Hadapi Quarter Life Crisis, Bagaimana Seorang Muslim Harus Bersikap?
Di Era 4.0 Industri ini, sangat sering kita mendengar tentang Quarter Life Crisis, baik di sosial media, ataupun forum-forum diskusi. Apa sih Quarter Life Crisis itu?
Menurut Dr. Oliver Robinson, seorang Peneliti dan Pengajar Psikologi University of Greenwich di London, Quarter Life Crisis atau krisis seperempat abad adalah periode seseorang (laki-laki atau perempuan) diusia 18 tahun hingga 30 tahun yang memiliki kondisi merasa hilang arah, khawatir, bingung, ataupun galau akan ketidakpastian kehidupannya di masa depan. Pada umumnya, hal tersebut meliputi masalah relasi, percintaan karier, dan kehidupan media sosial.
Lalu bagaimanakah pandangan dalam agama Islam dalam menghadapi Quarter Life Crisis tersebut, terutama bagi para muslimah? Islam sebagai agama yang sempurna, tentu memiliki langkah preventif yang dapat kita lakukan dalam menghadapi Quarter Life Crisis tersebut berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits. Berikut hal yang dapat kita lakukan:
Mencintai Allah dan Diri Sendiri
Mencintai Sang Pencipta menjadikan kita lebih paham akan arti hidup dan tujuan hidup kita yang sebenarnya. Allah Ta’ala berfirman dalam Al Qur’an Surat Az-Zariyat ayat 56
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
“Dan Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan supaya mengabdi kepada-Ku.”
Hal tersebut juga akan membuat kita lebih mengerti bahwa ketika mencintai Sang Pencipta, maka kita akan mencintai diri kita, karena kita akan melakukan segala hal-hal baik dalam hidup kita, dan menjauhi sesuatu yang bersifat buruk bagi hidup kita.
Fokus Pada Kehidupan Saat Ini
Bagi seorang muslimah baiknya tidak terlalu berandai-andai terhadap masa depan, baik itu masalah pekerjaan, apalagi jodoh. Fokus terhadap kehidupan yang dijalani saat ini dengan melakukan hal-hal terbaik. Karena, hal-hal yang terjadi dimasa depan akan datang disaat waktu terbaiknya. Allah Ta’ala berfirman:
اَتٰىٓ اَمْرُ اللّٰهِ فَلَا تَسْتَعْجِلُوْهُ ۗسُبْحٰنَهٗ وَتَعٰلٰى عَمَّا يُشْرِكُوْنَ
“Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka jangan kamu meminta disegerakan (datangnya).” (QS. An-Nahl:1)
Mensyukuri Segala Bentuk Rezeki yang Diberikan Oleh Allah
Setiap makhluk yang hidup telah Allah berikan rezekinya dengan sesuai kemampuan dan kebutuhannya.
“Dan tidak satupun suatu binatang melata (seluruh makhluk Allah yang bernyawa) pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia yang mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz)” (QS. Hud: 6).
Sebab itu, baiknya kita harus mensyukuri segala nikmat tersebut “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu”.
Berikhtiar dan Bertawakal dalam Mencapai Tujuan Hidup.
Saat kita menginginkan sesuatu dalam hidup, tidak bisa jika kita hanya berpasrah kepada Allah Ta’ala. Namun, harus diiringi dengan Ikhtiar, hal apa yang bisa kita lakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Setelah itu bertawakallah kepada-Nya. Dalam Al Qur’an Surat Ali Imran: 159 Allah menyampaikan
“Apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada-Nya”
Apabila kita sudah melakukan hal-hal tersebut, Quarter Life Crisis tidak akan lagi menjadi hal yang harus ditakutkan untuk dilewati. Karena, kita pecaya apapun yang terjadi dalam hidup baik buruknya adalah atas kehendak Allah Ta’ala.
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubaah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah mengkehendaki keburukan dalam suatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya.” (QS. Al Ra’du: 11).
Dalam hadits, dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan radhiyallahu ‘anhu: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim, no. 2999).
Jika hal baik maka bersyukurlah, jika itu hal buruk maka ambillah hikmah dari kejadian tersebut, karena Allah telah berfirman,
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan mengatakan, kami telah beriman, sedangkan mereka tidak diuji? (QS. Al-Ankabut: 2)
Wallahu a’lam bishawab
(Eva Ps El Hidayah)