Jadilah Intan dan Berkilaulah Bak Berlian
Apakah ada di antara Anda yang mengalami kepahitan dalam hidup hingga terasa begitu lelah bahkan seolah ingin “menyerah kalah” hingga ingin mengakhiri semua lelah dalam hidup? Atau mungkin ada yang merasa Allah begitu tidak adil memberikan cobaan hidup kepada Anda lalu Anda bertanya, “Kenapa Kau timpakan semua cobaan berat ini kepada hamba, ya Allah?! Apa salah dan dosa hamba?” Sebuah tanya sekaligus protes kepada Pencipta alam sekaligus Pencipta diri kita. Apalagi jika ujian kepahitan itu seolah datang terus bertubi-tubi tiada henti menempa diri.
Jika Anda pernah merasakan hal seperti itu, ada baiknya Anda belajar kepada alam terutama pada proses terbentuknya intan, batu terkeras di alam ini sekaligus menjadi batu terindah jika diasah menjadi perhiasan. Yah, di tangan seorang ahli batu intan yang begitu keras akan mewujud menjadi berlian yang biasa dikenakan pada mahkota raja-raja, atau menjadi hiasan pemantik pada cincin, gelang, dan kalung para bangsawan atau siapa pun yang sanggup membayar mahal harganya. Orang menyebut intan yang telah diasah menjadi berlian sebagai “Beautiful and shinny”, perhiasan yang indah dan berkilau. Sangat menakjubkan.
Bagaimana Proses Terjadinya Intan?
Intan (diamonds) merupakan material terkeras di bumi. Intan secara kimiawi tersusun atas unsur karbon (C), unsur sama yang menyusun batu bara (coal) dan grafit (graphite).
Grafit maupun batu bara adalah batuan yang berwarna kehitaman dan mudah hancur. Grafit umumnya digunakan sebagai bahan baku pensil sedangkan batu bara adalah bahan bakar fosil. Di negara kita batu bara digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik.
Meski intan, grafit, dan batu bara memiliki komposisi kimia yang sama, yaitu unsur karbon (C), tetapi tingkat kedangkalan dalam tanah dan tekanan yang berbeda membuat mereka terbentuk menjadi unsur yang berbeda pula.
Batu bara secara geologis terbentuk pada kedalaman yang relatif dangkal sehingga tekanan yang diterimanya tidak terlalu besar. Grafit terletak pada kedalaman yang lebih dalam lagi dari batu bara sehingga relatif lebih keras dari batu bara, tetapi tetap masih rendah tingkat kekerasannya.
Sedangkan intan terbentuk jauh lebih dalam lagi dari grafit, antara 140-190 kilometer di dalam bumi. Tingkat kedalaman yang ekstrem ini memberikan tekanan luar biasa pada material intan sehingga membentuk material yang keras. Tidak hanya tingginya tingkat pembebanan yang diterima oleh intan, ia masih harus melewati tingginya temperatur di bawah sana karena lingkungan pembentukan intan tidak jauh dengan aktivitas gunung api.
Bisa dibayangkan, bagaimana hebatnya intan mampu bertahan dengan tekanan dan panas yang ekstrem ini. Itu sebabnya intan sangat sulit ditemukan karena tidak semua material karbon akan terbentuk menjadi intan. Seorang ahli geologi sekalipun belum tentu bisa menemukan intan secara pasti karena tidak semua material di bumi ini bisa menjadi intan. Tingkat tekanan yang sangat ekstrem membuat kebanyakan material tersebut menguap atau berubah menjadi batuan biasa.
Intan menjadi “batu mulia” dan sering digunakan sebagai perhiasan yang memiliki nilai ekonomi tinggi, selain karena karena materialnya juga karena kelangkaannya.
Belajar dari proses terjadinya intan, ketika kita menerima ujian kepahitan dalam hidup yang seolah datang bertubi-tubi menghampiri, ketika tekanan demi tekanan hidup seolah membuat kita lelah, bisa jadi adalah cara Allah membentuk diri kita sebagai “intan” agar saatnya nanti berkilau bak berlian. Masya Allah.
Jadi, terimalah dengan penuh kesabaran setiap episode hidup yang Allah berikan kepada kita, sepahit apa pun itu, seberat apa pun tekanan hidup. Kuatkan langkah untuk berjuang dan bangkit bila terlanjur berada dalam keterpurukan. Jadikan semua proses itu sebagai jalan mendekat kepada Allah. Bisa jadi sebenarnya Allah sedang rindu dengan rintihan dan tangisan taubat serta permohonan doa-doa kita.
Yakinlah bahwa Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (QS Al Baqarah, 2: 286). Allah Swt. juga sudah mengajarkan manusia bagaimana menghadapi kepelikan hidupnya, “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS Al Baqarah, 2: 153).
Intan adalah material yang jarang ada di permukaan bumi, keberadaannya sangat langka hingga mahal harganya. Begitu pula manusia yang mampu menjadi “intan” pastilah sangat sedikit daripada yang menjadi bak batu bara atau granit. Namun, yang sedikit ini nilai dan manfaatnya sangatlah besar.
Seseorang yang ingin menjadi “intan” berarti harus siap menghadapi berbagai tekanan dalam hidup. Kalau tidak ingin menghadapi berbagai tekanan dalam hidup, maka jadilah seonggok tanah saja yang pasti nilainya jauh di bawah “harga intan”. Namun, kalau kita mampu menjadi “intan” maka janganlah bercita-cita menjadi batu bara atau granit, apalagi hanya ingin menjadi batu bata.
Semoga Allah selalu menguatkan kita semua untuk mampu membentuk diri kita sebagai “intan yang berkilau bak berlian”. Aamiin. (daaruttauhiid)