-terusan menempel, sedangkan yang berhak nempel terus di hati kita itu hanya Allah SWT, pencipta kita. Ia yang mengurus kita setiap saat, menjamin rezeki kita, dan yang menyembuhkan kita dari penyakit.
Apakah kita harus cuek ke makhluk? Tidak, kepada makhluk kita juga harus melakukan yang terbaik, yang tidak boleh itu berharap apa pun kepada makhluk untuk kepentingan pribadi. Mengapa? Karena makhluk tidak punya apa-apa, tidak bisa memberi manfaat sekecil apa pun tanpa izin Allah, dan tidak bisa memberikan mudharat tanpa izin Allah. Makanya kalau ada yang menghina, berbicara buruk tentang kita, tidak apa-apa, itu mulut dia dan hak dia. Tidak akan ngefek sama sekali dengan ketentuan Allah terhadap diri kita. Bukan mulut dia Tuhan kita, jadi tidak perlu sakit hati. (KH. Abdullah Gymnastiar)