Jangan Fokus pada Masalah

Saudaraku, langkah praktis pertama yang perlu kita lakukan ketika menghadapi masalah adalah membaca dan memahami benar-benar masalah yang terjadi. Kemudian, memaksimalkan pikiran dan kemampuan untuk menemukan jalan keluarnya. Hindari sikap yang reaktif dan sporadic. Sikap yang begitu masalah timbul langsung mengambil sikap ini itu, menegor ini itu, memarahi siapa saja. Padahal, belum benar-benar mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Usahakan bersikap tenang. Kuasai diri dengan perbanyak istighfar manakala emosi.

Fokuslah menemukan jalan keluarnya. Pelajari masalah sebenarnya dan telusuri akar masalahnya. Jangan berlama-lama fokus pada permasalahannya, apalagi kalau sampai membuat kita kotor hati. Kalau hati sudah kotor, maka semakin runyam langkah kita menghadapi masalah. Dan, masalah yang ada malah akan bertambah.

Langkah yang tertata dalam menyelesaikan masalah memang mesti diawali dari hati yang bersih. Karena hati adalah tolak ukur bagi seluruh diri kita. Jika hati lurus, maka luruslah seluruh diri kita.

Ada yang jika menemui masalah, maka ia sibuk menyalahkan orang lain. Ia juga sibuk berandai-andai kalau saja tidak begini, kalau saja tidak begitu, maka pasti begini dan begitu. Ia tidak berpikir jernih bahwa masalahnya sudah terjadi. Ia pun sibuk mencari kambing hitam dari masalah itu. Menyalahkan orang lain dan lupa memeriksa dirinya sendiri. Padahal, boleh jadi masalah tersebut disebabkan oleh dirinya.

Satu hal yang membuat kita sulit bertemu dengan jalan keluar adalah gengsi untuk mau memeriksa diri sendiri, apalagi mengakui kesalahan diri. Hal ini disebabkan penyakit kesombongan yang menutupi hati. Kesombongan juga menjadi benteng penghalang kita dengan jalan keluar, karena sombong membuat hati buta dan akal sehat tidak berjalan dengan baik.

Mengapa? Karena kalau seseorang sudah diselimuti dengan penyakit sombong, maka petunjuk, nasihat, informasi sebersih, sejernih dan sebaik apa pun sia-sia saja. Orang yang sombong biasanya hanya mendengar apa yang dibisikkan hawa nafsunya, tanpa berpikir apakah itu benar atau salah, apakah itu baik atau buruk. Orang sombong hanya mengejar kepuasan dirinya semata, yang ia kejar adalah kemenangan bukan kebenaran. Meski kemenangan memang diraihnya, namun tidak lebih dari kemenangan semu belaka.

Orang yang sombong mendahulukan perdebatan dengan orang lain. Ia hanya memperdebatkan masalahnya, sibuk menuduh siapa yang salah. Ia tidak mau kalah meskipun ia salah. Tidak ada orang yang suka dengan orang yang seperti ini. Lebih parah lagi situasinya kalau setiap orang yang terlibat dalam masalah pun memiliki penyakit hati yang sama. Jika sudah demikian, jalan keluar semakin sulit ditemukan.

Rasulullah saw bersabda, “Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“ (HR. Muslim)

Selain membuat kita sulit menerima nasihat kebenaran dan kebaikan, sombong juga membuat hubungan kita dengan orang lain menjadi renggang dan semakin jauh. Menimbulkan suasana permusuhan dan perpecahan. Karena seperti nasihat Rasulullah bahwa sombong itu salah satu bentuknya adalah meremehkan orang lain. Orang sombong akan memandang remeh, rendah, hina dan salah orang lain. Tentu tidak ada yang suka diperlakukan demikian. Sedangkan dalam menyelesaikan masalah kita tidak bisa sendirian. Namun, bagaimana bisa beker jasama dengan orang lain kalau ia merendahkan, meremehkan orang lain.

Fokuslah mencari jalan keluar dengan diiringi kebersihan hati. Semakin kita sama-sama menjaga kebersihan hati, maka semakin mudah bagi kita untuk bergotong-royong menyelesaikan masalah dengan langkah-langkah yang Allah ridai. (KH. Abdullah Gymnastiar)