Etika Bisnis dalam Islam
Secara etimologis, etika berasal dari bahasa Yunani. Terdiri dari dua kata yaitu ethos dan ethikos. Ethos berarti sifat, watak, kebiasaan, tempat yang biasa. Ethikos berarti susila, adab, kelakuan dan perbuatan yang baik. Sedangkan istilah moral berasal dari kata latin yaitu mores, yang merupakan bentuk jamak dari mos. Bermakna adat istiadat atau kebiasaan watak, kelakuan, tabiat, dan cara hidup.
Ada pun dalam bahasa Arab, kata etika dikenal dengan istilah akhlak, artinya budi pekerti. Sedangkan dalam bahasa Indonesia disebut tata susila. Etika sangat dibutuhkan bagi keberlangsungan hidup baik individu maupun kelompok. Adanya etika atau akhlak membuat manusia layak bertindak sebagai khalifah di bumi.
Etika Islam
Islam adalah jalan hidup yang membebaskan. Membebaskan dari segala penghambaan kepada selain Allah SWT. Membebaskan dari sempitnya pandangan dunia, menuju luasnya kampung akhirat, sehingga Islam sangat menghargai kebebasan dan kemerdekaan.
Etika Islam sendiri didasarkan pada hak manusia atas kemerdekaan berasaskan syariat. Pada prinsipnya kemerdekaan adalah hak asasi manusia untuk hidup. Hak yang harus terus dijaga dan dilindungi dengan kebaikan dan kebenaran. Maka etika Islam hadir agar kemerdekaan manusia itu tidak saling menzalimi satu sama lain.
Etika Bisnis Islam
Seperti yang ditulis M. Djakfar dalam Etika Bisnis dalam Perspektif Islam, perhatian utama dari etika bisnis Islam adalah menjaga perilaku wirausaha muslim agar tetap bertanggung jawab sebab imannya kepada Allah SWT. Etika bisnis Islam bersumber pada al-Quran dan Sunnah sebagai pedoman. Ini karena al-Quran merupakan sumber segala ajaran bagi seluruh umat muslim yang menjelaskan tentang norma, aturan atau hukum, dan nilai-nilai yang mengatur segala aktivitas manusia termasuk dalam kegiatan bisnis.
Syaikh Yusuf Qardhawi berpendapat jika ekonomi (bisnis) dan akhlak (etika) saling berkaitan, karena akhlak adalah daging dan urat nadi kehidupan yang islami. Tanpa adanya akhlak dalam bisnis, manusia akan semena-mena dalam menjalankan bisnis tanpa melihat halal dan haram.
Prinsip Tauhid
Dalam kegiatan ekonomi, tauhid adalah perangkat jangkar bagi manusia untuk menjaga perilakunya dalam berbisnis. Dengan adanya penyerahan diri kepada Allah, maka pelaku bisnis akan selalu menjaga perbuatannya dari hal-hal yang dilarang oleh agama. Sebab perilaku yang menyimpang akan membawa kemudaratan bagi individu dan orang lain.
Dari hal ini muncul tiga asas pokok yang dipegang oleh individu muslim. Pertama, Allah adalah pemilik dunia dan seluruh isinya dan hanya Allah yang dapat mengatur semuanya menurut apa yang Dia kehendaki. Dalam hal harta, manusia adalah pemegang amanah dari Allah atas harta yang sepenuhnya dimiliki oleh-Nya.
Kedua, Allah adalah pencipta seluruh makhluk hidup dan semua makhluk hanya tunduk kepada-Nya. Ketiga, iman kepada hari kiamat. Keimanan akan datangnya hari kiamat akan membuat pelaku ekonomi muslim berjalan sesuai dengan syariat. Karena hal yang dilakukan di dunia akan dipertanggungjawabkan di hari akhir nanti. (Gian)