Jazirah Arab sebelum Kenabian (Bagian 1)
Sirah Nabawiyah pada hakikatnya merupakan ungkapan tentang risalah yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam kepada manusia dunia. Dengan risalah itu, beliau mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya. Dari penyembahan terhadap hamba kepada penyembahan terhadap Allah SWT semata, sehingga garis sejarah berganti dan kehidupan manusia di dunia ini berubah.
Allah Ta’ala berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًا ۗ ﴿الأحزاب : ۲۱
Artinya: “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. al-Ahzab [33]: 21).
Gambaran yang menakjubkan ini tidak mungkin bisa dihadirkan kecuali setelah membandingkan kondisi yang ada sebelum risalah dan apa yang terjadi setelah ia datang. Berangkat dari persoalan tersebut, sebelumnya akan dikemukakan uraian ringkas tentang bangsa Arab dan peradabannya sebelum diutusnya Rasulullah saw. Di samping itu juga akan diuraikan sedikit tentang beberapa kondisi menjelang pengutusan Rasulullah.
Letak Geografis Jazirah Arab
Menurut bahasa, kata Arab berarti padang pasir; tanah gundul dan gersang yang tiada air dan tanamannya. Sebutan dengan istilah ini sudah diberikan sejak dahulu kepada Jazirah Arab. Sebagaimana sebutan yang diberikan kepada suatu kaum yang disesuaikan dengan daerah tertentu, lalu mereka menjadikannya sebagai tempat tinggal.
Secara geografis, Jazirah Arab dibatasi oleh Laut Merah dan Gurun Sinai di sebelah barat, Teluk Arab dan sebagian besar negeri Irak Selatan di sebelah timur, Laut Arab yang bersambung dengan Samudra Hindia di sebelah selatan, dan negeri Syam dan sebagian kecil dari negeri Irak di sebelah utara. Meskipun ada kemungkinan sedikit perbedaan dalam penentuan batasan ini. Luasnya membentang antara 1 x 1,3 juta mil persegi.
Peran Jazirah Arab
Atas kondisi alam dan letak geografisnya tersebut, membuat Jazirah Arab memiliki peran yang sangat besar. Jika dilihat dari kondisi internalnya Jazirah Arab hanya dikelilingi gurun dan pasir di segala sudutnya. Karena kondisi seperti inilah yang membuat Jazirah Arab laksana benteng pertahanan yang kokoh. Benteng kokoh ini seakan tidak memperkenankan bangsa asing untuk menjajah, mencaplok, dan menguasai bangsa Arab.
Oleh karena itu kita bisa melihat penduduk Jazirah Arab yang hidup merdeka dan bebas dalam segala urusan sejak zaman dahulu. Padahal pada waktu itu mereka hidup bertetangga dengan dua imperium besar yakni Romawi dan Persia. Dua peradaban yang serangannya tak mungkin bisa dihadang andaikan tidak ada benteng pertahanan yang kokoh seperti itu.
Sedangkan dalam segi hubungannya dengan dunia luar, Jazirah Arab terletak di benua yang sudah dikenal sejak dahulu kala. Benua yang mempertautkan daratan dan lautan. Di sebelah barat laut merupakan pintu masuk ke Benua Afrika sedangkan di sebelah timur laut merupakan kunci untuk masuk ke Benua Eropa. Belum lagi di sebelah timur merupakan pintu masuk bagi bangsa-bangsa non Arab, Timur Jauh dan Timur Dekat yang terus membentang ke India dan Cina.
Setiap benua mempertemukan lautnya dengan Jazirah Arab. Maka setiap kapal laut yang berlayar pasti akan bersandar di pinggiran wilayahnya. Karena letak geografisnya seperti itu pula, sebelah utara dan selatan Jazirah Arab menjadi tempat berlabuh berbagai bangsa untuk saling tukar-menukar perniagaan, peradaban agama dan seni. (Gian)