Kajian Muslimah DT Jakarta Bahas Kisah Inspiratif Nusaibah

JAKARTA – Bersama Ustadzah Erika Suryani Dewi Lc., Kajian Muslimah di Masjid Daarut Tauhiid Jakarta mengangkat tema khusus tentang Kisah-kisah Sahabiyah. Pada Sabtu lalu (3/9/2022) Sahabiyah yang dibahas adalah kisah Nusaibah binti Ka’ab.

Nusaibah merupakan muslimah yang lembut lahir dan batin namun perkasa mentalnya. Nusaibah termasuk pejuang muslimah yang tidak pernah absen dalam peperangan semenjak ia masuk Islam. Ia bertugas di dapur umum dan membantu tim medis mengobati para pejuang yang terluka.

Nusaibah atau biasanya dipanggil Ummu Imarah adalah seorang sahabat wanita yang agung. Ia termasuk satu dari dua wanita dengan 70 orang laki-laki Anshar yang hendak berbai’at (berjanji setia) kepada Rasulullah dalam Bai’at Aqabah Kedua. Pada waktu itu ia berbai’at bersama suaminya, Zaid bin ‘Ashim dan dua orang putranya.

Kisah kepahlawanan Nusaibah yang paling dikenang sepanjang sejarah adalah pada saat Perang Uhud, dimana ia dengan segenap keberaniannya membela dan melindungi Rasulullah ﷺ.

Ketika perang Uhud pasukan kocar-kacir karena pasukan pemanah di jabal Rumat tidak taat pada perintah Rasul. Peristiwa tersebut diabadikan Allah pada Al Quran surat Ali Imran ayat 152:

“Dan sungguh, Allah telah memenuhi janji-Nya kepadamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mengabaikan perintah Rasul setelah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antara kamu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada (pula) orang yang menghendaki akhirat. …”

Nusaibah binti Ka’ab pada perang Uhud, berjihad bersama suami dan anak-anaknya. Saat Rasulullah dalam kondisi terdesak, Nusaibah dengan beraninya menjadi tameng Rasul hingga luka-luka ia dapatkan di sekujur tubuhnya. Atas dasar cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, membuat pengorbanan yang dilakukan Nusaibah tidak membuatnya mengeluh apalagi bersedih.

Ketika Rasulullah melihat Nusaibah terluka, beliau bersabda, “Wahai Abdullah (putra Nusaibah), balutlah luka ibumu! Ya Allah jadikanlah Nusaibah dan anaknya sebagai sahabatku di dalam surga.”

Selain perang Uhud, Nusaibah bersama suami dan putra-putranya juga ikut dalam peristiwa Hudaibiyah, Perang Khaibar, Perang Hunain dan Perang Yamamah. Dalam berbagai pertempuran itu, Nusaibah tidak hanya membantu mengurus logistik dan merawat orang-orang yang terluka, tapi juga memanggul senjata menyambut serangan musuh.

Itulah muslimah yang “lemper” (lembut tapi perkasa) istilah dari Ustdzah Erika. Miris jika dibandingkan dengan kondisi muslimah saat ini. Mereka bisa dengan mudahnya menangis karena drakor (drama Korea), tapi apakah mereka juga mudah menangis saat membaca Al Quran? Menangiskah mereka saat mendengar kisah Rasulullah?

Semoga bisa menjadi hikmah dan renungan. Insya Allah Kajian di Masjid Daarut Tauhiid Jakarta diadakan rutin setiap Sabtu ba’da Ashar. (Iyiz)

Red: WIN

_____________________________

daaruttauhiid.org