Kasih Sayang Orangtua
Daarut Tauhiid (DT) dikenal dengan solusi pendidikan karakter (Karakter BaKu). Prinsip atau nilai-nilai dari al-Quran dan as-Sunnah dalam mendidik setiap insan diramu dan jadilah yang dinamakan Karakter Baku. Cara mendidiknya pun cukup beragam dan bisa dikatakan hanya DT yang mempraktikkannya bagi santri dalam setiap aktivitas.
Keunikan ini yang kemudian membuat banyak di antara orangtua mempercayakan anaknya bersekolah atau mengikuti kegiatan yang diadakan DT. Selain ada sosok KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym), kehati-hatian dan perhatian penuh seluruh pengajar dan assatidz di DT menjadikan orangtua lega dalam menitipkan anaknya.
Peran Orangtua
Bisa dikatakan peran sebagai orangtua di era saat ini merupakan perkara yang jauh lebih rumit ketimbang ketika orangtua membesarkan kita. Karena saat ini, zaman sudah sedemikian rupa menjauh dari ajaran agama. Sebagian pengaruh budaya luar telah membuat rusak generasi muda kita.
Entah dengan pergaulan bebas, narkoba, ajakan atau lainnya yang tentu kurang selaras dengan ajaran Islam. Maka, menjaga buah hati kita dari hal-hal tersebut adalah tanggung jawab yang harus ditunaikan setiap orangtua. Al-Quran pun sangat mengingatkan agar setiap orangtua berupaya sekuat tenaga memelihara diri, keluarga, dan anak-anaknya dari siksa neraka (QS. at-Tahrim [66]: 6).
Artinya, ketika anak kita terjerumus jalan yang salah, pasti itu juga karena andil orangtua yang lalai mendidik anaknya. Sebenarnya dalam mendidik anak, Rasulullah saw telah memberikan tuntunan kepada kita. Sehingga, orangtua tidak perlu repot mencari contoh orangtua sukses. Sayangnya, kita seringkali lupa mengimplementasikan sunnah tersebut.
Perlunya Orangtua Penyayang
Secara fitrah, tidak ada satu pun orangtua yang tidak mencintai anak-anaknya. Inilah modal awal orangtua dalam mendidik anaknya. Sayangnya tidak semua orangtua pandai mengekspresikan rasa sayang dan cintanya kepada anak. Apalagi ketika anak menjelang baligh atau remaja, orangtua mulai jarang memberikan sentuhan kasih sayang, seperti memeluk atau mencium anaknya.
Padahal, bukti kecintaan ini sangat berperan mempererat hubungan emosional orangtua dan anak. Dan Rasulullah adalah sosok orangtua yang pandai sekali mengekspresikan rasa cintanya kepada anak-anak.
Dikisahkan dalam sirah nabi, betapa beliau sering bermain, menggendong dan menciumi cucunya. Bahkan, tatkala pulang dari bepergian pun, beliau menyempatkan diri menengok anak-anak. Bentuk perhatian ini membuat anak merasa sangat dihargai, sangat diperhatikan, sehingga ia merasa memiliki rumah dan orangtuanya tempat yang paling nyaman untuk berlabuh. Maka ia tidak akan berpikir untuk mencari perhatian di luar rumah dan insya Allah, anak kita akan terhindar dari pergaulan yang salah.
Sebaliknya, orangtua yang jarang mengekspresikan rasa sayangnya, bahkan kurang lembut atau bersikap kasar kepada anaknya, sesungguhnya membuat anak merasa tidak betah di rumah dan membuatnya lari mencari lingkungan yang menurutnya lebih baik kepadanya.
Benarlah apa yang dijelaskan al-Quran, sekiranya bukan dengan kelembutan atau dengan bersikap keras, kasar, pastilah siapa pun akan menjauh, lari dari kita (QS. Ali Imran [3]: 159). Mengapa? Karena sebenarnya setiap orang sangat suka jika diperlakukan dengan penuh kasih sayang. Begitu dengan anak. Anak akan sangat sayang kepada orangtuanya. Jika orangtua sayang kepadanya. (Eko)