“Hijab? Why Not?”
Oleh : Isnaeni Apriliani, S.Pd
Santri PPM 9
Saat itu tepat satu minggu setelah hari raya Idul Fitri 1437 H saya merantau ke Karawang. Merantau kali ini untuk melaksanakan PKL (Praktik Kerja Lapangan) di salah satu perusahaan besar swasta yang fokusnya didunia pangan internasional. Ini adalah pertama kalinya saya menginjakan kaki di kota ini dan rasanya berbeda sekali dengan suasana Bandung yang sangat memanjakan hati dan pikiran saya terlebih suasana pesantren yang sangat menyejukan, menenangkan hati, dan menjernihkan pikiran. Hemm, saya bergumam dalam hati, ternyata suasana diperusahaan itu sangat jauh berbeda dengan suasana dipesantren. Namun tidak ada yang harus disesali karena semua itu terjadi atas izin dan Ridho Allah. Saya selalu teringat dengan ucapan guru saya Aagym “Hadapi – Hayati – Nikmati”.
Pada hari pertama masuk kerja, saya mendapatkan training terkait safety. Salah satu aturan yang terdapat didalamnya adalah tidak diperkenankan untuk menggunakan rok dan jilbab panjang bagi perempuan. Innalilahi, saat itu saya tertegun dengan aturan seperti itu. Pihak perusahaan menjelaskan alasannya dan saya hanya bisa terdiam. Seorang HRD (Human Resource Development) nampaknya sudah memahami saya dan dia berkata “Saya sebenarnya sudah tahu sejak zaman dulu kalau mahasiswa UPI kerudungnya memang selalu panjang-panjang”. Mendengar hal itu, saya hanya bisa tersenyum dan terus meyakinkan bahwa saya bisa tanpa harus menggunakan celana dan kerudung pendek. Singkat cerita, Allah lah yang maha membolak-balikan hati setiap makhluk, akhirnya atas izin dan Ridho Allah saya diperbolehkan untuk tetap menggunakan pakaian gamis dan kerudung panjang. Alhamdulillah, saya bersyukur dan saya semakin percaya dengan janji Allah bahwa suatu amal itu tergantung daripada niatnya. Dari sini saya mendapatkan banyak hikmah dan pelajaran, ketika saya terus memperkuat niat semata-mata karena Allah maka Allah sangat membuka lebar pintu pertolongan-Nya. MasyaAllah.
Semakin lama saya berada dilingkungan perusahaan maka semakin banyak pula orang yang terkadang memandang saya dengan pandangan yang aneh dan tidak sedikit banyak orang yang mencibir dengan sindiran “Assalamu’alaikum, mau pengajian dimana bu haji?”. Namun saya tidak memandang itu adalah sebuah cibiran melainkan itu adalah sebuah do’a yang selalu dipanjatkan oleh orang-orang tersebut kepada saya. Alhamdulillah, saya selalu menjawab do’a-do’a mereka dan melempar kembali dengan senyuman ikhlas karena Allah. InsyaAllah.
Hari demi hari telah dilalui, saya seperti layaknya orang paling aneh dan paling asing disini. Namun tidak mengapa, niatkan semuanya karena Allah. Saya berpikir, mungkin ini dakwah yang sebenar-benarnya dakwah. Saat ucapan tidak mampu menyampaikan, namun akhlak dan perbuatan dapat dijadikan contoh teladan dengan terus memegang teguh keyakinan saat lingkungan tidak mendukung.
Setiap hari saya masuk kerja, dan saat-saat inilah saya mengenal hampir semua karakter seluruh karyawan disini. Mereka begitu luar biasa baik dan tidak sedikit ada yang selalu bertanya “Kenapa kerudungnya panjang sekali neng?”. Saya selalu menjawab “saya ga punya celana bu” sambil dipenuhi candaan dan menceritakan asal usul saya yang berlatar belakang pesantren saat tingkat 3. Mereka sangat tertarik dengan cerita pesantren saya, bahkan tidak sedikit yang akhirnya menanyakan sedikit banyak tentang Daarut Tauhiid, saya berdo’a semoga Allah selalu membimbing hati dan pikiran saya serta cita-cita mereka untuk menyekolahkan anaknya di Daarut Tauhiid Allah kabulkan. Aamiin.
Dari pengalaman saya tersebut, dapat saya simpulkan bahwa hijab itu sama sekali tidak menutup potensi seorang perempuan karena Allah sudah menulis takdir terbaik setiap makhluk-Nya. Tidak perlu khawatir ketika banyak yang mencibir atau manakut-nakuti dengan masa depan yang suram karena perempuan berhijab tidak mampu meniti karir seperti orang-orang pada umumnya. Tapi yakinilah, wahai muslimah kau adalah perempuan terbaik dunia dan akhirat apabila kau mampu mempertahankan aturan Allah ini. Mungkin saja kita kalah dengan mereka yang berhasil meniti karir didunia dengan sudut pandang bahwa mereka mampu mengeksploitasi potensi tanpa hijab, namun yakinilah bahwa kita sedang melakukan proses perniagaan langsung dengan Allah untuk kemaslahatan hidup kita didunia dan diakhirat. Memang tidak terlihat, namun terasa aman, tentram, dan nyaman yang bisa dirasakan oleh hati. InsyaAllah.
Yakinlah wahai muslimah, kehidupan didunia ini hanya senda gurau dan kehidupan akhiratlah yang kekal abadi. Allah berfirman dalam QS. Al-An’am ayat 32
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka, dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kalian memahaminya?” .
Kita hidup dibumi Allah dan mau tidak mau kita harus taat sama aturan Allah. Dan yang terpenting adalah haqqul yakin ke Allah. Aturan Allah itu pasti banyak mengandung hikmah, hanya saja terkadang manusia akan merasakan hikmah itu setelah Allah menghukum dengan cara yang tidak kita suka. Jangan tunggu Allah memaksamu untuk berhijab ukhty, kalau kata Ustadz Felix Siaw itu “Hijab Tanpa Nanti, Taat Tanpa Tapi”.