Jangan Memandang Rendah Pendosa

Jangan Memandang Rendah Pendosa

Hadirin sekalian, jangan melihat sebuah dosa sebagai sesuatu yang indah dikenang. Misalkan dimasa muda melakukan pacaran atau cinta monyet, kemudian menganggap kenangan tersebut menjadi sesuatu yang indah. Akan tetapi ketika mengingat dosa tersebut harusnya kita mengucapkan istighfar menyesali perbuatan tersebut, agar kita tidak mengulang kepada dosa yang sama.

Allah Subhanahu wata’ala tahu persis siapa orang yang benar-benar menyesal, dan tidak ada yang disia-siakan oleh Allah dari penyesalan seseorang, Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 222:

وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْمَحِيْضِ ۗ  قُلْ هُوَ اَذًىۙ فَاعْتَزِلُوا النِّسَاۤءَ فِى الْمَحِيْضِۙ وَلَا تَقْرَبُوْهُنَّ حَتّٰى يَطْهُرْنَ ۚ فَاِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوْهُنَّ مِنْ حَيْثُ اَمَرَكُمُ اللّٰهُ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْنَ

“Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang haid. Katakanlah, “Itu adalah sesuatu yang kotor.” Karena itu jauhilah istri pada waktu haid; dan jangan kamu dekati mereka sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan) yang diperintahkan Allah kepadamu. Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri.”

Kegembiraan Allah Subhanahu wata’ala terhadap orang yang taubat, diilustrasikan seperti orang yang ke padang pasir dengan kendaraan unta dan perbekalannya, kemudian setelah itu hilang untanya dan tidak ditemukan lagi, kemudian ia berbaring dibawah sebuah pohon dengan keadaan pasrah tidak bisa kemana-mana hingga beranggapan dirinya menunggu waktu mati saja. Namun, unta yang tadinya hilang tiba-tiba kembali dengan perbekalannya yang masih utuh, si pemiliknya tersebut terkejut dan bahagia bukan main. Kira-kira lebih dari itulah kebahagian Allah ketika menyambut hambanya yang bertobat.

قُلۡ يَـٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسۡرَفُواْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ لَا تَقۡنَطُواْ مِن رَّحۡمَةِ ٱللَّهِ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغۡفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا‌ۚ إِنَّهُ ۥ هُوَ ٱلۡغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ (٥٣) وَأَنِيبُوٓاْ إِلَىٰ رَبِّكُمۡ وَأَسۡلِمُواْ لَهُ ۥ مِن قَبۡلِ أَن يَأۡتِيَكُمُ ٱلۡعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ (٥٤)

Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Az-Zumar: 53-54).

Ada orang yang menjadi kekasih Allah karena dosanya, yaitu orang yang berdosa kemudian bertaubat kepada Allah Subhanahu wata’ala. Orang yang bertaubat yaitu mereka yang menyesal dan berusaha keras habis-habisan memperbaiki diri sehingga diampuni oleh Allah dan diangkat derajatnya. Karena itu lebih baik dari pada orang yang tahajud, baca qur’an, dan beramal shaleh lainya, akan tetapi menjadi orang yang sombong, riya, ujub, dan takabbur yang membuat amal tidak diterima.

Oleh karena itu jangan sampai kita meremehkan orang yang berdosa, boleh jadi ia melampaui orang-orang yang tadinya meremehkannya. Karena kita tidak pernah tahu kapan Allah akan menghadirkan hidayah kepada pendosa, dan kapan juga Allah akan mengangkat hidayah dari seorang ahli ibadah. Wallahu a’lam bishowab.

(KH. Abdullah Gymnastiar)