Hidup Sehat Tanpa Sampah
Masalah sampah seakan tak hentinya. Beberapa saat lalu dengan adanya tragedi Leuwigajah rupanya tak membuat kita jera. Bibit-bibit gundukan itu masih terlihat di sepanjang jalanan di kota Bandung. Mungkin pemerintah bingung akan dikemanakan sampah-sampah tersebut? Haruskah dialihkan ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir), tapi ke daerah mana? Tak ada satu daerah pun yang sudi daerahnya dijadikan tempat pembuangan.
Sebagai warga negara yang baik, kita tidak bisa menutup mata untuk masalah ini. Kita wujudkan kepedulian pada lingkungan dari dalam diri. Bagaimana caranya agar sampah yang dianggap menjijikan dapat menambah penghasilan. Kita buat aneka kerajinan melalui proses daur ulang. Jika itu terlalu jauh, kita kurangi menggunakan barang yang sekiranya dapat menimbulkan sampah. Atau kita lakukan hal-hal seperti berikut:
Pertama, biasakan sampah yang kita buang dengan memilah-milahnya. Pisahkan yang organik dan yang anorganik. Sampah organik bisa kita daur ulang dan yang anorganik bisa langsung diserahkan ke tempat pembuangan sampah yang lebih besar atau ke pemungut sampah untuk dikilo.
Kedua, manfaatkan halaman rumah. Bila kita punya halaman yang cukup luas, alangkah baiknya jika kita buat tempat sampah dengan cara menggali tanah. Kita bisa mengubur sampah yang organik. Dalam waktu sekira empat bulan, sampah tersebut akan berubah menjadi kompos. Dengan cara seperti ini, selain masalah sampah terselesaikan, kita mendapatkan manfaat dari kompos tersebut yaitu bisa menyuburkan tanah.
Lalu, bagaimana jika tidak memiliki halaman? Cukup dengan mengurangi penggunaan barang yang dapat menimbulkan sampah baru seperti plastik bisa kita ganti dengan kertas. Seperti yang orang terdahulu kita lakukan. Daging yang dibeli hanya berbalut daun waru. Tempe dibungkus dengan daun pisang. Dan, hal itu masih pantas untuk dilakukan sekarang.
Ketiga, barang yang sekiranya masih bisa digunakan, kita cuci secara bersih untuk kemudian dipakai. Jika ibu tak memiliki keranjang untuk belanja, misalnya, bisa menggunakan kantong kresek bekas yang telah dicuci. Cara seperti ini selain mengurangi datangnya kantong baru, juga menghemat uang belanja.
Memang, mau tidak mau kita tidak dapat mengindar dari kantong plastik atau kresek kecil yang tak dibeli alias gratis. Ada kemungkinan setiap satu macam barang yang kita beli, diberi satu bungkus kantong plastik. Bayangkan bila kita membeli sepuluh macam barang tiap harinya, maka berapa banyak kantong kresek yang kita dapat? Cara termudah, dengan mengumpulkan plastik-plastik tersebut, kita susun sesuai ukurannya kemudian kita berikan atau kita tukarkan ke warung terdekat. Insya Allah cara seperti itu sangat bermanfaat.
Untuk itu, mari kita tingkatkan kepedulian pada lingkungan dari dalam diri kita. Kemudian kita ajak kerabat, tetangga untuk melakukan hal yang sama. Kita bantu pemerintah untuk memecahkan masalah bangsa ini. Semoga dengan kebersihan yang kita tanamkan, menjadikan jiwa, raga bangsa Indonesia kita sehat sebagaimana slogan Sehat Lingkunganku Sehat Badanku. (drg. Murni Astuti)