Disiplin
Hampir setiap hari Pak Fulan terlambat datang ke kantor, tidak hanya itu, dalam acara-acara tertentu pun dia terlihat lebih sering tidak hadir tanpa pemberitahuan, kalaupun hadir biasanya saat acara sudah dimulai bahkan sudah selesai, belum lagi tugas-tugas yang diamanahi sering diselesaikan tidak tepat waktu. Selain itu dalam menjalankan tugas sehari-hari baik di kantor maupun di luar kantor, dia lebih cendrung melanggar aturan, sehingga sering terjadi kesalahan yang berulang. Kesan terhadap Pak Fulan di kalangan rekan sepergaulannya adalah tipe orang yang TIDAK DISIPLIN.
Kisah di atas hanyalah salah satu contoh dari sekian banyak kasus orang yang tidak disiplin. Lihatlah di lokasi-lokasi umum, angkot berhenti seenaknya, buang sampah sembarangan, ngebut saat lampu lalulintas merah, dan berbagai kasus ketidakdisiplinan lainnya yang bisa disaksikan setiap hari.
Mengapa orang cendrung tidak disiplin ? Kalaupun mau disiplin jika ada sanksi, ancaman, imbalan atau pertimbangan keuntungan bersifat material atau karena takut kepada orang punya pengaruh dan memiliki berwenang, bukan karena kesadaran diri bahwa disiplin itu penting dan manfaat.
Sebenarnya implementasi dari rukun islam yang baik, benar dan sesuai aturan adalah sarana latihan yang paling efektif dalam membangun nilai kedisiplinan , mulai dari saat orang memeluk islam harus bersyahadat, lalu pelaksanaan sholat, zakat, puasa dan haji semuanya ada aturan waktu, tempat dan tata caranya, tidak ada yang tidak menuntut disiplin. Sehingga jika seseorang mampu disiplin dalam mengimlementasikan rukun islam maka semestinya mampu juga disiplin dalam menjalani aktivitas kesehariannya.
Disiplin akan menjadi bagian dari diri, jika sudah menjadi prinsip hidup dan komitmen sebagai bukti taat kepada Allah SWT. Aturan yang dibuat hanya sebatas system yang dibangun, sedangkan esensi taat bukan kepada aturan tapi kepada nilai-nilai yang tertanam di dalam hati, yakni keyakinan adanya Maha Pembuat Aturan, Pemberi Nikmat dan yang akan memberikan balasan atas setiap perbuatan, sehingga jika aturan atau apapun alat yang menuntut orang untuk taat dan disiplin tidak ada, maka yang dimunculkan adalah “rasa” kebaikan (taqwa), takut hanya kepada Allah, dengan mentaati aturan-Nya. Dengan kata lain taat kepada aturan merupakan bagian taat kepada Allah SWT.
Orang bisa disiplin jika ada motivasi dalam dirinya, di balik kedisiplinannya ada “sesuatu“, yang mungkin hanya dirinya saja yang tau, jadi tidak semata-mata karena adanya aturan yang ketat, ancaman, atau imbalan-imbalan, namun karena adanya komitmen dalam hati tentang prinsip-prinsip yang diyakini, seperti meyakini bahwa disiplin merupakan salah satu perbuatan yang disukai Allah SWT, juga sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasululloh SAW melalui sunah-sunahnya, yang berdampak tumbuhnya rasa ikhlas dan merasakan hidup lebih bermakna.
Disiplin juga merupakan cerminan dari orang yang bertanggungjawab, karena akibat dari tidak disiplin, akan ada resiko yang harus ditanggung bahkan harus siap dan mau disalahkan dituntut, belum lagi dampak negative lainnya, seperti kerugian waktu, tenaga, biaya, nama baik dan lain sebagainya Tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu cara mengantisipasi kesalahan dan kerugian adalah dengan perilaku disiplin.
Orang disiplin adalah orang yang mampu mengelola waktu dengan optimal, mampu memilah hal apa saja yang menjadi prioritas dalam mengisi hidupnya, memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam urusan dunia tapi tetap berorientasi untuk akhirat, dengn harapan saat meninggalkan dunia dalam keadaan akhir yang baik.
Disiplin akan bernilai ibadah, jika dilakukan hanya karena Allah, dalam hal inilah keutamaan dan manfaat disiplin dirasakan, karena mampu menumbuhkan nilai positif dan produktif dalam diri setiap manusia yang bersumber dari “rasa” kebaikan yang Allah titipkan yakni “rasa” sabar, yang berbuah Istiqomah/konsisten (terus-menerus melakukan kebaikan).
Jika seorang hamba terus-menerus dan bersungguh-sungguh memperbaiki kualitas dan kuantitas ibadahnya, Insya Allah,“cahaya” Allah akan masuk ke dalam hatinya, yang berdampak tajamnya “rasa” kebaikan (taqwa), sehingga mendapatkan petunjuk menjadi hamba yang bernilai positif dan produktif, salah satunya menjadi pribadi DISIPLIN. (Khairati)