Kaum ‘Ad: Masyarakat Materialis yang Tinggi Hati
“Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki di antaramu untuk memberi peringatan kepadamu? Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. al-A’raf [7]: 69)
Umat Nabi Nuh yang durhaka telah musnah. Tinggallah masyarakat beriman yang melanjutkan peradaban. Mereka pun akhirnya menyebar, menempati daerah-daerah yang nyaman untuk dijadikan tempat tinggal.
Salah satu keturunannya adalah kaum ‘Ad. Mereka menempati sebuah tempat yang bernama al-Ahqaf, yang berarti bukit-bukit pasir. Allah menganugerahkan kepada mereka lahan subur. Mereka pun mensyukurinya dengan mengelola kebun jagung dan gandum. Dengan keterampilan pertaniannya, kaum ‘Ad mampu menghasilkan panen dengan jumlah berlimpah ruah, sehingga kebutuhan pangan Kaum ‘Ad melebihi dari yang mereka dibutuhkan.
Kaum ‘Ad hidup makmur. Dengan kekuatan pangan itu, Kaum ‘Ad mampu memenuhi nutrisi tubuh mereka sehingga perawakan kaum ‘Ad tumbuh-kembang dengan ideal. Mereka memiliki postur yang tinggi dan kuat dengan jumlah keturunannya yang sangat banyak. Mereka pun mampu membangun dan menempati rumah-rumah megah, dengan benteng dan pagar yang berbahan baku dari tanah berlapis batu mulia.
Tentunya bangsa-bangsa lain yang mengetahuinya, merasa takjub dengan kemakmuran pangan dan kemegahan bangunan kaum ‘Ad. Mereka pun mendapatkan ragam pujian. Sayangnya, momen ini digunakan Iblis untuk menggelincirkan kaum ‘Ad dari kebenaran.
Kaum ‘Ad mulai berubah. Mereka yang asalnya berpola hidup tauhid, kini menjadi materialis. Mereka yang asalnya memiliki program hidup ibadah sesuai kehendak Allah, selanjutnya berubah. Mata mereka telah terbutakan oleh gemerlapnya materi yang mereka miliki. Mereka menjadi senang melakukan senda gurau (yang semakin hari semakin berlebihan), dan perbuatan yang Allah larang. Puncaknya, mereka tidak sungkan melakukan penindasan terhadap kaum lain yang dianggapnya lebih rendah.
Dalam kondisi seperti ini, Allah mengutus Nabi Hud untuk membacakan ayat-ayat (suhuf Allah) agar jiwa mereka kembali bisa disucikan. Beliau sangat antusias sekali mengembalikan kaum ‘Ad untuk kembali berpola pikir tauhid. Nabi Hud menyadarkan bahwa berbagai nikmat yang dimiliki kaum ‘Ad adalah pemberian-Nya semata.
Namun, kaum ‘Ad tidak mau menerima apa yang disampaikan Nabi Hud. Azab Allah pun didatangkan. Kaum ‘Ad dilanda kekeringan terus menerus selama tiga tahun. Pertanian mereka menjadi kacau balau. Kekuatan pangan berganti dengan kelaparan.
Walau sudah berada dalam kondisi terjepit, Kaum ‘Ad tetap memilih berada dalam kesyirikan. Mereka tetap berupaya menyelesaikan masalahnya dengan perkara-perkara (solusi) non wahyu. Mereka mengutus salah satu anggotanya untuk memanjatkan doa (yang mereka sampaikan) kepada nenek-moyang mereka (yang terkenal saleh). Lagi-lagi, orang saleh menjadi media pengkultusan untuk menolak eksistensi Rasul Allah.
Akhirnya, Allah mengutus angin yang mengarak awan menuju perkampungan kaum ‘Ad. Gumpalan awan pekat ini disambut riang gembira berharap hujan segera tiba. Namun, setelah awan tersebut datang, mereka kaget bukan kepalang. Ini karena yang mereka dapatkan bukanlah hujan, melainkan tiupan angin kencang yang menerbangkan dan memporak-porandakan diri dan semua harta yang dimilikinya. Mereka pun meninggal tragis, dan begitulah akhir kehidupan kaum ‘Ad yang materialis.
Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari kejadian ini. Tubuh dan harta yang kita punya adalah pemberian-Nya semata, yang Allah berikan agar kita bisa menjalankan tugas di dunia dengan baik dan benar. Janganlah karena diri dan harta pribadi (yang lebih dari yang lain) membuat kita tinggi hati. Sebaliknya, jadikan itu semua sebagai aset yang kita gunakan untuk mencapai rida-Nya semata. Wallahu a’lam. (Oleh : ustadz Edu, sumber foto : deviantart.com/frankatt)