DT Peduli Gelar Sosialisasi Sekolah Aman Bencana di Cimahi
Memberikan pemahaman sejak dini dalam menanggapi bencana sangatlah penting. Apalagi Indonesia memiliki potensi besar untuk terjadi bencana setiap saat. Dari mulai banjir, tsunami, gempa bumi, gunung meletus, hingga bencana yang tidak terduga seperti kebakaran dan kecelakaan.
Paham dengan hal tersebut, Lembaga Amil Zakat Nasional Daarut Tauhiid (DT) Peduli, bekerjasama dengan Yayasan Pemberdayaan Umat Daarut Tauhiid (DT Berdaya), memberikan sosialisasi tentang ‘Sekolah Aman Bencana’. Sosialisasi tersebut difokuskan pada penanganan bencana gempa bumi.
Lokasi sekolah yang dipilih yaitu Madrasah Tsanawiyah Al-Farisyi Cendekiawan, di Jalan Cihanjuang No.240/237, Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi. “Kegiatan sosialisasi Sekolah Aman Bencana merupakan Program Pengurangan Risiko Bencana (PRB) yang digelar oleh Divisi Kemanusiaan DT Peduli. Kegiatan ini berjalan dua sesi,” kata Khairudi, Penanggungjawab kegiatan pada rabu (2/10).
Dua sesi yang dimaksud Khairudi, yaitu, pertama, materi yang dilaksanakan di masjid sekolah yang berisi manajemen bencana, dan pembuatan struktur kebencanaan di sekolah. Kedua, melakukan simulasi gempa bumi, dengan skenarionya para siswa sedang belajar di dalam kelas, tiba-tiba terjadi gempa bumi yang bersumber dari sasar Lembang. Kegiatan ini diikuti oleh 72 siswa, beserta guru dan staf nya.
Kegiatan ini berlangsung selama empat jam, mulai Pukul 08.00 sampai 12.00 WIB. Khairudi menjelaskan, tujuannya yaitu memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada generasi muda, tentang karakteristik bencana, khususnya gempa bumi. Supaya tercipta kesiap siagaan dalam diri generasi muda, karena masih banyak di antara mereka yang masih awam perihal bencana alam.
Khairudi juga berharap, usai pelatihan, para guru dan siswa selalu bersiap siaga ketika bencana gempa bumi terjadi, sehingga dapat mengurangi dampak dari risiko bencana tersebut. Diharapkan pula semua guru dapat memberikan edukasi mengenai tanggap bencana, sehingga simulasi tanggap bencana ini, tidak putus hanya saat sosialisasi saja. (Sukmara Galih)