Ini Cara Berpikir Positif dengan Benar
Banyak yang mengeluh mengapa tidak bisa menjalani hidup dengan perasaan positif segampang dikatakan motivator atau di training-training motivasi? Apakah ada yang salah dari dirinya? Mengapa susah sekali untuk berpikir positif?
Pikiran seperti ini tidaklah salah. Memang, pada kenyataannya berpikir positif itu tidaklah mudah. Jangan terlalu percaya berpikir positif itu gampang. Mengapa bisa seperti itu?
Nah, di sinilah kita akan mencoba membahasnya sampai tuntas. Mengapa berpikir positif itu tidak semudah yang dikira. Jadi, jika kita mengalami hal serupa, jangan terburu-buru patah semangat. Berpikir positif itu susah karena penyebabnya juga salah. Maksudnya bagaimana?
Maksudnya, tidak sedikit motivator yang seolah-olah mengatakan berpikir positif itu gampang. Berpikir positif cukup hanya dengan mendengarkan lagu yang diputar di seminar-seminar motivasi dan melakukan gerak-gerak energik.
Padahal tidak segampang itu untuk bisa menjadikan kita sebagai pribadi yang berpikir positif. Kalau pun kita merasa optimis dan berpikiran positif, setelah keluar dari kelas seminar motivasi misalnya, maka yakinlah perasaan itu biasanya hanya bertahan satu atau dua hari kemudian. Setelah itu kita kembali ‘terpuruk’ dengan pikiran-pikiran negatif.
Banyak yang keliru menafsirkan cara berpikir positif yang benar. Kekeliruan paling mendasar adalah meyakini berpikir positif dapat diperoleh dengan cara langsung seketika atau instan.
Padahal faktanya, tidak seperti itu. Cara berpikir positif dengan benar kita harus menjalani proses terlebih dahulu. Adapun proses yang harus dilalui adalah berupaya menetralkan diri kita.
Ya, menetralkan diri. Ilustrasi seperti ini, jika kehidupan kita dianalogikan dengan angka, maka bagaimana mengubah angka negatif menjadi angka positif? Jika dijawab dengan sudut pandang matematika, tentu jawabannya dengan ditambahkan angka positif yang nilainya lebih besar dari angka negatif. Namun, jika dilihat dari sudut pandang psikologi, jawabannya adalah angka negatif itu harus melalui angka nol terlebih dahulu, barulah kemudian dia bisa berubah menjadi angka positif.
Begitu pula ketika kita saat ini hendak mengubah pikiran negatif menjadi pikiran positif. Yang harus kita lakukan adalah menolkan atau menetralkan diri terlebih dahulu. Barulah setelah itu kita siap untuk memulai berpikir positif.
Lalu, bagaimana cara kita untuk bisa menetralkan diri? Nah, berikut ini 4 cara yang bisa kita lakukan sendiri. Tapi penting diingat, cara ini harus dilakukan secara urut, lengkap, dan bersungguh-sungguh.
- Belajarlah untuk menangis.
Hmm… terdengar cara ini tidak serius ya? Mengapa untuk menetralkan diri harus diawali dengan menangis? Apalagi ada anggapan menangis itu identik dengan sifat cengeng dan bagi sebagian orang dinilai sebagai kelemahan. Apalagi jika hal ini dilakukan oleh lelaki, yang sangat tabu kiranya untuk menangis.
Padahal faktanya tidak seperti itu. Menangis ternyata bisa jadi obat ampuh untuk mengeluarkan emosi-emosi negatif dari dalam diri. Cara paling alami untuk detoksinasi ‘racun-racun jiwa’.
Tentu saja tidak dianjurkan menangis di sembarang tempat atau di sembarang waktu. Carilah waktu dan tempat yang kondusif. Kemudian ucapkan kata-kata yang menyatakan bahwa kita ingin jujur pada diri sendiri. Merasa lelah dengan hidup ini dan hanya ingin menangis sebebas-bebasnya.
- Curhat mendalam kepada Sang Pencipta.
Bentuknya bisa berupa doa atau perkataan lainnya yang bersifat personal. Luangkan waktu untuk dapat curhat dengan Sang Pencipta. Jadikan Sang Pencipta sebagai sahabat terbaik kita.
- Memaafkan diri sendiri.
Ini penting karena kita tidak hanya harus bisa memaafkan orang lain, tapi yang tidak kalah penting adalah memaafkan kesalahan atau kekeliruan kita pada masa lalu. Bagi sebagian orang, ini bukanlah perkara sepele. Tapi, jika kita hendak menetralkan diri dan memulai menjadi orang yang lebih baik dengan berpikiran positif, maka hal tersebut mesti dilakukan dan diperjuangkan.
Adapun caranya, sama seperti ketika kita hendak menangis dan curhat kepada Sang Pencipta. Yakni dengan mengucapkan kata-kata yang menyiratkan kita telah dengan tulus hati memaafkan diri sendiri.
- Mengikhlaskan.
Yakinlah tidak ada hal baik yang bisa terjadi pada hidup kita, jika kita belum bisa mengikhlaskan peristiwa atau pengalaman tidak menyenangkan yang terjadi pada masa lalu. Maafkan dan lupakan. Ucapkan kata-kata tersebut dan hujamkan di dalam hati.
Nah, jika keempat cara ini telah dilakukan, dan kita kemudian merasakan plong di dada. Tidak ada lagi ganjalan yang dirasakan, itu tandanya kita sudah siap untuk mulai belajar berpikir positif.
Jadi kesimpulannya, jika kita selama ini merasakan sulit untuk berpikir positif, maka mulailah terlebih dahulu menetralkan diri dari emosi-emosi negatif hasil dari trauma atau kejadian tidak menyenangkan pada masa lalu.
Caranya seperti telah disebutkan sebelumnya, yakni mulai dari belajar untuk menangis, curhat mendalam kepada Sang pencipta, berusaha memaafkan diri sendiri, dan mengikhlaskan.
Setelah netral, barulah kita berpikir positif dengan cara masing-masing. Insya Allah prosesnya akan lebih cepat dan mudah kita lalui. Selamat mencoba dan jangan pernah menyerah, karena hal ini sangat layak untuk kita lakukan! (daaruttauhiid)