Jangan Sampai Jadi FOMO
Dewasa ini begitu banyak istilah-istilah yang tak lagi asing dikalangan masyarakat, terutama dikalangan anak muda. Dampak globalisasi yang menjadikan hal-hal tersebut menyebar luas dengan sangat cepat. Kata FOMO misalnya. Apa itu FOMO?
Istilah FOMO pertama kali dikemukan oleh seorang ilmuwan asal inggris bernama Dr. Andrew K. Przybylski pada tahun 2013. FOMO yang memilki singkatan dari Fear of Missing out sering diartikan sebagai ketertinggalan atau ketakutan yang berlebihan. FOMO sendiri juga dapat diartikan dengan sebuah rasa cemas/takut berlebihan bahwa hidupnya tertinggal atau hidup orang lain lebih baik dari dirinya.
Saat ini, FOMO berdampak besar dikalangan masyarakat, terutama anak muda yang sedang dalam mencari jati dirinya dikarenakan kecanggihan teknologi dan perkembangan media sosial yang mana kebanyakan memperlihatkan sisi baik, kebahagiaan, kemewahan dari kehidupan seseorang. Hal ini dapat membuat seseorang membandingkan hidupnya dengan orang lain yang nyatanya kadang tidak seindah yang diperlihat disosial media tersebut. Lalu, bagaimanakah kita dalam menyikapi hal tersebut?
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
“Wahai, orang-orang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka. Sesungguhnya, sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah kamu mengunjing sebagian yang lain Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat ayat: 12)
Setiap makhluk yang diciptakan Allah taala memiliki berbagai perasaan atau emosi, seperti bahagia, sedih, takut, dan lain-lain. Hal tersebut apabila kita sadari adalah hal yang biasa terjadi disetiap manusia. Namun, sangat penting bagi kita mengetahui bahwa salah satu dari emosi (takut) itu merupakan ujian yang Allah Ta’ala berikan kepada kita. Dalam Qur’an Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ
“Dan sesungguhnya, akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)
Ketika kita memahami hal tersebut, maka kita tidak akan merasa takut/cemas yang berlebihan terhadap segala hal yang terjadi kepada diri kita, karena kita telah tahu bahwa hal tersebut merupakan ujian, yang pasti akan berlalu dan membuat kita lebih mensyukuri kehidupan.
Bersyukur merupakan hal yang harus kita tanamkan dalam diri, agar kita tidak membandingkan diri kita dengan orang lain, tidak membandingkan rezeki yang Allah taala berikan kepada kita dengan rezeki orang lain, serta segala bentuk mencapaian hidup kita dan orang lain. Maka, tersebab itu perbanyaklah bersyukur kepada Allah Ta’ala.
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
“Maka, nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kamu dustakan?” (QS. Ar-Rahman: 13)
Dampak perkembangan terknologi apalagi media sosial memang tidak bisa kita hindari. Namun, kita selalu punya kendali atas diri kita dan hal tersebut, serta kita harus mengetahui dan menyadari setiap hal yang terjadi di dunia tak pernah lepas atas kehendak Allah Ta’ala, terlepas baik atau buruk hal tersebut. Hal terpenting juga bahwa kita memperkuat kepercayaan atau keimanan kepada Allah Ta’ala. Wallahu a’lam bishawab. (Eva Ps El Hidayah)