Islam dan Budaya Disiplin
Kumandang azan berkumandang dari Masjid Daarut Tauhiid (DT). Para jamaah mulai berdatangan menjawab seruan untuk mendirikan salat berjamaah. Lalu lalang ikhwan dan akhwat pun berpisah di muka masjid. Masuk lewat pintu masing-masing.
Tapi ada hal yang menarik setiap pelaksanaan salat berjamaah di Masjid DT, yakni jika dilihat dari luar, terlihat sendal dan alas kaki semuanya tertata seragam. Dibuat berbaris rapi dan menghadap keluar, sehingga memudahkan nanti saat selesai salat, dan agar tidak terjadi antrian ketika memakai alas kaki. Sebuah potret kecil budaya kedisiplinan yang sudah sangat menyatu dengan jamaah DT.
Salat adalah Latihan
Firman Allah SWT pada Surah an-Nisaa` [4] ayat 103, “Selanjutnya, apabila kamu telah menyelesaikan salat(mu), ingatlah Allah ketika kamu berdiri, pada waktu duduk dan ketika berbaring. Kemudian, apabila kamu telah merasa aman, maka laksanakanlah salat itu (sebagaimana biasa). Sungguh, salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”
Seperti yang dijelaskan oleh Tafsir Kemenag RI bahwa selanjutnya diperintahkan apabila salat khauf (shalat dalam keadaan perang) itu selesai dikerjakan dengan cara yang telah diterangkan, maka hendaklah pasukan Islam itu mengingat Allah terus-menerus dalam segala keadaan.
Lebih lagi mereka harus menyebut nama Allah pada saat mereka berada dalam ancaman musuh. Allah akan menolong mereka selama mereka menolong agama-Nya. Hendaklah mereka mengucapkan tahmid dan takbir ketika berdiri di medan pertempuran, atau ketika duduk memanah musuh atau ketika berbaring karena luka-luka.
Segala penderitaan lahir dan batin akan lenyap, jika jiwa sudah diisi penuh dengan zikir kepada Allah SWT. Oleh karenanya, kaum muslimin harus terus ingat dan berzikir kepada Allah, baik dalam keadaan perang atau pun damai. Karena orang beriman setiap saat berada di dalam perjuangan.
Pada suatu saat dia berperang dengan musuh, saat yang lain bertempur melawan salat yang tidak sempurna rukun dan syaratnya. Karena salat adalah kewajiban bagi mukmin, dan wajib memelihara waktunya yang sudah ditetapkan.
Maka dalam salat, ada nilai kedisiplinan yang dilatih. Yakni kedisiplinan akan waktu mendirikan salat, paling kurang lima kali dalam sehari semalam. Dengan salat ini, umat Islam akan terkondisikan selalu ingat kepada Allah, sehingga meniadakan kemungkinan terjerumus ke dalam kejahatan dan kesesatan.
Bagi yang ingin lebih mendekatkan diri kepada Allah, waktu lima kali itu dipandang sedikit, maka ia menambah lagi dengan salat–salat sunah pada waktu-waktu yang telah ditentukan dalam syariat.
Disiplin Kerja
Firman Allah SWT yang lain mengenai hikmah disiplin adalah dalam Surah al-Insyirah atau Alam Nasyrah [94]: 7-8. “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”
Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, apabila kamu telah merampungkan urusan-urusan duniamu dengan segala kesibukannya, dan telah kamu selesaikan semua yang berkaitan dengannya, maka bulatkanlah tekadmu untuk ibadah. Bangkitlah kamu kepadanya dalam keadaan bersemangat.
Oleh karena itu, bagi seorang muslim bersikap dan bertindak disiplin terhadap pekerjaan menjadi penting, karena kesibukan dan amanah lain sudah menanti. Saat selesai fokus untuk satu keperluan, maka segeralah menunaikan amanah lain. Ini karena kewajiban kita lebih banyak dari waktu yang tersedia. (Gian)
ket: ilustrasi foto diambil saat sebelum pandemi