Gigi yang Sehat, Gigi yang Afiat
Mana yang Anda pilih? Sakit hati atau sakit gigi? Ini bukanlah sekadar penggalan syair lagu dangdut, yang dinyanyikan Meggy Z dan populer itu. Ini merupakan suatu realita pilihan yang cukup akrab di kalangan masyarakat kita, yang relatif humoris ini.
Realita menunjukkan sakit gigi menimbulkan penderitaan tersendiri dan tidak bisa dianggap sepele oleh siapa pun (di samping sakit hati tentunya). Badan meriang, kepala pusing, sulit makan, sulit tidur, sensitif, dan tidak bersemangat untuk melakukan aktivitas apa pun merupakan gejala umum dari sakit gigi yang buat sebagian orang sungguh menjengkelkan.
Hampir semua orang pernah bermasalah dengan kesehatan gigi dan mulutnya. Ada yang karena gigi berlubang (Caries), radang pada gusi (Ginggivitis), radang jaringan penyangga gigi (Periodontitis), sariawan (Stomatitis Aphtosa), maupun bau mulut (Halitosis).
Lalu, mengapa semua keadaan (penyakit) yang merugikan tersebut bisa terjadi pada diri kita? Etiologi atau penyebab secara medis yang sering kita ketahui adalah plak dan bakteri. Plak adalah suatu koloni berlapis tipis, lengket, tidak berwarna yang terbentuk oleh sisa makanan bersama bakteri dan melekat pada permukaan gigi kita. Plak merupakan tempat pertumbuhan yang ideal bagi bakteri (Genus Streptococcus) yang dapat memproduksi asam. Asam yang dihasilkan dapat mengakibatkan turunnya PH atau meningkatnya keasaman permukaan gigi, sehingga akan timbulnya reaksi demineralisasi (larutnya) permukaan gigi dan terjadilah gigi yang berlobang/ karies gigi.
Selain itu bakteri yang berkembang biak akan memproduksi racun. Racun akan masuk ke dalam gusi dan menyebabkan peradangan pada gusi (Ginggivitis). Ciri-cirinya antara lain gusi berwarna kemerahan, mudah berdarah, dan bengkak. Bila dibiarkan, keadaan ini dapat menjadi lebih buruk dengan masuknya racun pada jaringan penyangga gigi. Radangnya jaringan penyangga gigi disebut dengan Periodontitis. Cirinya gigi menjadi peka, goyah, dan kemudian tanggal. Perkembangan bakteri yang tidak terkontrol juga akan menyebabkan kelainan yang kita kenal dengan bau mulut (Halitosis).
Keajaiban-keajaiban Dalam Rongga Mulut
Yang sangat penting untuk kita analisa dan renungkan bersama, etiologi atau penyebab dari segala penyebab kerusakan pada gigi dan jaringan sekitarnya adalah diri kita sendiri (manusia). Manusia yang merusak dirinya sendiri. Allah SWT menciptakan tubuh manusia dengan sangat sempurna. Demikian juga dengan gigi geligi. Jika keindahan rambut diibaratkan mahkota, maka keindahan gigi geligi sering diibaratkan dengan untaian mutiara.
Selain itu, kalau mata merupakan jendela jiwa, boleh dibilang gigi dan rongga mulut merupakan jendela tubuh. Kondisi kesehatan gigi dan mulut memperlihatkan kondisi kesehatan tubuh secara keseluruhan. Gigi sendiri berfungsi vital dalam proses pencernaan dengan cara mengunyah halus makanan yang kita makan sehari-hari.
Proses pencernaan tersebut juga dibantu air ludah (saliva). Ludah bekerja sebagai pelumas di dalam rongga mulut. Selain itu secara kimiawi ludah menghasilan enzim ptialin yang membantu proses pencernaan dan juga mengandung suatu sistem pertahanan tubuh alamiah.
Lidah terletak pada dasar mulut. Pada permukaan lidah yang seperti beludru terdapat papil-papil yang berfungsi sebagai reseptor atau penerima sensor rasa. Dapat kita bayangkan kalau kita makan tanpa lidah, tentu tidak terasa lezatnya makanan. Lidah juga berfungsi penting pada proses penelanan dan berbicara (berkoordinasi dengan gigi, langit-langit, dan bibir).
Amandel (tonsil) adalah kelenjar yang banyak mengandung sel-sel pertahanan (imunitas) tubuh, sehingga turut berperan dalam proses kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit, terutama infeksi di saluran nafas. Amandel merupakan pos pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan penyakit yang masuk melalui rongga mulut.
Masih banyak keajaiban-keajaiban lain yang Allah ciptakan pada tubuh manusia. Semuanya diciptakan dalam sistem yang seimbang, yang dalam bahasa medis disebut dengan homeostatis equilibrium. Contohnya adalah kehidupan bakteri yang terdapat di dalam rongga mulut. Secara natural, di dalam rongga mulut manusia terdapat berbagai macam bakteri yang hidup dalam keseimbangan (bakteriostatis). Tapi sayang keseimbangan ini sering dirusak sendiri oleh manusia yang kurang mensyukuri nikmat-Nya.
Manusia cenderung merusak dan menzalimi dirinya sendiri. Malas menyikat gigi, banyak makan makanan bergula, merokok, minum alkohol, pola makan tidak seimbang hanyalah sedikit contoh saja perbuatan manusia yang dapat merusak keseimbangan/kesempurnaan yang telah diciptakan-Nya di dalam rongga mulut. Ketidakseimbangan (homeostasis disequilibrium) itulah yang akhirnya menimbulkan kerusakan/ penyakit yang tidak lain korbannya adalah manusia itu sendiri.
Gigi yang Sehat, Gigi yang Afiat
Jadi apa yang harus kita lakukan untuk menjaga atau memperbaiki keseimbangan itu? Jawabannya pasti, kita wajib merawat dan menjaga kesehatan gigi dan mulut semaksimal mungkin. Wujudkan keinginan kita untuk mempunyai gigi yang sehat, yaitu gigi yang rapi, bersih, bercahaya, dan didukung oleh gusi yang kencang dan berwarna merah muda. Gigi dan mulut yang sehat juga mengharamkan segala macam bau tak sedap/ bau mulut yang akan mengganggu pergaulan kita.
Memiliki gigi dan mulut yang sehat memang sangat menyenangkan. Gigi yang berfungsi secara sempurna, makan dengan nikmat, senyum yang memesona, tawa yang lepas. Tapi apakah itu saja cukup? Ternyata tidak, sehat saja masih jauh dari cukup. Selain sehat gigi juga harus afiat.
Pakar bahasa Al-Quran dapat memahami dari ungkapan sehat wal-afiat bahwa kata sehat berbeda dengan kata afiat, karena wa yang berarti “dan” adalah kata penghubung yang sekaligus menunjukkan adanya perbedaan antara keduanya. Dalam literatur keagamaan, bahkan dalam hadis-hadis Nabi Muhammad saw, ditemukan sekian banyak doa yang mengandung permohonan afiat, selain permohonan memperoleh sehat.
Dalam kamus bahasa Arab, kata afiat diartikan sebagai perlindungan Allah untuk hamba-Nya dari segala macam bencana dan tipu daya. Perlindungan itu tentunya hanya dapat diberikan bagi manusia yang pandai bersyukur dan mengikuti petunjuk-Nya. Maka kata afiat dapat diartikan berfungsinya anggota tubuh manusia sesuai dengan tujuan penciptaan-Nya.
Maka, kalau tadi kita telah mendefinisikan gigi yang sehat, selanjutnya bagaimana gigi yang afiat? Gigi dan mulut yang afiat adalah gigi/mulut yang dapat berfungsi mengunyah, memakan makanan, berbicara hal-hal yang menjadi hak dan manfaat (halal) buat diri sendiri serta orang lain, dan menghindarkan fungsinya dari hal-hal yang terlarang/berdosa dan tidak bermanfaat. Itulah fungsi yang diharapkan dari penciptaan gigi dan mulut. Alhamdullilah, selamat bagi Anda yang memiliki sehat dan afiat sekaligus.
Untuk itu, marilah kita wujudkan dan tingkatkan kesehatan dan keafiatan gigi dan mulut kita. Gosoklah gigi secara benar dan teratur (setelah makan dan sebelum tidur), makanlah dengan gizi seimbang, jalani pola hidup sehat (tidur cukup, olah raga teratur, tidak merokok, tidak minum alkohol, tidak narkoba), dan kunjungi dokter gigi anda secara teratur (minimal 6 bulan sekali). Semua ikhtiar itu hendaknya selalu kita tujukan sebagai wujud rasa syukur dan cinta kita kepada-Nya. Semoga Allah meridai ikhtiar kita. Aamiin. (daaruttauhiid)
sumber foto: ruangmuslimah.co