Hakikat Kekayaan
Jika sebagian orang merasa rendah diri karena keadaan orangtuanya, maka banyak pula yang merasa hina karena dirinya berada dalam keadaan miskin papa. Tak sedikit orang yang berpikir tidak pantas hidup hanya karena urusan harta. Padahal kemuliaan di sisi Allah tidaklah dipandang dari status ekonomi semata. Melainkan dari ketaatan dan ketakwaan kita kepada-Nya.
mengapa kita merasa rendah diri di hadapan orang kaya? Alasan utamanya karena kita masih menganggap ada orang yang memiliki harta. Padahal sebetulnya kepunyaan Allah-lah segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi; alam semesta berikut isinya ini mutlak milik Allah SWT. Semuanya dikuasai oleh Allah dan tidak bisa dimiliki oleh siapa pun.
Manusia hanyalah mengaku-ngaku sebentar, untuk kemudian ditinggal mati. Mau dibawa ke mana harta itu setelah kita mati? Dibawa masuk ke liang kubur? Ah, bumi ini toh milik Allah juga. Dengan demikian supaya kita tidak merasa rendah diri jika menghadapi orang lain adalah harus yakin bahwa segala kekayaan itu milik Allah. Lalu Allah membagi-bagikannya kepada siapa saja yang dia kehendaki, dan menahannya dari siapa pun yang dikehendaki.
Kaya ataupun miskin semuanya mutlak tergantung kehendak Allah. Dalam memandang kehidupan ini, seharusnya kita seperti sedang bekerja di dalam satu perusahaan besar. Semua pekerja diberi barang inventaris sendiri-sendiri yang tentu saja semuanya adalah milik perusahaan. Karenanya kita tidak perlu merasa iri dengan apa yang dititipkan kepada orang lain, karena toh semuanya sama-sama milik Allah.
Ketika kita menganggap harta kekayaan itu milik orang, tidak usah heran jika kita menjadi terkuasai oleh perasaan sendiri. Kita jadi banyak memikirkan yang tidak-tidak. Kepala pun pusing jadinya karena hati dan pikiran membayangkan yang bukan-bukan. Tidak jarang dilanda grogi, salah tingkah, dan merasa lebih rendah. Semua itu dikarenakan kita masih menganggap status sosial dan kekayaan sebagai sumber kemuliaan manusia.
Sedangkan sesungguhnya semua itu sama sekali bukan ukuran kemuliaan. Buktinya mantan Presiden Filipina, Ferdinand Marcos yang zalim kepada rakyatnya pun diberi harta kekayaan. Yakuza sebuah geng mafia Jepang yang usahanya merangkum segala ikhtiar maksiat diberi kekayaan yang sangat luar biasa juga oleh-Nya.
Yakinlah bahwa semuanya memang milik Allah. Apa pun dan seberapa pun harta yang dititipkan-Nya kepada manusia semuanya hanya semu. Yang penting di dalam hati ini tak pernah terlepas dari keyakinan yang mantap, semuanya adalah milik Allah.
Kemudian kita gunakan harta kita semata-mata untuk beribadah kepadanya-Nya. Semua yang ada pada kita harus menjadi ladang amal saleh. Itulah amalan batin yang harus kita pegang teguh yang insya Allah akan membuat hati tenang dan tenteram.
Kalau kita miskin maka harus kita kembalikan urusannya kepada Allah. Secara kasat mata kita memang miskin, hakikatnya kemiskinan itu bukanlah milik kita. Secara kasat mata mereka memang kaya, tetapi bukan pula kekayaan itu milik mereka. Jauh lebih mulia orang yang miskin tetapi taat daripada orang yang kaya tetapi tersesat.
Kekayaan baru mempunyai harga apabila dinafkahkan di jalan Allah. Harta yang tidak dinafkahkan di jalannya justru hanya akan menyeret kita ke neraka. Camkanlah sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, “Aku menjenguk ke surga dan aku melihat kebanyakan penghuninya adalah orang-orang fakir.” (HR. Bukhari-Muslim).
Kendati bukan berarti kalau kita ingin cepat masuk surga lantas memilih hidup dalam kemiskinan. Karena untuk dapat beribadah, kita juga perlu bekal biaya yang cukup. Cukup itu tidak berlebihan. Tidak mungkin kita mengandalkan kemiskinan untuk beribadah, semisal menuntut ilmu, menunaikan ibadah haji, berkurban, dan berjihad di jalannya. Semua itu menunjukkan bahwa syariat dunia sekali-kali tidak boleh kita tinggalkan. Bahkan sangatlah beruntung orang-orang kaya yang mampu menafkahkan hartanya di jalan Allah dengan ikhlas. Sebab Allah Azza wa Jalla telah menjanjikan balasan terhadap yang demikian adalah kemudahan kembali ke surga; tanpa hisab. (KH. Abdullah Gymnastiar)