Dobrak Diri, Cara Keluar dari Zona Nyaman
Pendidikan merupakan upaya memperbaiki diri dari hari ke hari. Karena sebagai seorang muslim, sudah menjadi kewajiban untuk terus menata masa depan. Segala yang dilakukan hendaklah menjadi persiapan untuk hari esok. Lebih jauh untuk bekal kelak di akhirat.
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Surah al-Hasyr [59] ayat 18:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ ﴿۱۸﴾
﴿الحشر : ۱۸﴾
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Dalam al-Quran ungkapan kata takwa mempunyai beberapa arti. Di antaranya: Pertama, melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, sebagaimana yang disebutkan dalam Quran dan diajarkan Rasulullah saw. Kedua, takut melanggar perintah Allah dan memelihara diri dari perbuatan maksiat. Mengacu pada tafsir Kemenag menjelaskan orang yang bertakwa kepada Allah hendaklah selalu memperhatikan dan meneliti apa yang akan dikerjakan, apakah ada manfaat untuk dirinya di akhirat nanti atau tidak.
Menghitung Amal
Tentu yang dikerjakan seorang muslim haruslah bermanfaat bagi dirinya di akhirat nanti. Di samping itu, hendaklah seseorang selalu memperhitungkan perbuatannya sendiri. Apakah sesuai dengan ajaran agama atau tidak. Jika lebih banyak dikerjakan yang dilarang Allah, hendaklah ia berusaha menutupinya dengan amal-amal saleh. Dengan perkataan lain, ayat ini memerintahkan manusia agar selalu mawas diri, memperhitungkan segala yang akan dan telah diperbuatnya sebelum Allah menghitungnya di akhirat.
Suatu peringatan pada akhir ayat ini agar selalu bertakwa kepada Allah, karena Dia mengetahui semua yang dikerjakan hamba-hamba-Nya. Baik itu yang tampak maupun yang tidak tampak, yang lahir maupun yang batin, tidak ada sesuatu pun yang luput dari pengetahuan-Nya.
Dobrak Diri
Untuk menyiapkan masa depan dan ajang evaluasi, maka sebagai seorang muslim dimotivasi menantang dirinya agar keluar dari zona nyaman. Selain solo bivak, ada kegiatan lain yang merupakan ciri khas kegiatan diklat Daarut Tauhiid (DT) yakni ‘dobrak diri’. Proses dobrak diri ini sangat penting dalam rangkaian pelatihan dan program yang berjalan di DT.
Para peserta akan dikondisikan keluar dari zona nyaman dan masuk ke kondisi yang mau tidak mau harus bergerak menjalaninya. Dalam metode dobrak diri ini, peserta program dibagi menjadi tiga kelompok yang masing-masing terdiri dari 10-15 orang. Selama program ini berlangsung, para peserta tidak diperkenankan menyimpan harta benda mereka, seperti dompet, uang, dan perbekalan. Semua akan dikumpulkan oleh panitia.
Kelompok pertama disebut kelompok ikhtiar, bertugas sebagai ayah yang mencari nafkah dan mencukupi kebutuhan dua kelompok lainnya. Kelompok kedua adalah kelompok khidmat, berperan sebagai ibu rumah tangga, yakni mengolah hasil ikhtiar kelompok pertama. Sedangkan kelompok ketiga ialah kelompok pengabdian, bertugas melayani masyarakat seperti mengabdi di wilayah setempat dan melakukan layanan sosial. Setelah seminggu berjalan (atau sesuai waktu yang ditentukan), mereka kemudian bertukar peran sehingga seluruh kelompok dapat merasakan pengalaman ketiga peran tersebut. (Gian)