Harta Karun Ramadan
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barang siapa…” (QS. al-Baqarah [2]: 183-184)
Jika suatu saat menemukan harta karun, bagaimanakah rasanya? Tentu merasa gembira, bahagia, dan senang. Mengapa? Karena kita mengetahui di dalamnya ada sesuatu yang sangat berharga dan istimewa.
Tahukah jika sesungguhnya Ramadan laksana harta karun yang di dalamnya terkandung sesuatu yang sangat berharga, bahkan lebih istimewa dibanding dengan perhiasan, uang, dan benda-benda antik lainnya? Dan di antara harta karun Ramadan itu adalah:
Pertama, maghfirah artinya ampunan atas dosa dan kesalahan. Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa pada Bulan Ramadan dengan iman dan mengharapkan keridaan Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Muttafaq ‘Alaih)
Tak ada seorang pun di dunia ini yang terbebas dari dosa selain para nabi dan rasul. Maka orang terbaik adalah mereka yang ketika berbuat salah, ia langsung sadar, menyesal, berjanji tidak akan mengulangi lagi, dan diiringi dengan perbuatan baik. Ramadan adalah waktu yang tepat untuk menggugurkan dosa dan kesalahan tersebut.
Dalam hadis yang lain Rasulullah saw bersabda, “Salat yang lima waktu, jumat ke jumat berikutnya, dan Ramadan ke Ramadan berikutnya menjadi kaffarah (penghapus) atas dosa-dosa di antara keduanya selama ia meninggalkan al-Kabair (dosa-dosa besar).” (HR. Muslim)
Kedua, matsubah artinya pahala yang berlimpah ruah. Rasulullah saw bersabda, “Demi Dzat yang diriku ada di Tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah dari pada minyak kesturi. Dia tidak makan, tidak minum, dan tidak berhubungan badan dengan istrinya karena-Ku. Tiap-tiap amal anak Adam baginya, kecuali saum. Saum itu untuk-Ku dan Aku yang akan memberinya pahalanya.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Pada hadis tersebut disebutkan bahwa saum itu untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan pahalanya, ini menunjukkan bahwa pahala saum hanya urusan Allah SWT. Manusia tidak bisa membayangkan banyaknya pahala.
Ketiga, wiqayah artinya benteng, tameng, atau perisai. Rasulullah saw bersabda, “Puasa adalah perisai dari api neraka, seperti perisainya salah seorang di antara kalian dalam peperangan.” (HR. Ahmad, an-Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Ibnu Khuzaimah dari Utsman bin Abil Ash)
Rasulullah saw bersabda, “Puasa adalah tameng (perisai), dan benteng yang kokoh (yang membentengi) dari api neraka.” (HR. Ahmad)
Siapa orangnya yang mau masuk neraka? Pasti tak seorang pun menginginkannya. Maka salah satu amalan yang menghalangi kita dengan neraka adalah saum pada Bulan Ramadan.
Keempat, riyadlah artinya latihan. Rasulullah saw bersabda, “Puasa bulan kesabaran dan tiga hari dalam setiap bulan dapat melenyapkan kedengkian dalam dada.” (HARI. Bazzar dari Ali dan Ibnu Abbas, dan Thabrani dari Namr bin Tulab)
Pada hadis ini Rasulullah menyebutkan Ramadan adalah bulan kesabaran, menujukkan bahwa selama Ramadan kita dilatih dan dibina menjadi pribadi-pribadi yang sabar. Boleh jadi banyak makanan di rumah kita, statusnya pun halal, dan tak seorang pun melihatnya tapi mengapa kita tidak berani menyentuh dan memakannya? Karena kita tahu hal itu terlarang, dan belum waktunya untuk berbuka. Subhaanallah, ternyata saum selain melatih kita bersabar, juga melatih untuk bersikap jujur.
Kelima, farhah artinya kebahagiaan. Rasulullah saw bersabda, “Bagi orang yang berpuasa memiliki dua kebahagiaan; kebahagiaan saat berbuka, dan kebahagiaan saat bertemu Rabb-Nya.” (HR Muslim). Sungguh bahagianya kita, ketika seharian saum menahan lapar dan haus kemudian mendengar azan maghrib berkumandang sebagai tanda untuk berbuka. Dan lebih bahagia lagi ketika nantinya masuk surga dan berjumpa dengan Allah Rabbul ‘alamiin.
Keenam, hikmah ijtima’iyah artinya hikmah sosial. Ibnul Qayyim berkata, “Ia dapat mengingatkan mereka akan kondisi laparnya orang-orang miskin.” Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa memberi makan untuk berbuka orang yang berpuasa. Maka ia mendapatkan pahala seperti pahalanya, tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang yang berpuasa itu.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hiban, dari Zaid bin Khalid)
Ketujuh, khususiyyah artinya kekhususan yang diberikan Allah SWT. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pintu yang disebut ar-Rayyan. Orang-orang yang berpuasa akan masuk darinya pada hari kiamat, yang tidak akan masuk darinya seorang pun kecuali mereka.” (Muttafaq ‘Alaih). Keistimewaan luar biasa bagi mereka yang saum sampai masuk surga pun melalui jalur khusus yang disebut dengan pintu ar-Rayyan.
Demikianlah, di antara harta karun Ramadan yang Allah SWT sediakan untuk kita. Mari nikmati harta karun ini dengan optimal agar kita bahagia dunia dan akhirat. Aamiin. (daaruttauhiiid)
sumber foto: aksi.id