Kehidupan tanpa Pamrih
Saudaraku, demi Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha Melihat, Maha Mendengar, tiada yang luput dari perhatian-Nya meski sehelai daun kering yang jatuh dari rantingnya di tengah hutan belantara yang belum pernah terjamah tangan manusia. Allah Maha Mengetahui sekecil apa pun peristiwa yang terjadi di ruang angkasa hingga di dasar samudera.
Jadi, tidak perlu risau dengan kebaikan yang kita lakukan kepada orang lain. Lakukanlah kebaikan kemudian segera lupakan. Lakukan, lupakan! Jangan biarkan pikiran kita sibuk dengan menghitung-hitungnya. Jangan beri kesempatan hati kita untuk sibuk berbangga diri (ujub). Segera serahkan seluruhnya kepada Allah SWT, karena di sisi-Nyalah catatan setiap amal perbuatan kita. Dan, Allah-lah sebaik-baiknya Pemberi balasan atas setiap amal perbuatan.
Jagalah niat kita dari hal-hal yang bisa merusak setiap amal kebaikan. Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. al-Baqarah [2]: 264)
Masya Allah! Kita berlindung kepada Allah agar tidak termasuk golongan orang-orang yang merugi, yaitu orang-orang yang berbuat kebaikan, membantu orang lain, namun dengan mengharapkan pamrih, mengharap balas budi, mencari penilaian dari selain Allah.
Jika mau membantu, maka membantu saja. Jangan pernah ada niat supaya suatu hari nanti orang tersebut pun membantu kita. Yakinlah pada pertolongan Allah. Karena sesungguhnya Allah tidak akan menginkari janji-Nya. Siapa yang meringankan beban orang lain, niscaya Allah meringankan bebannya.
Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan (dalam masalah utang), maka Allah Azza wa Jalla memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah akan menutup (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya..” (HR. Muslim, Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Hibban, Hakim, Ibnu Majah)
Jika Allah yang menolong kita, kesulitan sebesar apa pun akan ringan saja. Tiada yang lebih beruntung dibandingkan orang yang ditolong oleh Allah. Seperti apa pun manusia meremehkannya, bahkan menghinanya dan menzaliminya, semua itu tiada berarti jika Allah menolongnya. Hanya dengan pertolongan Allah, segala benci akan berubah menjadi cinta, yang hilang digantikan dengan yang lebih baik dan lebih berkah. Kegelisahan diganti dengan ketenangan dan kebahagiaan. Masya Allah! (KH Abdullah Gymnastiar)