Dua Sayap Dakwah
Setap muslim seharusnya dapat berperan ganda dalam kehidupannya. Yaitu sebagai ‘abidullah (penyembah allah) dan khalifatullah (khalifatullah). Sebagai ‘abidullah ia harus ikhlas menjadi penyembah Allah yang loyal, dan sebagai khalifatullah ia harus memakmurkan bumi dan memperbaiki kerusakan-kerusakan yang terjadi di atasnya.
Kedua peran tersebut tidak akan berfungsi dengan baik, jika seorang muslim tidak memiliki pribadi (akhlak) yang mulia, ruhiyah (iman) yang tinggi, dan kemampuan akal yang cerdas. Kemuliaan akhlak, kekuatan ruhiyah, dan kecerdasan akal hanya akan terjadi pada diri seorang muslim bila ia mendapatkan tarbiyah (pembinaan). Pribadi-pribadi mulia, tangguh, cerdas, seperti halnya para sahabat Rasulullah, dapat terbentuk berkat tarbiyah dari Rasulullah yang istimrar (kontinyu). Pribadi-pribadi seperti itu tidak akan terbentuk hanya dalam beberapa jam, beberapa hari, atau beberapa minggu, tetapi sejarah membuktikan Rasulullah membina para sahabatnya sepanjang hidupnya.
Menjadi Juru Dakwah
Sudah seharusnya seorang muslim menyampaikan ilmu yang didapatkanya kepada orang lain. Karena hal ini akan bermanfaat bagi kemaslahatan umat manusia dan dirinya pribadi. Dakwah, menyeru kepada yang baik dan mencegah kepada kemungkaran, tidak seharusnya dipikul oleh kalangan da’i, ustaz, kiai, atau yang sejenisnya. Tetapi seharusnya menjadi tanggung jawab bersama kaum muslimin.
Menyampaikan suatu ilmu (tabligh) sangat dianjurkan Rasulullah saw. Bahkan Allah SWT juga telah memerintahkannya kepada kita. Sebagaimana firman-Nya, “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran [3]: 1-4).
Dua Sayap Dakwah
Sebagai salah satu subjek dakwah, kita harus memahami dengan benar kondisi objek dakwah. Berdakwah kepada masyarakat awam berbeda dengan berdakwah kepada orang yang lebih paham. Berdakwah kepada masyarakat yang memiliki ghirah (semangat) kepada Islam biasa saja, juga berbeda dibandingkan dengan berdakwah kepada para aktivitas muslim. Perbedaan objek dakwah ini, harus dijadikan bahan pertimbangan, agar dakwah yang kita sampaikan dapat diterima oleh mereka.
Karena itu, Ustadz Muhammd Ihsan Tanjung, Lc, menjelaskan secara garis besar aktivitas dakwah dibagi ke dalam dua sayap, yaitu dakwah ‘ammah (dakwah umum) dan dakwah khassah (dakwah khusus). Dakwah umum menurut beliau adalah kegiatan dakwah berupa tabligh (ceramah umum) atau majelis taklim yang biasa dipahami kebanyakan manusia sebagai pengajian.
Dakwah umum adalah sebuah bentuk dakwah yang merupakan gerbang dakwah Islam, yang dengannya terbuka pula gerbang-gerbang dakwah lain termasuk dakwah khusus. Peserta yang hadir bisa banyak, bisa sedikit. Tetapi satu hal yang pasti ialah bahwa kehadiran para pesertanya tidak konstan, tidak disiplin dan belum ada aturan main maupun keterikatan yang lebih erat. Karena sifatnya yang masih longgar dan cair, sulit diharapkan akan terjadi sebuah perubahan yang utuh pada diri para pesertanya. Sehingga jangan heran bila kita jumpai seorang muslim rajin menghadiri berbagai kegiatan tabligh dan majelis taklim, namun perilaku buruknya tidak kunjung ditinggalkan. Bahkan dalam skala yang lebih luas, jangan heran dakwah kian semarak di masyarakat, televisi, radio, dan media-media cetak, namun korupsi, kriminalitas, judi, narkoba dan pornografi tidak kunjung menyurut, malah sebaliknya kian mewabah.
Dakwah ammah adalah dakwah perkenalan, sedangkan dakwah khassah adalah dakwah yang lebih masuk kepada inti penjelasan tentang Islam. Dengan dakwah khusus seseorang bisa lebih mengenal Islam, bukan hanya secara kognitif (akal), tetapi juga sampai ke tingkah laku. Bukan hanya sampai kepada pemahaman tentang Islam, tetapi sampai pada praktik Islam dalam kehidupan sehari-hari, sejak urusan bangun tidur sampai urusan mengelola negara.
Dakwah khusus merupakan kegiatan dakwah yang memiliki beberapa kekhususan. Ia seringkali disebut sebagai kegiatan tarbiyah (pembinaan) atau takwin (pembentukan). Disebut tarbiyah sebab ia memiliki sasaran membina muslim menjadi mukmin yang peduli terhadap kemuliaan Islam dan kaum muslimin. Disebut pembentukan sebab dimaksudkan sebagai usaha-usaha membentuk kader-kader dakwah yang handal dan sadar akan pentingnya beramal jama’i (bekerja sama) dalam sebuah jamaah dakwah demi tegaknya kalimat Allah. Semua ini diusahakan perwujudannya melalui sebuah sarana bernama halaqah. Dalam dakwah khusus jumlah peserta terbatas, dan dengan demikian efektivitasnya lebih bisa diharapkan.
Pembina (murabbi) dan yang dibina (mutarabbi/mad’u) disyaratkan sama-sama memiliki komitmen. Sebab di dalam kegiatan ini perubahan yang diharapkan mencakup aspek qalbiyun (hati), aqliyun (intelektual), syu’uriyun (perasaan), dan khuluqiyun (akhlak). Singkatnya, tarbiyah dimaksudkan sebagai sebuah laboratorium human resource development (pemberdayaan sumber daya manusia).
Kegiatan dakwah khusus masih belum semarak seperti dakwah umum. Tetapi kegiatan dakwah seperti ini, ternyata lebih semarak di kampus-kampus. Diharapkan kaum intelektual kampus sekembalinya ke masyarakat dapat mewarnai dakwah umum dengan dakwah dakwah khusus, sehingga menghasilkan perubahan yang mendasar dan menyeluruh di masyarakat secara lebih cepat. (daaruttauhiid)