Jalani Masa Orientasi, Santri APW Lakukan Longmarch
Santri Akhlak Plus Wirausaha Angkatan ke 38, sedang menjalani masa orientasi atau perkenalan lingkungan dan budaya Daarut Tauhiid (DT). Mulai Rabu (11/9), hingga Rabu (18/9). Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah longmarch, yaitu berjalan kaki dengan jarak yang jauh, yaitu dari lapangan parkir DT yang berada di Jalan Gegerkalong Girang, hingga ke Eco Pesantren yang berada di Jalan Cigugur Girang, Kecamatan Parompong, Kabupaten Bandung Barat. Total jarak yang ditempuh ialah tujuh kilometer.
Sebelum melakukan longmarch, tim pelatih dari Santri Siap Guna (SSG) mengarahkan para santri yang berjumlah 46 orang, terdiri dari 27 ikhwan dan 19 akhwat, untuk melakukan pemanasan. Tujuannya untuk menghindari cedera pada saat perjalanan. Selain melakukan pemanasan, tim pelatih pun mengingatkan agar para santri agar senantiasa berzikir, meminta perlindungan dan pertolongan kepada Allah di setiap waktu.
Ahmad, Pelatih SSG mengungkapkan, tujuan dilakukannya longmarch adalah mendobrak kebiasaan-kebiasaan buruk yang ada di dalam diri setiap santri. Seperti rasa malas, takut, egois, serta melatih kebersamaan, kepedulian dan kepekaan” tuturnya.
“Seperti tadi ada santri ikhwan yang merasa tidak kuat untuk berjalan jauh, dan takut penyakitnya kambuh. Setelah kami cek kondisinya, dan terus diberikan motivasi, akhirnya beliau bisa menyelesaikan sampai akhir. Lain halnya dengan santri akhwat yang memang memiliki penyakit asma, yang lupa membawa obat. Tim medis kami yang standby bersama ambulance langsung melakukan pertolongan pertama, dan tidak memaksakan kondisinya untuk terus berjalan,” jelasnya.
Selain Longmarch, kegiatan selanjutnya adalah Games Character Building yang dilakukan bersama Ustaz Adrianto, atau biasa dipanggil Mr.Q. Ia membagi santri ikhwan dan akhwat, masing-masing menjadi dua kelompk. Satu kelompok bertugas menjatuhkan diri, dan kelompok yang lain bagian menangkap. Tujuan games ini ialah melatih kepercayaan terhadap sesama teman.
Games selanjutnya adalah memperebutkan bola yang terbuat dari kertas. Santri dibagi menjadi lima kelompok. Masing-masing kelompok mengumpulkan bola dari kelompok lawan dengan berbagai macam cara. Mulai dari saling merebut, membiarkan kelompok lain mengambil, hingga memberikan dengan sukarela.
“Permainan ini adalah simulasi kehidupan sehari-hari, di mana kebanyakan manusia terkadang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keinginannya, dan merasa puas ketika apa yang dimiliki lebih banyak dari orang lain. Maka, di Daarut Tauhiid ini, teman-teman harus menghilangkan sifat tersebut,” tutur Mr. Q.
Rangkaian kegiatan ditutup dengan salat zuhur berjamaah, makan siang bersama, dan terakhir perenungan dari tim pelatih. Setiap santri ditanya tentang hikmah yang bisa diambil selama mengikuti kegiatan. (Fatimah)