Dunia yang Ingin Diakui Orang Lain
Saudaraku, Aa pernah membaca hasil penelitian ilmiah tentang orang yang sangat suka berbohong. Istilahnya mitomania. Yaitu penyakit jiwa bagi orang yang suka berbohong, karena yang terpenting untuknya adalah ia memperoleh pengakuan dari orang di sekelilingnya.
Misalkan ada yang sekolahnya standar, tapi ingin bergelar agar diakui orang. Maka dia pun mengarang lulusan macam-macam, namanya ditambahi berbagai rangkaian huruf abjad kecuali “alm.” Lalu tidak punya uang, tapi dia ingin terlihat kaya. Akibatnya dia menyabet sana-sini.
Nah, saudaraku. Mari kita berhati-hati terhadap penyakit ini. Salah satu contoh yang sekarang paling rawan adalah media sosial (medsos). Sebuah dunia yang ingin diakui orang lain. Medsos ini memang membuat hidup kita tidak normal.
Seperti mengunggah potret selfie ketika bertemu artis, dan fotonya dibikin status. Sehingga selalu terpikirkan adalah berapa jumlah yang meng-like (menyukai) dan apa saja komentar sanjungannya. Kemudian meminjam gelang, atau tas bagus dari orang kaya, dicoba dan dipotret. Tas dan gelangnya langsung dikembalikan sehabis itu, tapi potretnya menempel terus di instagram.
Hidup yang artifisial ini pasti menginginkan kedudukan di hati orang. Ingin dianggap orang berpunya, keren, atau pun elit. Penyebabnya, dia tidak mau menerima ketetapan yang Allah tentukan, dan tidak pernah berani jujur tentang apa yang diketahui oleh Allah tentang dirinya.
Padahal Allah tahu modal kita yang asli. Ibaratnya, ada teman yang meminjam jaket, sepatu, motor, dan pinjam uang juga kepada kita. Dia berangkat menemui seseorang yang ditaksirnya. Setelah itu, tak disengaja dia bertemu dengan kita di jalan. Saat bertemu dengan kita, semestinyalah dia malu untuk bergaya karena kita tahu modalnya. Bukan malah semakin sok bergaya.
Jadi, kalau kita sudah sadar ketahuan modal oleh Yang Maha Mengetahui, Yang Maha Menyaksikan dan Pemilik segala-galanya, bagaimana mungkin kita berani sok bergaya? Tidak mungkin berani berbohong memiliki gelar, uang, barang berharga, terkenal, saleh, dan seterusnya supaya mendapat pengakuan orang lain.
Sudahlah. Tanpa berbohong pun, masih ada yang menghargai kita karena Allah yang telah menutupi maksiat, aib, kekurangan dan masa lalu. Kalau ada orang yang memuji, itu karena dia tidak tahu siapa kita sebenarnya. Kita tidak punya modal untuk bangga saat menerima pujian.
Nah, saudaraku. Mulai sekarang mari kita jalani hidup ini dengan merunduk. Kita tawadhu’ karena Allah mengetahui modal kita, serta Allah pula yang telah menutupi masa lalu dan kekurangan kita. Perbanyak tobat dan sering-seringlah mengingat Allah.
Terkait medsos, silakan bagi yang ingin menggunakan. Tetapi berhati-hati saja. Seperti dengan berpikir dulu setiap sebelum mengunggah foto, bikin status, atau tidak memperlihatkan (pamer) sesuatu yang tidak penting.
Ada pun bagi yang merasa medsos membuat semakin menjauhkan diri dari rida Allah, maka lebih baik dihapus saja. Daripada beralasan mengikuti zaman dan memaksakan diri pakai medsos, tetapi tanpa sadar justru semakin menggenapkan ciri-ciri penyakit mitomania. (KH. Abdullah Gymnastiar)